» dua

9.5K 765 32
                                    

Malam ini hujan deras mengguyur kota Medan. Membuat Elsa dan Hafizh tidak membuka jendela mereka masing-masing. Entah apa yang membuat Elsa tetap membuka jendela kamarnya setiap hari walaupun ada saja kelakuan Hafizh yang membuatnya kesal.

Elsa mengambil salah satu novelnya dari rak buku. Setelah membuat coklat panas, ia membawa cangkir dan bukunya menuju jendela. Elsa duduk di tepi jendela yang cukup lebar dan memperhatikan bulir-bulir hujan yang turun dan mengalir di kaca jendela.

Elsa memeluk kedua kakinya setelah menaruh novelnya di samping dan memegang erat-erat cangkir coklat panasnya.

Di sebrang, Hafizh sedang memperhatikan gadis itu secara diam-diam di balik tirai jendelanya. Hafizh memperhatikan gadis dengan mata sipit yang dibingkai kacamata hitam itu sambil sesekali tersenyum sendiri. Rambut hitam Elsa yang panjang, bibirnya yang penuh dan berwarna merah muda, juga raut wajah yang serius ketika sedang memperhatikan hujan.

"Lo tuh kayak hujan, Ca," gumam Hafizh pada dirinya sendiri, "Membawa rasa nyaman buat gue tapi lo terlalu dingin."

Elsa merasa hujan sudah berhenti dan dengan sigap menaruh cangkirnya di meja belajar. Ia membuka jendela kamarnya dan mencium aroma hujan yang khas dalam-dalam. Ketika ingin menguncir rambutnya, Elsa malah tersandung sendalnya sendiri.

"Aw!" Elsa mengelus-elus lututnya yang sakit. Ia samar-samar mendengar suara tawa dari sebrang kamarnya.

Dengan kesal Elsa berjalan ke jendelanya dan melihat jendela kamar Hafizh sudah terbuka dengan pemandangan cowok itu sedang mentertawakannya.

"Ketawa aja terus! Makasih, Pish. Makasih!"

Hafizh menyeka air mata yang keluar karna tertawa,"Maaf deh, Ca. Pasti sakit ya abis jatoh?"

"Ya sakit lah!"

"Lho? Kok bidadari sakit sih, jatoh dari kayangan?" Hafizh memasang tampang serius sampai ketika Elsa mendengus, tawanya kembali pecah.

"Apish berisik ih!"

***************************

Jangan lupa diplay sound di paragraf pertama, ya:p

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang