"Sama-sama, bu. Saya merestui mereka berdua karena saya yakin kalo Taeha bisa membimbing Kiara menjadi lebih baik ke depannya"

"Ya ampun. Saya ke sini tadi mau jemput Kiara. Gara-gara keasikan ngobrol jadi lupa"

"Udah siap ketemu suaminya?" Goda Mama Karin.

"Mama, ishhh"

Bunda Hanum dan Mama Karin langsung tertawa karena melihat wajah Kiara yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Kiara keluar dengan Mama Karin dan Bunda Hanum yang menggandeng tangannya. Perempuan itu di tuntun untuk menghampiri Pak Taeha yang sudah duduk di kursi tempat dia mengucapkan ijab qobul tadi.

Semua mata tertuju ke arah Kiara ketika Kiara berjalan di belakang Pak Taeha. Pak Taeha pun ikut menolehkan kepalanya dan langsung terpanah karena melihat Kiara yang terlihat sangat cantik menggunakan kebaya yang dia pilihkan kemarin.

Mata Pak Taeha tidak lepas dari Kiara hingga perempuan itu duduk tepat di sebelahnya sekarang. Kiara menolehkan kepalanya menghadap Pak Taeha, kemudian dia menaikkan sebelah bibirnya.

"Biasa aja kalo lihatin saya. Iya tau saya cantik" ujar Kiara pelan.

Pak Taeha mengerjapkan matanya pelan. Kemudian dia mengalihkan pandangannya saat pak penghulu menyuruhnya untuk menandatangani berkas pernikahan mereka.

Setelah selesai berurusan dengan semua berkasnya, kini saatnya sesi pemotretan. Semua keluarga sudah naik ke atas pelaminan untuk berfoto dengan kedua mempelai.

"Mas Taeha, bisa gandeng tangan istrinya?" Ujar sang fotografer.

Kiara langsung melebarkan matanya saat merasa tangannya di gerakkan oleh seseorang. Kiara menundukkan kepalanya, dan ternyata tangannya kini sudah melingkar pada lengan Pak Taeha. Kemudian Kiara kembali mendongak untuk menatap Pak Taeha. Ternyata dosennya itu hanya diam sembari menatap lurus ke depan.

"Bapak modus ya sama saya?!" Bisik Kiara.

"Kalo protes sama fotografer, bukan sama saya"

"Mbak Kiara. Bisa hadap sini sebentar?"

Kiara menolehkan kepalanya ke depan, kemudian dia tersenyum supaya fotonya terlihat bagus. Meskipun Kiara kesal dengan Pak Taeha, tapi dia tidak mau terlihat jelek di fotonya nanti.

"Sekarang Mas Taeha cium keningnya Mbak Kiara" perintah sang fotografer.

"Hah?! I-ini nggak ada gaya yang lain gitu, mas?" Tanya Kiara.

"Emang kenapa sih, Ki? Kan kalian juga udah sah" sahut Bunda Hanum.

"Bundaaa. Maluu ishh" rengek Kiara.

"Malu sama siapa? Wajar penganten baru kaya gitu. Udah ya, lanjutin foto-fotonya. Kita mau turun dulu"

"Bunda t-tapi-"

Semua orang sudah turun, menyisakan Pak Taeha dan Kiara di atas sana. Bukannya melanjutkan acara fotonya, dua manusia itu malah saling diam.

"Mas. Silahkan mendekat ke Mbak Kiara, terus di cium keningnya" kata si fotografer.

"Pak" panggil Kiara pelan.

"Hm"

"Ini foto sendiri-sendiri gitu nggak bisa, kah?"

"Kalo mau foto sendiri ya silahkan kamu foto KTP"

"Saya malu di lihatin banyak orang, pak"

"Kalo nggak mau di lihat ya tutup aja tendanya. Kasih palang di depan biar nggak ada yang masuk" jawab Pak Taeha datar.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Where stories live. Discover now