Abimantrana, seorang anak remaja akhir. Mahasiswa baru di sebuah universitas swasta terbaik yang ada di kota. Hidupnya mungkin terlihat tanpa beban, tapi jauh dari yang orang lain pikirkan dia menyimpan lukanya sendiri. Hanya orang-orang yang sudah...
Selasa malam yang dihiasi air hujan membasahi kota itu, sudah beberapa menit yang lalu Renjana duduk di dekat jendela kamarnya di lantai dua. Beberapa minggu terakhir menjadi hari-hari paling memilukan selama dia menjalin hubungan dengan Abim.
Setelah semua salah paham ini kian membesar, Abim semakin sulit di temui. Bahkan jika mereka bertemu pun, Abim tidak menganggapnya. Apakah ini bentuk hukuman untuk Renjana? Tapi, bukan kah Abim yang lebih dulu memulai?
Renjana mengambil ponsel di sakunya yang bergetar, tanda ada pesan yang masuk kesana.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jantungnya berdegup, setelah membaca pesan Aurhea. Renjana tampak tidak tenang memikirkan informasi apa yang Aurhea bawa untuknya, tentang Abim. Ada rasa takut dan harap yang berkecamuk di dalam dadanya.
Astaga, jika itu fakta yang buruk. Maka dapat dipastikan Renjana memerlukan waktu yang lebih panjang untuk menerima, dan belajar merelakan kehilangan Abim.
Satu jam setelahnya, sebuah mobil memasuki area rumah Renjana, terparkir di samping mobil miliknya. Tiga perempuan keluar dari mobil tersebut, itu Aurhea, Sandra, dan Melody. Bahkan ketiganya seperti akan menginap, melihat mereka membawa ransel, dan beberapa kantong plastik yang Renjana yakin isinya adalah camilan dan minuman.
Melody yang menyadari keberadaan Renjana melambai ke arah jendela kamar Renjana, "udah ditungguin tuh. Langsung masuk aja kali ya?" Ucap Melody sambil menunjuk kamar Renjana.
"Yaudah, ayo dingin nih lama-lama." Kata Sandra. Ketiganya melangkah memasuki selasar rumah itu, mengetuknya sebelum masuk kedalam.
"Malam, om, tante." Sapa ketiganya pada orang tua Renjana.
"Malam, ya ampun kalian. Kenapa gak kabarin mau nginep, masuk dulu." Kata ibu Renjana mempersilahkan mereka masuk.
"Hehehe, maaf tan. Ini juga mendadak, gak apa kan kalau kita nginep?" Tanya Sandra.
"Ya gak apa-apa dong, San. Tante seneng malah, rumah jadi rame. Kalian tau sendirlah, Renjana kenapa." Ucap ibu Renjana.
Sesaat kemudian barulah Renjana mengajak teman-temannya untuk naik ke kamarnya.
"Gue tau sih, lo pasti males makan. Jadi, gue berinisiatif buat beliin lo cemilan. Gila, gue perhatian banget kan sama lo?" Ungkap Sandra dengan percaya diri.
Aurhea tersenyum melihat tingkah temannya itu, Sandra memang pencair suasana, itu adalah sebuah berkat yang dia miliki.
"Eh, gue punya gosip. Lo tau kan, kating fakultas teknik? Yang ganteng itu loh, ketua BEM kampus." Selain pencair suasana, berkat lain yang dimiliki Sandra adalah mengetahui banyak informasi, atau disebut ratu gosip, aneh mengingat Kevin sebagai salah satu laki-laki paling dikagumi di kampus bisa sampai jatuh hati pada perempuan seperti Sandra.
"Tau. Kak Azka, kan?" Tanya Melody.
Sandra langsung bersemangat begitu Melody menyebutkan nama orang yang dia maksud, "iya! Eh kalian tau gak sih, kemarin waktu gue jalan sama Kevin, gue liat dia, sama cewe."