BAB 2 -Gaffe #1-

15 2 0
                                    


Jiwa hitam itu, seolah keheningan ini yang mampu melukiskannya. Hatinya sekelam langit mendung yang mengenyahkan para bintang saat malam. Di dunianya, bumi laksana nyanyian sunyi. Harapannya adalah semua manusia tercerai-berai. Sebab tahu, mereka makhluk yang tak bisa hidup sendiri. –Pandora–

***

Mendung menyisir langit hingga seluruhnya menjadi kelabu. Petir berkali-kali menggelegar, lalu sesekali menampilkan kilatan cahaya seolah tengah membelah langit. Hari ini agaknya berita ramalan cuaca keliru mengabarkan cuaca akan cerah berawan sampai malam. Sebab nyatanya, badai hujan terjadi dengan sangat hebat saat ini.

Angin yang dibawa hujan terus membuat gaduh di sela-sela ranting dan dedaunan pohon. Membuat setiap pohon yang tumbuh besar bergerak-gerak seperti mengamuk. Ujung cabangnya yang melancip dengan hebat menghantam ke setiap dinding di gedung itu. Keributan ini telah berhasil mengisi keheningan malam yang sunyi, tetapi tidak mengurangi sedikit pun rasa ngeri yang sedang dirasakan wanita itu.

Tak ada seorang pun yang berhasil dia temui di sepanjang perjalanannya menuju pintu keluar. Namun, wanita paruh baya itu masih berusaha berlari dengan kaki yang makin lemah karena lelah. Sisa keberanian yang dimilikinya telah habis. Dia memekik ketakutan lebih sering. Seiring dengan suara decitan sepatunya yang menggema ke setiap sudut ruangan.

Napasnya terus tersengal dengan panik. Dia sudah menyerah. Kegelapan yang tengah menyelimutinya ini, tak lagi dianggapnya 'hanya listrik mati' yang biasa terjadi saat hujan badai. Baginya, listrik seolah tak akan pernah kembali menyala. Jadi, dia kini terdiam di tengah-tengah lorong gedung sambil membungkukkan badan sikap pertahanan diri. Kepalanya menoleh ke depan dan belakang sesekali untuk mengecek apa yang ada di depan dan belakangnya. Jawabannya, tidak ada siapa-siapa.

Dia tidak tahu saja, bahwa dalam remang-remang kilatan cahaya itu, ada sebuah bayangan hitam yang diam-diam mengintip. Langit seolah membantunya menyembunyikan diri dari mata yang awas. Kegelapan jadi semakin gelap karenanya.

Wanita itu berusaha kabur lagi dengan sisa tenaganya. Sementara itu, sekelibat bayangan hitam masih mengikutinya. Merembet ke setiap tubuh dinding dengan perlahan-lahan.

Si Wanita menjerit lagi. Kali ini makin frustasi. Merasa lelah dengan pelariannya yang tak kunjung usai. Rasanya, lorong dalam gedung ini seperti labirin yang tak punya ujung. Dia tak punya pilihan lain lagi sekarang, selain membiarkan tubuhnya terjatuh di atas lantai karena kakinya sudah mati rasa karena kelelahan.

Tak lama, wanita itu menyadari bau anyir yang busuk yang muncul entah dari mana. Belum selesai dengan bau itu, rasa dingin yang aneh tiba-tiba merayapi tubuhnya dengan perlahan. Dia menatap ke bawah kakinya yang lemah. Dilihatnya sebuah air yang tampak kental dan berbau busuk membasahi kakinya. Wanita itu mulai menangis sambil membungkam mulutnya. Dilihatnya dalam keremangan cahaya kilatan petir, air itu ternyata adalah darah.

Dia berusaha bangkit, ketika bayangan di dinding itu makin nyata terlihat sebagai sosok makhluk berwarna hitam. Tubuhnya berukuran besar dan melayang-layang dalam balutan jubah yang kainnya sudah terkoyak sana-sini. Dari jauh, tak jelas bagaimana rupanya. Namun, dari sorot matanya, makhluk itu punya dua bola mata merah yang sedang menatapnya.

Makin mendekat, keseluruhan wajah makhluk itu makin terlihat. Wajahnya hanya terbentuk dari tulang tengkorak yang masih berkulit, tetapi terkelupas seperti bekas habis terbakar. Darah menetes dari bagian mulut, hidung, dan matanya yang berlubang, tampak seperti tulang-tulang retak yang berlumuran darah.

Si Wanita menjerit sejadi-jadinya ketika makhluk itu mendekatinya lebih cepat. Namun, segera jeritannya teredam karena makhluk serupa iblis itu mengeluarkan asap hitam pekat dengan suara angin yang sangat ribut. Tubuh wanita itu tumbang ke lantai yang penuh darah. Sekujur tubuhnya mengalami kelumpuhan parah. Perlahan, kesadaran dan ketakutannya beriringan menghilang.

PandoraWhere stories live. Discover now