Ketika mendengar suara petir seperti sekarang yang Adel lakukan adalah memanggil sang ibu dengan lirih, berharap ibunya datang dan mendekapnya. Sayangnya hal itu tidak pernah terjadi selama sepuluh tahun belakangan ini. Adel hanya bisa menangis ketakutan sambil berdoa agar petir pun hilang dan ia bisa kembali tenang.
"Ibu, Adel takut. Ibu dimana?" ucapnya lagi pelan ketika lagi-lagi suara petir menyambar dan kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Kilatan cahaya petir pun terlihat begitu jelas karena saat ini Adel berada di ruang tamun rumahnya. Mie yang tidak setengah di mangkuk pun tidak lagi tersentuh karena dirinya terlalu ketakutan untuk melanjutkan makan.
Tiba-tiba saja terdengar dering handphone yang mengejutkan Adel, itu adalah bunyi panggilan dari handphone-nya yang berada di sebelah mangkuk mienya. Adel pun segera meraih handphone-nya dengan tangan gemetar.
"Halo, assalamualaikum Ma, ada apa?" tanya Adel dengan suara sedikit gemetar. Yang menelponnya saat ini adalah Mama Adina.
"Waalaikumsalam Adel, kamu nggak apa-apa sayang? Ya ampun, pasti kamu lagi ketakutan banget ya. Mama khawatir sama kamu begitu dengar suara petir, Del. Apa di rumah ada ibu kamu?"
"Nggak ada, Ma. Ibu kayaknya sedang ada urusan di luar. Mama nggak perlu khawatir sama aku, aku baik-baik aja."
Adel cukup terharu mendengar perhatian yang diberikan Mama Adina.
"Beneran Del kamu baik-baik aja? Tapi suara kamu gemetaran gitu."
"Adel pasti ketakutan, Ma. Dia bohong karena nggak mau buat kita khawatir, aku yakin deh." Terdengar suara Naomi menyahut.
Naomi tahu betul tentang dirinya, oleh karena itu Adel tidak dapat berbohong banyak.
"I-iya Ma, aku sedikit ketakutan. Soalnya suara petirnya kencang banget, tapi setelah dengan suara Mama dan Naomi, aku merasa lebih baik," ujar Adel jujur karena setelah mendengar suara Mama Adina dan Naomi pun hatinya mulai sedikit tenang, ditambah suara petir pun tidak lagi saling bersahutan.
"Alhamdulillah, Mama senang dengarnya. Lain kali kalau hujan seperti ini Mama bakal hubungi kamu, supaya kamu nggak ketakutan sendiri seperti ini."
"Iya Ma, terima kasih banyak karena udah peduli sama aku."
"Iya Adel, kamu kan anak Mama juga."
Adel pun tersenyum lebar karena hatinya sudah tenang.
"Ma, aku mau ngobrol dong sama Adel. Pinjam handphonenya sebentar ya?"
Setelah itu handphone pun berpindah tangan kepada Naomi.
"Adel, kamu beneran udah baikan? Kalau belum aku ke rumah kamu ya? Aku bakal temani kamu, kalau perlu aku nginap aja deh di rumah kamu, takut nanti ada petir lagi terus kamu ketakutan," ujar Naomi begitu perhatian. Adel dibuat terkekeh kecil mendengar suara Naomi itu. "Ih, kok kamu malah ketawa? Aku serius lho, Del."
"Nggak usah, Nao. Aku baik-baik aja kok, lagian udah nggak ada lagi suara petirnya. Ini juga udah malam, kamu juga harus istirahat," ujar Adel setelah tawanya reda.
"Tapi aku masih khawatir sama keadaan kamu, takut nanti ada suara petir lagi. Aku kan masih ingat gimana dulu kamu ketakutan banget dengar suara petir waktu di sekolah."
YOU ARE READING
Result Of Mistake
General FictionSama-sama berusia muda, sama-sama masih ingin merasakan kebebasan namun karena satu kecerobohan yang diperbuat semua berubah dalam sekejap. Menjalin sebuah ikatan dengan cara terpaksa merupakan mimpi buruk bagi keduanya. Bersama tanpa cinta seperti...
✨ 03. Anak Yang Menyedihkan ✨
Start from the beginning
