Bag 24. Road to fest

Mulai dari awal
                                    

"Udah selesai rapatnya, kalau iya gue mau balik dulu?" tanya Jaxen.

"Mau ke mana?" balas Harvey balik bertanya.

"Gue mau ke rumah Aksa sebentar," jawabnya.

Harvey mengerti, dia pun langsung memberikan izin lelaki itu untuk pulang lebih cepat. Sesuai, rencana nanti malam mereka bersama Aodra akan menyerang Baewon.

"Gue juga mau balik, nih!" ucap Hikaru setelah melirik jam tangannya.

"Bareng Hika," ucap Bahiyyih.

Melihat dua temannya pulang, tentu saja Olyvies tidak mau menjadi nyamuk, sehingga dia pun ikut menyusul bersama mereka.

"Hati-hati ya," ucap Cleobee sambil melambaikan tangannya.

"Ehm ... ," sahut Hikaru sambil tersenyum manis.

Winona pun sama, dia terlalu malas berasa di antara pasangan yang membuatnya kesal. Tanpa berpamitan, dia langsung beranjak berdiri dan siap melangkahkan kakinya keluar dari kafe tersebut.

"Wino!" seru Janu.

Wanita cantik nan jangkung itu memutar kepalanya, memandang lelaki itu datar dan menunggu ucapan selanjutnya.

"Pulang bareng gue aja," lanjut Janu sambil memakai jaket kulitnya dan menggendong ranselnya.

Winona tersenyum tipis. "Gak usah, gue bisa—"

"Sama gue aja," potong Janu, lalu menarik tangan Winona keluar dari kafe tersebut—Winona dengan sangat terpaksa menuruti permintaannya, setidaknya dia bisa menghindari dua manusia yang sedang jatuh cinta.

Tersisa mereka berdua dengan keadaan canggung dan kikuk, kebingungan dengan rencana selanjutnya. Sebab keduanya masih ingin bersama, dan menolak pulang lebih cepat.

"Udah jam lima sore, pulang yuk?" ajak Harvey beranjak berdiri.

Cleobee mendongakkan lelaki itu dengan tatapan datarnya, bingung mengatakan kalau dia belum ingin pulang. Tindakannya itu, hanya membuat lelaki seperti Harvey diam kebingungan.

"Kenapa?" tanyanya.

"Ehm ... Masih jam lima, kenapa buru-buru mau pulang?" tanyanya.

Harvey akhirnya mengerti, dia melirik jam tangannya, waktu berkumpulnya bersama Aodra adalah sepuluh malam. Tidak masalah, jika dia menghabiskan waktunya bersama Cleobee.

"Ya udah, kita ke danau malam itu, mau?" tanyanya memberi tawaran.

Cleobee tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya. Danau itu menjadi kenangan indah bagi Cleobee, sebab lelaki itu mengatakan yang sejujurnya tentang perasannya.

The moon is beautifull, isn't it?

Cleobee masih mengingatnya dengan jelas, bahkan sengaja mencatatnya dalam buku harian. Meski, lelaki itu mengatakan arti yang berbeda, tetap saja dia senang mendengarnya.

•••

Mereka sampai ke Danau itu ketika matahari mulai menyingsing dari permukaan. Kedatangan senja yang menenggelamkan matahari menambah keindahan cakrawala kala itu. Anginnya yang berhembus kencang membuat rambut keduanya berterbangan, memandang luasnya Danau.

"Baru pertama ini aku lihat sunset seindah warna langit oranye," ucap Cleobee dengan kedua tangannya yang melipat di dadanya.

Lelaki itu memalingkan wajahnya, bahkan sesuatu yang sering dia temukan jarang terjadi pada kekasihnya. Entah terlalu sibuk dengan belajarnya, atau karena masalah lain membuat sang kekasih jarang melihat pemandangan itu.

Belenggu | Haruto ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang