Akhirnya, mereka semua bersiap-siap. Sebagian mengikuti Alvan, sementara sisanya bergegas ke rumah Auva. Meskipun beberapa anggota merasa agak aneh dengan permintaan Alvan, namun mereka tetap menuruti perintahnya.

Sekarang Alvan dan yang lainnya sudah tiba di markas besar Satrio. Mereka memandang bangunan itu dengan takjub. Ketika sampai di pintu utama, mereka melihat Arjun.

"Woi, Juned!" panggil Alvan.

Arjun membalikkan badannya, terkejut mendengar panggilan tersebut.

"Apa? Loh ini anak buah lo gak ikut ngurusin acara per-" Arjun tidak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika tangan Alvan langsung menutup mulutnya.

Anggota yang lain memandang aneh pada keduanya, yang tampaknya sedang menyembunyikan sesuatu. Alvan merasa kesal karena hampir saja Arjun membocorkan rencananya.

"Per- apa itu tadi?" tanya Naka.

Arjun perlahan melepaskan tangan Alvan dari mulutnya, sementara Alvan diam-diam meremas wajahnya. Tanpa rencana dadakan tersebut, dia tidak akan bersikap baik pada Alvan.

"Perihal... perihal kepulangan Ana. Tuh anak udah boleh balik," jawab Arjun.

Mereka semua merasa kurang percaya dan ingin mengetahui lebih lanjut, namun suara Satrio yang tiba-tiba memotong membuat mereka terdiam.

"Kenapa kalian berdiri di pintu?"

Mereka semua terdiam, merasakan aura yang berbeda dari Satrio hari ini. Tatapannya tajam dan datar membuat mereka menjadi diam.

"Masuklah, tunggu apa lagi?" ucap Satrio.

Kali ini mereka mengikuti langkah Satrio, dan bulu kuduk mereka berdiri. Hawa dingin begitu kental di sini, dengan para penjaga berjejer di setiap pintu ruangan. Hingga pada akhirnya, mereka sampai di sebuah ruangan di mana terdapat kurungan besar. Di dalam kurungan itu, mereka melihat Jefri dan Gisel.

"Silakan bertemu dengan mereka," ucap Satrio.

Jefri dan Gisel berada dalam kondisi yang buruk, terutama Jefri yang terlihat memar di wajahnya.

Setelah itu, Satrio menyuruh dua A (Alvan dan Arjun) mengikutinya untuk melihat kondisi Katian, sementara yang lainnya tetap berbicara dengan Jefri dan Gisel. Ketika mereka membuka pintu ruangan berikutnya, mereka melihat Katian sedang bertarung dengan kakak tiri Alvira di bawah sana.

"Bangsat! Gara-gara lo, dia hamil!"

Arjun menatap dengan ngeri pada Katian yang terus menyerang kakak tiri Alvira, sementara Alvan hanya menatapnya dengan datar. Satrio bersandar pada pembatas besi, matanya menatap lurus ke bawah, menikmati setiap adegan pergulatan antara Katian dan Dimas.

"Katian sudah tahu segalanya, bahkan dia sudah menghajar Darjo saat mengetahui bahwa ayahnya sendiri lah yang harusnya bertanggung jawab atas kecelakaan ibunya."

"Hidup Katian sedang kacau, dia hanya bergantung pada saya. Dan dia benar-benar muak dengan dunia yang tidak adil baginya."

"Kamu ingin menghajarnya? Turunlah, tangga yang menghubungkan ke bawah ada di sana," ucap Satrio sambil menunjuk tangga yang menghubungkan lantai bawah.

ABOUT FEELINGS [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin