1. Awal Mula

2.8K 407 143
                                    

Arda

Hai ._.♡

Duh, cara membuka cerita yang benar tuh kayak gimana sih? Pake 'hai' doang boleh kan? Kaget aja gitu, kok tiba-tiba banget dikasih panggung padahal awalnya cuma figuran doang. Paling kenalan aja deh kita. Gue Arda, Respati Ardani. Di KTP, golongan darah gue AB, yang kata Pak Nas merupakan singkatan dari manusia golongan AB-normal.

Meski sudah hampir tiga tahun menjabat sebagai Kepala Koordinator Stafsus Kepresidenan RI, gue nggak bisa banget mengubah karakter menjadi sosok yang kaku dan penuh wibawa. Sejak awal, gue ini diciptakan sebagai manusia santai. Gue nggak suka terjebak dalam lingkungan yang terlalu serius dan penuh tekanan. Pada awalnya, gue merasa bahwa pekerjaan ini kurang tepat namun pemikiran tersebut berubah setelah gue tergabung ke dalam tim rahasia bentukan presiden RI.

Gue sama sekali awam tentang politik. Gue ini penyedia jasa event, sehari-hari meeting sana sini bareng klien untuk menuangkan dan meramu ide aneh dari dalam kepala. Terus tiba-tiba, gue dihubungi presiden RI terpilih di pemilu 2018 dan ditawari jabatan sebagai Kepala Koordinator Stafsus Kepresidenan. Kepala, Men! Bukan anggota atau stafsus biasa melainkan langsung ke-pa-la.

Kata bokap yang merupakan pengusaha teladan di Indonesia, ambil aja tawarannya untuk membuka jalan ke perpolitikan. Bimbang dong gue, tapi pada akhirnya setuju juga dan langsung dilantik saat pembentukan kabinet. Kena culture shock itu pasti, cuma lama kelamaan makin terbiasa karena tugasnya yang nggak terlalu susah.

Staf khusus presiden adalah lembaga atau organisasi yang dibentuk untuk memperlancar pelaksanaan tugas presiden. Tugas yang dimaksud merupakan tugas-tugas yang ada di luar kementerian atau instansi pemerintahan lainnya. Secara administratif, para staf khusus presiden bertanggung jawab kepada Sekretaris Kabinet. Namun meski secara administratif bertanggung jawab pada Sekretaris Kabinet, dalam pelaksanaan tugasnya, masing-masing stafsus bertanggung jawab kepada presiden.

Agar koordinasi para stafsus berjalan optimal, presiden akan menugaskan Koordinator Staf Khusus Presiden. Koordinator ini merupakan salah seorang stafsus yang diangkat dan diberikan tugas khusus, dalam hal ini gue;  Respati Ardani. Para stafsus ini kebanyakan bekerja sebagai teman diskusi presiden dalam menelaah atau mencari solusi terhadap sebuah isu permasalahan. Setiap stafsus memiliki bidangnya masing-masing, seperti bidang politik pemerintahan, bidang sosial, dan lain-lain.

Karena kesibukan dan komitmen, gue lepas tangan selama waktu yang tidak ditentukan dari perusahaan. Meski demikian, gue masih aktif mengajar di salah satu universitas swasta untuk mata kuliah psikologi sosial. Iya, sebenernya gue ini lulusan psikologi, baik itu S1 maupun S2. Amat sangat jauh dari kata linier dengan bidang usaha atau profesi gue sekarang.

Lucunya lagi, kedua anak Pak Panji berkuliah di universitas yang sama dengan tempat gue mengajar. Keduanya tidak pernah mengambil kelas gue sih, tapi gue mengenali sepasang gadis kembar yang wajahnya sangat sulit untuk dibedakan itu. Yang satu sedikit pendiam, sedangkan yang satu selalu terlihat ceria. Ada sebuah pembeda paling jelas dari mereka berdua, yaitu salah satunya memiliki lesung pipi di sebelah kanan. Namanya Aisya, sedangkan saudarinya Khadija.

"Oh, jadi lo tuh selama ini di Binus, Ar?" Padahal semua orang sering membahas pekerjaan gue sebagai dosen di sana, tapi Pak Nas langganan banget lupa.

"Iya, Pak, keren ya?" Alis gue naik turun. Lelaki yang usianya terpaut lima tahun di atas gue itu berdecih pelan untuk menanggapi kesombongan barusan.

"Kenal anaknya Panji, dong." Gue mengibaskan tangan untung menyingkirkan debu yang berterbangan ketika Pak Parka meletakkan setumpuk map ke atas meja. "Mereka semester 2, beda jurusan sih. Gue lupa siapa-siapanya tapi jurusannya inget, satu di IR, satu lagi Law Faculty."

Batas HentiWhere stories live. Discover now