📌IlaGas-22📌

Start from the beginning
                                    

Mereka bertiga melangkah menuju taman belakang.

Dan mau tau apa yang ada disana.

"Umh.."

"Ups, nampaknya ada yang tengah melakukan sesuatu disini."

Dua orang berbeda kelamin tadi, yang tengah berciuman di kursi taman tersentak kaget, keduanya menarik diri seketika.

Ragas gemetar, dia menatap Ilara yang tak menatapnya sama sekali.

Tatapan mata Ilara begitu gelap, membuat Ragas tanpa sadar meremat ujung seragam putihnya.

"Ah elah mantan Ragas ternyata, gue kira siapa." cemoh Stevi.

Ilara tersenyum, hampir tertawa saat menyadari jika Stevi mengenakan gigi palsu dibagian depan.

"Ternyata mbak Halte sedang menikmati waktu bersama pesinggah yang terusir dari rumah." balas Ilara santai.

Stevi menggeram marah, dia hendak membalas tapi dia teringat tinjuan kuat yang Ilara berikan beberapa minggu silam.

Kemudian tatapan Ilara jatuh pada Ragas, kernyitan jijik terlihat saat Ilara menatap rambut Ragas.

"Kaya jamet, rambut kok warna abu-abu, kebelet tua ya?" ejek Ilara.

Ragas tersentak kaget, dia tak menyangka jika Ilara berkata seperti itu, terdengar mencemoh tapi Ragas senang mendengarnya.

Ragas tak menjawab dan menatap Ilara dengan tatapan dalam, penuh kerinduan.

Rindu larangan Ilara, tapi Ragas selalu menyangkal hal itu.

"Gue lagi mau mesraan sama pacar gue, mending lo pergi." usir Stevi.

"Iuw, kalau mau ngelakuin hal mesum, cari tempat lain."

Ragas tergerak, tak suka mendengar tuduhan Ilara barusan.

"Siapa yang mau berbuat mesum?" cetusnya tak terima.

"Kalian berdua, siapa lagi emang? Gak mungkin kan mbak kunti dan mas pocong."

"Bacot lo Ila." cicit Stevi geram.

"Lo pasti cemburu kan, Aya?"

Ilara tergelak pelan, dia mengibas santai mendengar ucapan dari mantannya itu.

"Cemburu? Tidak sama sekali, Ragas."

"Ragas? Kenapa lo gak manggil gue Heska!"

Ragas tak terima, Heska! Ilara harus manggil dia dengan sebutan itu, Ragas tak terima jika Ilara memanggilnya Ragas.

Tak spesial sama sekali.

"Kenapa? Karena aku tak sudi untuk menyebut nama itu, lagi."

Deg!

Ragas tercekat, menyadari nada penuh jijik dan tak suka pada suara Ilara, sebelum akhirnya gadis itu pergi bersama kedua temannya.

Ragas merasa ulu hatinya perih, apa sekarang Ilara jijik padanya?

Itu tak boleh terjadi, tidak, Ragas tak mau!

"Aya..AYA TUNGGUIN GUE!"

Terlambat, Ilara sudah jauh dan tak sudi berhenti hanya untuk sekedar menunggu bacotan Ragas.

"Ragas kamu kena—"

"Diem anjing! ARGHH SIALAN! AYA LO GABAKAL BISA TENANG SIALAN!"

Ilara tertawa kuat, dia mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari tengah.

"Talk to my middle finger! Little boy hahahahaha."

Ilara puas sekali, membuat Ragas frustrasi karena ketololannya sendiri.

Sangat menyenangkan!

📌Bersambung📌

Protective Ilara [End]Where stories live. Discover now