Let's begin

868 65 5
                                        

"Sumpah??? Gua gamau ah. Lagian kenapa sih ngambil alur yang aneh-aneh?"

"Aduh, udah lu ikutin aja. Lu tuh mau duit lu cair ga sih?"

Han jisung menggigit bibir bawahnya ragu. "Y-ya mau lah, tapi kan—"

"Nah kalo gitu kerjain. Gua tunggu naskahnya besok malem ya"

"HEH SEUNGMIN!!"

Telfon di tutup membuat jisung langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai. Hendak melempar ponsel miliknya tapi tidak mungkin, jisung tidak sekaya itu untuk merusak ponselnya.

Mau tidak mau jisung harus mulai menyelesaikan naskah yang di minta. Hanya sekedar naskah pendek untuk di ajukan kepada penerbitnya melewati seungmin, editor sekaligus teman ribut.

Ini semua karena seungmin. Jisung kira dirinya diajak berkerja sama untuk menulis naskah novel sebagai pemasukan utama adalah pilihan tepat, tetapi saat tau naskah macam apa yang harus dia buat rasanya jisung ingin memukul kepala seungmin berkali-kali.

"Udahlah sung, ikutin aja. Lagian bayarannya lumayan kan? terus juga turunnya cepet"

Jisung setuju sih dengan perkataan seungmin. Bayaran dari penerbit tersebut lumayan untuk mencukupi kebutuhannya walaupun tempat seungmin bekerja termasuk penerbit yang tidak terlalu besar. Tetapi naskah yang harus di siapkan sangat mengeluarkan tenaga.

Iya, han jisung adalah seorang penulis dari novel adult yang alurnya adalah boys love.

Ini terpaksa karena pekerjaannya sebagai seorang guru musik untuk les private tidak mencukupi, apalagi semenjak banyak anak-anak muridnya yang memilih untuk pindah haluan ke kegiatan yang lain. Jisung butuh uang untuk mencukupi kebutuhannya sebagai mahasiswa sebatang kara.

Maka dari itu pekerjaan apapun harus jisung tekuni demi sebuah kertas berharga yang diberi nama uang.

"Apa sih ini? Gua harus bikin alur yang kaya gimana lagi? Otak gua serasa di peras terus-terusan bangsat"

Jisung sibuk mengumpat sambil menyandarkan tubuhnya di sofa lalu meraih laptop. Membuka semua kerangka naskah yang telah ia buat, mencari referensi baru yang mungkin tiba-tiba datang tanpa diminta.

"Shit, tumben banget otak gua gamau diajak kerja sama. Mana deadline besok malem, dikira bikin kerangka segampang itu apa"

Tidak henti-hentinya bibir itu mengumpat terus. Semuanya ia keluhkan sampai kepalanya pening sendiri. Akhirnya jisung memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Membayangkan hal apapun untuk membuat fikirannya terfokus.

Tiba-tiba kedua matanya terbuka dan seketika itu juga sebuah ide terbit. membuat jisung langsung menuliskannya sambil membayangkan seseorang yang selalu hadir di kepalanya setiap jisung menulis naskah.

Orang itu adalah teman satu apartmentnya. Jisung terpaksa menyewa apartment bersama orang lain, mereka jarang bertegur sapa memang. Hanya seperlunya saja dan jisung nyaman tetapi entah kenapa belakangan ini jisung merasa tertarik dengannya tetapi mustahil ia mengungkapkannya kan? Maka dari itu jisung memilih diam.

Sambil menggigit bibir bawahnya, jari jisung menarik di atas keyboard laptop. Menulis semua hal yang ada di fikirannya sambil membayangkan seseorang yang selalu menyita perhatiannya.

"Shhh mau pipis"

Jisung beranjak dengan terburu-buru dari sofa, meninggalkan laptopnya di meja dan langsung menuju ke kamar mandi.

Tanpa jisung sadari ada orang lain yang masuk ke apartment sambil membawa plastik besar berisi bahan makanan. laki-laki itu sibuk membereskan semuanya untuk dimasukan ke dalam tempat masing-masing.

"Kenapa jadi berantakan gini?"

Ia mengambil beberapa kertas yang berserakan di lantai lalu hendak menaruhnya di atas meja tetapi geramannya terhenti saat matanya tidak sengaja menangkap sesuatu.

Sebenarnya mengintip pekerjaan orang lain itu tidak sopan tetapi disana tercetak jelas namanya membuat rahangnya mengeras karena emosi. Ini lancang sekali.

"Minho, I want your dick"

"You want this? Minta dengan baik han"

Aku mencoba meraih penisnya dengan kakiku tapi tangannya mencengkram pergelangan kakiku dan menatap kearah ku dengan tatapan tajam yang malah membuatku ingin di dominasi.

"Tidak dengan kakimu. Use your mouth, sayang"

Aku meremang mendengar suaranya yang terkesan tegas. Sepertinya hanya mendengarkan suaranya saja bisa membuatku panas dingin—

Minho terdiam membaca setiap kata di layar laptop tersebut. Sialnya pusat kejantanan miliknya malah menegang dan tubuhnya meremang membayangkan semua hal yang di tulis disana.

Sial, kenapa bisa hanya karena tulisan malah membuat kejantanannya bangun.

"M-minho, sedang apa?"

Minho menoleh kearah jisung yang baru keluar dari toilet dengan menggunakan celana pendek dan kaus serta kacamata yang bertengger di hidungnya.

Minho mengangkat kertas yang syukurnya masih berada di tangannya. "Ini, aku membereskan barangmu yang berceceran"

Dengan tergesa-gesa jisung datang menghampiri. Menutup laptopnya terburu-buru lalu mengulurkan tangan untuk meminta kertas di tangan minho dan minho memberikannya begitu saja.

"Terimakasih"

Setelah itu minho pergi, masuk ke dalam kamarnya. meninggalkan jisung yang masih terdiam di tempat, bingung harus melakukan apa.

"Han jisung bodoh"

Terburu-buru jisung merapikan barang-barangnya yang berserakan dan segera masuk ke dalam kamar bersama semua barang juga laptopnya.

Karena kejadian itu jisung tidak bisa tidur. Cemas kalau ternyata minho membaca ceritanya, pasalnya jisung memang sengaja menggunakan nama minho dengan dirinya untuk mendalami cerita lalu setelah masuk masa revisi maka jisung akan mengganti nama tersebut.

Tanpa jisung sadari, seseorang di kamar sebelah juga sama. Tidak bisa tidur juga seperti jisung. Minho sibuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menutup matanya menggunakan sebelah tangan, mencoba menghapus bayangan dari kalimat yang terlintas di otaknya.

"Sialan, gua malah tegang"

Ya, kedua orang tersebut nyatanya sedang bertengkar dengan fikiran masing-masing untuk saat ini.

Entah bagaimana kelanjutannya. Cukup berharap semoga mereka bisa menjalani hari dengan baik dan seperti semula.

[c] MISTAKE • MINSUNGOù les histoires vivent. Découvrez maintenant