[2] Manipulatif

2.3K 325 153
                                    

[2] Manipulatif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[2] Manipulatif

Setelah cukup lama tidak memakai liontin itu, kini Hermione kembali mendapat gilirannya. Dia sedikit gugup dengan hal itu. Gagasan bahwa bisa saja Tom Riddle kembali datang ke dalam mimpinya sangat mengganggunya, tetapi dia harus memakainya mau tidak mau. Ron dan Harry sudah melakukan giliran mereka.

Pada akhirnya dia tetap memakai liontin itu. Perasaan Hermione sudah tidak tenang dan resah, itu semakin diperkuat oleh rasa dingin yang menjalari tubuhnya setelah liontin itu menyentuh kulit leher dan dadanya.

Harry dan Ron berada di luar bangsal untuk mencari lebih banyak persediaan air sedangkan Hermione menunggu dan berjaga-jaga di tenda sembari membaca sebuah buku di pangkuannya. Dia harus cepat-cepat menemukan cara untuk menghancurkan Horcrux ini, lebih cepat lebih baik.

Sudah cukup lama mereka bersembunyi, bahkan tidak memiliki kontak sedikitpun dengan anggota ordo yang lain. Mereka tidak tahu kabar atau kondisi masing-masing.

Hermione cukup merindukan Hogwarts, dia juga merindukan teman-teman yang lain. Dia merindukan kelas dan perpustakaan, juga kehangatan ruang rekreasi Gryffindor.

Banyak hal yang dia tinggalkan untuk perang. Bahkan kedua orangtuanya, memikirkan mereka yang tidak mengingatnya menyentil hati Hermione. Dia berharap bahwa mereka baik-baik saja dan terlindungi, walau dia harus menelan kenyataan pahit bahwa mereka tidak ingat pernah memiliki anak sebelumnya.

Siapa yang bisa Hermione salahkan untuk saat ini?

"Hermione.."

Hembusan angin membuat Hermione tersentak, tubuhnya menegang saat dia mengedarkan pandangannya kesekitar. Suara itu lagi. Mereka datang lagi, tapi Hermione mengatur napas, mencoba untuk bersikap biasa saja seolah dia tidak mendengar suara-suara itu. Dia harus tenang, tidak boleh panik.

Secara tiba-tiba, Hermione merasa merinding dan membuat tubuhnya sedikit menggigil.

Matanya kembali menatap ke arah buku, tiba-tiba pandangannya mengabur dan matanya terasa berat. Dia mengedipkan mata dan menggelengkan kepalanya―tidak, dia tidak boleh tertidur sekarang, Dia masih harus menjaga tenda sampai kedatangan Harry dan Ron. Namun, rasanya sangat sulit ketika kantuk itu menyerangnya dengan ganas.

Teratih, Hermione menghampiri sebuah lilin yang terletak di atas nakas sisi ranjang. Dia duduk di sana dan membiarkan jari telunjuknya terbakar di atas lilin yang menyala itu―

Bahkan walau rasanya begitu menyakitkan, itu tidak mampu untuk menghilangkan rasa kantuk itu hingga membuat Hermione merasa pusing akibat rasa sakit di jarinya. Tanpa bisa dia cegah, tubuhnya jatuh berbaring di atas ranjang kecil, matanya memberat dan perlahan, kegelapan menjemputnya.




















Dia terbangun lagi di tempat itu, tempat yang sama seperti terakhir kalinya. Hermione beranjak bangun, menyeret kakinya turun dari kasur yang sialnya sangat empuk, matanya terpendar kesekitar untuk bertemu pandang dengan dua iris hitam gelap itu. 

[M] The Dark SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang