Fika dan Kirana langsung berfikiran buruk, Tanpa pikir panjang keduanya langsung memanjat pagar itu dan saat tiba di atas pagar tanpa pikir panjang keduanya langsung melompat dengan mulusnya dan berlari ke arah pintu rumah Nika.
Nika yang sedari tadi melihat keduanya memanjati pagar rumahnya dan terjun dengan mulus merasa heran.
"Bukannya Fika gak bisa turun kalo manjat yah? Terus kak kirana perasaan dulu pernah bilang gak bisa manjat?" Heran Nika.
"Nika buka woyyy. Lo jangan kayak gini." Teriak Fika sambil mengetuk pintu rumah Nika.
"Nika, Jangan ngelakuin itu. Mundur yah mundur, abis ini gue masakin Lo deh." Saat ini Kirana berdiri tepat di bawah balkon Nika yang juga sedang melihatnya dengan mata polosnya.
"Kak, emang Lo bisa masak. Jangan Ngadi Ngadi deh, lo masak air aja kadang hangus kak." Teriak Fika menyadarkan Kirana.
"Diem deh Fik, jangan banyak bacot, ini gue lagi nenangin Nika nih."
"Kalian ngapain?" Ucap Nika dari atas.
Fika berlari kearah Kirana yang sedikit jauh dari pintu rumah Nika.
"Lo yang ngapain, Buruan buka pintunya Arunika Nirmala." Mendengar itu Nika hanya mengangguk dan segera keluar dan membukakan pintu keduanya.
"Kak, Kok gue ngerasa adegannya ada yang salah yah?"
"Maksud Lo?"
"Nahh ini kan biasanya di film film perlu berjam-jam buat nenangin orang yang udah mau itu, tapi ini kok kayak adegannya Klise yah?"
"Yahh, bagus dong. Nika jadinya gak jadi bundir."
"Iya sih, Gue cuman ngerasa beda aja gitu."
"Apasih Fika." Sebal Kirana.
(Ceklek)
Pintu rumah Nika terbuka, melihat itu Kirana dan Fika segera menghampiri Nika dan memeluknya.
"Nika, Lo bikin gue jantungan tau gak, hiks." Tangis Fika
"Gue bener-bener kaget tau gak Nik. Lo tuh udah gue anggep Adek gue sendiri tau gak." Ucap Kirana di sela-sela tangisannya.
"Kak, Kalo gue Lo anggep apa kak?" Tanya Fika di sela-sela mereka berpelukan. Dasar Fika, sempat-sempatnya dia bertanya seperti itu.
"Lo, gue anggep babu Fik." Begitupun Kirana yang tidak ada serius seriusnya sama sekali.
"Lo kurang di hajar emang kak." Fika dengan segala kekasarannya, untungnya saat ini mereka sedang lagi sedih sedihnya jadi Fika membiarkan Kirana saat ini lolos.
"Kalian kenapa nangis?" Tanya Nika heran melihat keduanya yang tiba-tiba datang lalu menangis dan memeluknya, Seperti Teletubbies saja.
"Lo bukannya mau bundir?" Tanya Fika yang masih dengan pelukannya pada Nika.
"Masuk dulu yuk. Kalian kayaknya salah paham deh." Nika melepaskan pelukan keduanya yang terasa sangat erat, seolah-olah ingin membunuhnya saja.
•••
Saat ini ketiganya berada di ruang keluarga rumah Nika, Fika dan Kirana sudah bisa meredakan tangisannya sekaligus ingus keduanya yang meluber sejak mereka berpelukan tadi.
"Tadi, kalian kenapa? Ohh iya kak kirana bukannya kakak gak tau panjat yahh? Kamu juga Fik aku kirain gak bisa turun kalo udah manjat, kok itu bisa?" Tanya Nika
"Lo bukannya mau bundir yah?" Fika bertanya hati-hati kepada Nika takut jika Nika mengingat niatnya kembali.
"Hahh.. Kalian bener-bener di luar logika." Nika cukup terkejut dengan ucapan Fika barusan.
"Kalian pikir saya di balkon itu tadi mau bundir? Asal kalian tau, tadi saya cuman mau cari angin aja, gak lebih kok." Jelas Nika.
"Yahh, gue kan takut liat Lo disana. Gue gak mau kejadian yang lalu terulang lagi Nik, gue gak bakal rela kalo Lo ninggalin gue kayak gitu. Lo gak tau seberapa takutnya gue dulu, Gue gak mau itu nik, saking takutnya gue sampai sekarang gue gak mau liat rumah sakit lagi." Jelas Fika dengan air mata yang bercucuran lagi.
Kirana yang mendengar ucapan Fika pun tak kuasa menetaskan air mata. Nika hanya duduk dan tersenyum masam mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu saat dirinya benar-benar frustasi.
(Flashback on)
Hari ini adalah hari ulang tahun Nika, Tapi kedua orangtuanya tidak sedikit pun melihat keberadaannya. Dia seperti di tinggalkan di rumah yang sangat besar ini.
Saat ini Nika sedang berada di balkon melihat mobil yang di kendarai orangtuanya meninggalkan halaman rumahnya, meninggalkannya sendiri lagi di rumah ini. Tidak satu pun yang datang memeluknya di saat dia benar-benar rapuh.
Nika terduduk di lantai balkon kamarnya, Bersamaan dengan itu rintik hujan turun membasahi tubuhnya. Awalnya hanya rintik tapi lama-kelamaan hujan itu kian deras dan membuat hujan di mata Nika pun ikut menderas.
Lama Nika menangis, Hujan berhenti dengan sendirinya tapi hujan di mata Nika belum juga berhenti. Dia hanya berfikir apa salahnya sampai dia harus di perlakukan seperti ini sama orangtuanya, dia juga butuh perhatian kedua orangtuanya.
Nika sangat menggigil tapi dia tidak punya tenaga untuk bangkit, tapi tetap disini bukanlah ide yang bagus. Nika berusaha berdiri dari duduknya dengan memegang pembatas tepi balkonnya.
Saat Nika sudah berdiri, Kepalanya sedikit pusing mungkin akibat dia terlalu lama di bawah hujan. Tapi tanpa Nika sadari ternyata baut yang ada pada pembatas ini sudah kendor, Dan alhasil membuatnya terjatuh dari lantai dua rumahnya. Nika hanya pasrah dengan nasibnya saat ini.
Setelahnya Nika merasakan hantaman yang sangat keras di bagian kepalanya, Dan di detik berikutnya hidungnya mencium bau anyir khas darah. Perlahan-lahan mata Nika mulai tertutup, Hari itu hari ulang tahun terburuk yang pernah Nika alami.
Tepat kejadian itu terjadi, Fika keluar di balkon kamarnya berniat untuk melihat pelangi yaang indah selepas hujan yang sangat deras. Tapi justru yang dilihatnya adalah sang sahabat yang terjun bebas dari lantai 2 kamarnya. Fika yang juga saat itu baru bangun tidur seketika otaknya merasa blank, terlebih saat dia melihat Nika seolah-olah Nika saat itu tengah tersenyum.
"Nika, Lo jangan pernah berpikir ninggalin gue dengan cara kayak gini." Dan di detik berikutnya Fika berteriak sangat kencang berharap sang sahabat membuka matanya.
(Flashback off)
_____
Ada yang baca cerita ini gak?🥺🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
RomansaFollow dulu sebelum baca😊😊 _____ Nika tidak pernah menyangka kehidupannya yang tenang dan damai rusak begitu saja hanya dengan kehadiran sosok di masa lalunya. "Gue gak akan pernah bisa ngelupain masa lalu itu, Terlalu sakit untuk di buang begitu...
Part 5
Mulai dari awal
