Reason and Decision
Esok harinya, Light terbangun pagi sekali saat matahari baru saja terbit. Semua fakta-fakta yang diungkapkan oleh Sang Pendongeng kemarin telah membuatnya memikirkan segala sesuatu. Beberapa pertanyaan yang sudah berkecamuk dihatinya sudah terjawab, tetapi berganti dengan pikiran-pikiran baru mengenai ayahnya, mengenai beberapa orang yang hilang dari dunianya. Untuk menemukan petunjuk tentang keberadaan mereka dia bertekad untuk menjelajahi dunia. Pergi berpetualang di dunia yang tidak dikenalnya ini. Dengan begitu kemungkinan dia akan menemukan Ayahnya yang sudah lama hilang.
Dia bergegas turun, mencari Ardhan dan Aleen. Ternyata suasana rumah begitu lengang. Kemudian perhatiannya tertuju ke tangga yang menuju ke bawah tanah, ke tempat kerja Ardhan si Blacksmith. Light menuruni tangga tersebut dan mencapai ruang yang terang menyala terkena sinar dari api di tungku pembakaran. Light melihat Ardhan sedang bekerja, mengaduk-aduk besi yang dipanaskan sehingga cair kemudian menuangkannya kedalan cetakan pedang. Uap panas mengepul ke sebagian ruangan. Hanya sebentar berada disana sudah membuat Light berkeringat kepanasan. Ardhan melanjutkan pekerjaannya dengan memukul pedang yang ada dalam cetakan tersebut secara berirama. Klank.. ... klank... ... klank... dan seterusnya. Setelah puluhan pukulan, ardhan mengangkat pedang tersebut dari cetakan dan mencelupkannya kedalam bak kayu penuh berisi air. Uap panas pun menyembul sambil mengeluarkan bunyi mendesis.
Kemudian Ardhan mengangkatnya, sebuah pedang, dengan gagang yang cukup untuk genggaman satu tangan, bermata dua, dengan panjang kira-kira satu meter. Kedua sisi pedangnya nampak belum tajam, karena proses pembuatannya masih belum selesai,. Setelah mengeringkan pedang tersebut, Ardhan mengasahnya di sebuah alat pengasah berputar. Terbuat dari batu asah berbentuk roda yang dirancang sedemikian rupa yang mekanismenya memungkinkan putaran yang sangat cepat dengan sentakan kaki. Dia mengasah kedua sisi pedang tersebut sehingga benar-benar tajam. Setelah selesai, dia membersihkan pedang tersebut dengan kain lembab dan memolesnya dengan suatu cairan. Lalu dia menaruh hasil karyanya di rak khusus bersama dengan pedang pedang yang lain.
Lama sekali Light memperhatikan proses pembuatan pedang tersebut. Dia terlalu berkonsentrasi mengamati proses tersebut, sehingga suhu panas didalam bengkel tidak terasa lagi. Beberapa saat kemudian, Aleen datang ke ruangan tersebut untuk memberitahukan bahwa makanan sudah siap.
”Light, kamu ternyata ada disini, aku kira masih di kamar.” katanya kepada Light.
”Aku sudah terbiasa bangun pagi. Kurang nyaman rasanya kalau aku diam saja di kamar.” jawab Light.
Kemudian mereka bertiga naik menuju ruang makan. Hari ini masakan yang sama sekali berbeda dengan kemarin. Hari ini Aleen menyajikan gandum yang disiram dengan kuah kental berbau harum, disajikan dengan lobak dan wortel yang dipotong-potong dan dikukus hingga matang. Mengingatkan Light kepada Curry Rice. Dia berpikir mungkin masakan didunia ini sama dengan masakan di dunianya.
Masakan hari iini tidak kalah enak dengan masakan Aleen kemarin. Setiap teksturnya menimbulkan kelezatan yang alami. Perpaduan rasa manis, asin dan pedas yang menggugah selera begitu sepadan. Menurut Ardhan, kemampuan Aleen dalam memasak dan meracik ramuan obat merupakan bakat yang diturunkan oleh ibunya. Sejenak suasana menjadi hening saat mereka membicarakan almarhum ibu Aleen, Amarilys. Ardhan pun segera mengganti topik pembicaraan.
Kemudian Light menceritakan pemikiran-pemikirannya semalam setelah mendengar beberapa fakta dari sang pendongeng. Mengenai Ayahnya yang mungkin sedang berada di luar sana. Dia yakin sekali bahwa ayahnya masih hidup. Kemudian dia menceritakan niatnya untuk pergi menjelajahi dunia Elgandia.
”Light, sebelumnya aku ingin kau tahu bahwa diluar sana alam masih liar. Desa kami selama ini aman-aman saja karena terlindung secara geografis. Diluar sana berbeda, banyak makhluk-makhluk berbahaya yang berkeliaran. Kau harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu semua. Apalagi ka belum benar-benar mengenal dunia ini.” kata Ardhan.
YOU ARE READING
A.F.T.E.R Book 1 Another Fate, The End Reversal
FantasyAnother Fate: The End Reversal. Book 1 The Legends Always Before. Adalah cerita fantasy tentang perjuangan seorang manusia biasa yang tidak terlalu biasa dalam menjalankan kehidupannya di dunia lain. Your typical isekai.
