45. Terungkap Separuh

Mulai dari awal
                                    

"Geo! Kok kamu jadi kasar gini?!"

"Gue capek Sha sama semua kelakuan lu!  lu nggak berhak ngatur hidup gue!" bentak Geo membuat Tasha mengepalkan tangannya. Air mata Tasha hendak keluar dari pelupuk matanya.

"Gila! Lu kasar gini karena Naira?

"Enggak usah bawa bawa Naira!"

Tasha terkekeh pelan mendengar perkataan Geo. "Gue sudah duga dari awal lu pasti suka sama Naira 'kan!"

"Terus kalau gue suka kenapa?"

"Geo buka mata! Lu itu HIV. Lu sama aja kaya gue tinggal nunggu mati!" Suara Tasha makin meninggi sukses membuat Geo terdiam, mengatupkan kedua bibirnya.

***

"Kakk main mbe mbean yuk," ucap Ceril menarik-narik tangan Naira. Ia telah bosan bermain Barbie miliknya.

"Badan Kakak masih sakit Ceril. Main yang lain aja ya," tolak Naira bersuara lembut.

"Nggak mau! Ayok Kak jadi embe." Ceril merengek kencang.

"Sudah Ra kalau badan kamu masih sakit nggak usah di paksa. Biar Mama aja yang jagain Ceril. Tapi sebenarnya badan Mama juga sakit karena selama kamu dirawat, hampir 24 jam Mama pegang semua urusan rumah," balas Nita membuat Naira tidak tega.

"Nggak apa apa Ma, biar aku aja. Mama istirahat aja."

Naira menuruti kemauan Ceril. Jika tidak ia akan terus merengek dan menangis. Naira tahan badan Ceril yang menurutnya berat. Naira merangkak dari ujung ruangan hingga ujung ruangan lagi.

"Terus Mbek! Ayo makan rumput disana," ucap Ceril riang gembira sambil menunjuk ke ruang tamu.

Naira merangkak tertatih tatih. Deru nafasnya makin kasar. Saat berada di ruang tamu dan dekat dengan pintu, tiba-tiba terdengar bunyi lonceng rumah.

"Ada yang datang ada yang datang." Ceril melompat dari punggung Naira, lalu berjingkrak kesenangan.

Nairamembuka pintu dan melihat siapa yang datang malam malam begini.

Ceril mengikuti Naira dibelakang. Dari sela sela pagar rumah, ada seorang laki laki yang berdiri dan mencoba mengintip.

Naira lansung terdiam. Ia kenal sosok itu. Ia ingin kembali masuk ke rumah tapi Ceril malah berlari ke arah pagar dan menunjuk nunjuk barang bawaan laki-laki itu sambil berceloteh ria.

"Ngapain lu disini?" tanya Naira ketus kepada Geo yang berdiri sambil menatapnya lugu. Tangan kanannya memegang balon yang bisa menyala sedangkan tangan kirinya menggenggam paperbag berisi makanan kesukaan Naira.

"Ihh Kak mau itu," sambar Ceril menunjuk nunjuk balon yang digenggam Geo. Geo lansung tersenyum dan menunduk sedikit sehingga bisa menatap mata Ceril.

"Kamu mau ini?"

Ceril mengangguk, salivanya menetes di pinggir mulut. Saat itu Geo baru sadar jika Ceril adalah anak yang berbeda.

"Ini ambil," ucap Geo memberi balon itu kepada Ceril.

"Nama kamu sia..."

"Mama aku punya balon," teriak Ceril sambil berlari masuk ke rumah tanpa membiarkan Geo berhasil menanyakan namanya.

"Nih buat kamu," ujar Geo menyodorkan paperbag itu. Kata 'kamu' yang Geo ucapkan membuat Naira merasa aneh.

Naira hanya menatapnya sinis sampai Geo menurunkan tangannya.

"Ngapain lu disini?!"

"Aku mau buktiin ke kamu kalau ucapan aku kemarin benar. Aku sama Kavi nggak punya hubungan apa-apa."

Positif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang