Flora dan Fauna

14 3 0
                                        

Disclaimer: oneshot ini pernah saya ikut sertakan di lomba cerpen CPP.

Genre: slice of life

Rating: PG




____________



            Flora mengedipkan matanya sekali, dua kali, bahkan hingga sepuluh menit berlalu ia mengerjapkan matanya namun itu tidak mengubah pemandangan yang saat ini dilihat melalui kedua matanya. Seekor monyet berdiri dengan dua kakinya, lebih tinggi satu kaki darinya dan memakai seragam kerja yang sama sepertinya. Sekali lagi diulang, Flora melihat monyet bertingkah seperti manusia di depan matanya.

"Permisi, Flora? Halo?"

Monyet di depannya melambaikan tangannya di depan wajah Flora, menatapnya heran seolah dia lah yang aneh di sini. Flora melihat ke sekelilingnya, tiba-tiba saja semua orang yang ia lihat kini menjadi seekor binatang berpakaian ala karyawan Bread Corp, tempat ia bekerja.

Hal yang lebih mengejutkan adalah, teman kerjanya Julia, kini merupakan seekor jerapah. Flora sampai harus mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Julia—yang kini menjadi wajah jerapah berlipstik merah anggur kesukaan Julia.

Jerapah tersebut menatapnya sinis sembari berbisik, "Pak Yanto panggil kamu, Rara! Jangan melamun!"

Meskipun heran dapat membaca gerakan bibir seekor jerapah, Flora menengok ke depan dan mendapati Pak Anto yang kini terlihat marah. Ia baru tahu kalau monyet marah wajahnya seperti ini.

"Saya tahu kita sedang closing dan tidak menerima pelanggan lagi, tapi saya mohon agar kamu bisa fokus ya, Flora!" Setelah puas melihat Flora menganggukan kepalanya dengan semangat 45, beliau menyerahkan sekantung roti yang banyak. "Sisa roti yang tak laku tolong dibagikan dengan yang lain. Malam ini mau pulang duluan karena istri saya sedang sakit. Jangan lupa kuncinya nanti kamu titipkan ke Surti, ya."

"Baik, Pak," jawab Flora, masih dengan wajah bengongnya.

Setelah setelasai closing, Julia menyentil dahinya cukup keras hingga Flora mengaduh kesakitan. Flora curiga sentilan Julia semakin terasa menyakitkan karena ia menyentilnya memakai tangan—atau kaki jerapahnya.

"Ra, kamu ini kenapa, sih? Seharian ini kamu bikin salah terus. Udah gitu tadi selama closing malah melamun terus. Pasti ini gara-gara kamu lembur terus seminggu kemarin. Lebih baik kamu cuti deh, istirahat!"

"Aku gak merasa capek, kok. Lagi pula, kamu kan tahu sendiri aku butuh uang lemburan karena biaya perawatan Maroko-chan saat ke vet minggu lalu mahal. Kalau gak lembur, makan apa aku dan keluargaku?"

"Makanya aku tawari pinjam uangku dulu, kan? Jangan sampai kamu jatuh sakit loh. Kayaknya tadi melamun juga gara-gara mau demam."

Flora menggeleng. "Tadi aku melamun bukan karena demam. Aku cuma teringat masalah. Nanti kalau aku siap aku ceritakan."

"Hmm, ya sudah. Tapi kamu benar-benar harus cerita kalau siap, ya?"

Flora hanya mengulum senyum, ia memutuskan untuk menyimpan cerita ini karena ia tidak mau membebani masalahnya pada Julia. Belum tentu gadis tinggi semampai itu percaya dengan fenomena aneh ini, yang ada Julia akan mengira Flora berhalusinasi karena kelelahan. Lagi pula Flora yakin semua akan kembali ke sedia kala di esok hari.

Atau begitu yang ia kira.


Bagaimana mungkin seminggu sudah berlalu dan Flora masih tetap melihat binatang di mana-mana? Flora kewalahan tidak bisa membedakan siapa dengan siapa karena wajah dan tubuh mereka semua adalah binatang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Balik Lemari [Kumpulan OneShots dan Drabbles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang