17. Mereka dan Perasaan

352 42 35
                                    

Dimaafkan dan memaafkan, dua ungkapan yang sama-sama berasal dari kata maaf, tetapi mengandung arti cukup berbeda. Jika seseorang mengajukan pertanyaan mengenai dua kata itu, mungkin yang akan dipilih oleh Hayashi Ranmaru adalah dimaafkan. Tak ayal mengapa sosok pemimpin Doubt itu menginginkan sebuah permaafan dari seorang perempuan yang telah dilukainya beberapa hari lalu. Siapa lagi jika bukan Kamizono Hana.

Ranmaru tahu bahwa dirinya sudah mulai merasakan apa yang namanya empati kepada orang lain. Mengerti juga bahwa perbuatannya selama ini sudah cukup keterlaluan. Ah, sangat keterlaluan. Bukan hanya Hana yang ia lukai, banyak sekali perempuan tak bersalah dijadikan mesin pencari uang olehnya. Ia benar-benar bajingan yang tak bisa memanusiakan manusia. Dan Ranmaru menyadari semua itu kala netranya terpana melihat betapa baiknya sosok insan Tuhan di sampingnya ini.

Kini Ranmaru dan Hana berada di taman rumah sakit; menikmati suasana malam hari yang menenangkan, katanya. Namun, Ranmaru merasakan canggung untuk pertama kali kala berhadapan dengan seorang perempuan. Padahal jika dilihat-lihat, Hana tampaknya biasa saja dengan interaksi mereka berdua. Bahkan gadis itu terdengar mendominasi pembicaraan meskipun Ranmaru berpikir bahwa Hana masih cukup kesal karena perbuatannya waktu lalu.

"Kau masih marah padaku?" Ranmaru bertanya seraya menatap durja elok sang puan dengan tatapan yang bahkan dirinya sendiri pun tak bisa mendeskripsikan.

Hana menoleh. "Aku tidak tahu bagaimana perasaanku sendiri. Entah mengapa, terkadang aku tidak bisa memaafkan orang lain meski sadar bahwa itu adalah perbuatan yang buruk. Ranmaru, maaf karena aku belum bisa menjawab pertanyaanmu," balasnya dengan nada sendu.

Ranmaru mengangguk, kemudian tangannya dengan perlahan berniat mengelus bahu sang perempuan. Akan tetapi, niatnya diurungkan. Dan mereka kembali bergeming. Tanpa disadari, Hana mulai memejamkan kedua matanya ketika rasa kantuk mulai datang. Sehingga akhirnya, gadis Kamizono itu terlelap dalam keadaan bersandar pada bahu tegas Ranmaru. Degup jantung Ranmaru seketika berubah menjadi lebih cepat dengan perasaan aneh menjalar di hati. Ah, apakah ia akan benar-benar menyukai Hana yang sejatinya adalah korban dari kejahatannya sendiri?

Membayangkannya saja entah mengapa membuat Ranmaru ingin tersenyum atau mungkin menangis. Gadis ini terlalu baik untuk bajingan sepertinya. Lagipula, Hana takkan mungkin membalas perasaannya andaikata ia sungguh-sungguh jatuh hati, 'kan? Ranmaru berdecih lirih sebelum akhirnya menggendong sang perempuan kembali ke ruang rawatnya. Mau bagaimanapun, sepertinya ia harus mengubur perasaan ini sebelum tumbuh semakin besar dan menyakiti pihak yang terlibat.

Keesokan harinya, Ranmaru bangun lebih awal dari Hana. Pemuda itu bangkit dari sofa yang digunakannya untuk tidur. Ia kemudian menghampiri sosok perempuan yang masih tertidur pulas dengan wajah damainya. Baru saja akan ia bangunkan, tiba-tiba Hana membuka kedua matanya secara spontan. Ranmaru merasa terkejut akan hal tersebut. Namun, ada yang salah di sini. Gadis itu terlihat kesulitan bernapas dan sedikit kejang sampai-sampai membuat Ranmaru dengan sigap memegang lengannya.

"Kamizono, apa yang terjadi padamu? Oi, Kamizono Hana! Bertahanlah, aku akan menghubungi dokter sekarang!" ucap Ranmaru sembari menekan tombol yang terletak di dekat ranjang. Sebelum dokter datang, Ranmaru hanya mampu menguatkan genggaman tangannya pada jemari sang perempuan seraya berharap bahwa semua akan baik-baik saja.

***

Cobra menendang kursi di hadapannya dengan penuh amarah ketika beberapa detik lalu kabar buruk tersampaikan padanya. Semua orang di Itokan Diner terkesiap melihat marahnya pemimpin Sannoh Rengokai karena mendengar bahwa Hana pergi bersama Ranmaru. Pemuda Hino itu mengusap kasar wajahnya dengan frustrasi. Saking kesalnya, bahkan Cobra sampai akan bertindak gegabah dengan langsung pergi dari sana. Namun, Yamato dan Noboru menahan kepergian karib mereka. Tanpa diberitahu pun, Cobra pasti akan pergi tanpa tujuan dan melakukan sesuatu yang nekat.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔. TodorokiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora