Lift mulai turun dan berhenti di lantai 6. Beberapa karyawan masuk dan tersenyum kepadaku. Kulihat cafetaria di sebrangku tampak sepi, hanya ada beberapa orang.
"Disaat aku buru-buru malah sepi" batinku.
Akhirnya, lift berhenti di lantai dasar. Aku berlari disekitar lobi, mencari fotograferku hari ini.
Kuhampiri seseorang dengan kamera menggantung di lehernya.
"Kamu, fotografer dari divisi redaksi kan? Tanyaku sambil menepuk pundaknya. Dia mengangguk .
"Anda nona Jennie?" Gantian aku yang mengangguk.
"Saya Mino, dari divisi yang sama dengan anda" ucapnya. Kami berjabat tangan sebentar.
"Kita langsung berangkat aja ya" ajakku sambil melihat jam tanganku karena tak mau membuang waktu. Kamipun langsung berlari kedepan kantor untuk mencari taksi.
•
•
•
•
•
Seoul, 22 Juli.
*** 11.48 ***
Jisoo pov
"Dokter, keluarga pasien yang kemarin kamu operasi pengen ketemu sama kamu dok" ucap Seulgi di telpon.
"Kamu udah bilang kalau aku lagi pergi?" Ucapku sambil fokus melihat jalan.
"Udah dokter, tapi mereka maksa. Katanya pengen ngasih kamu sesuatu sebagai ucapan terimakasih" jelas Seulgi agak frustasi.
Aku menghela napas.
"Yaudah Tititpin aja sama kamu terus bilang juga terima kasih dari aku, udah ya aku harus keluar mobil" ucapku keluar mobil dan melepas handsfree yang sedari tadi menempel di telingaku.
Aku turun dari mobil dan menuju ke sebuah kantor. Kantor tempat sahabat lamaku bekerja. Aku berencana untuk mengejutkanya dengan muncul secara tiba-tiba.
Aku bahkan masih menggunakan seragam dokter gigi, memakai topi 'S' favoritku yang kubalut hoddie hitam menutupi rambut panjangku.
"Nylon Magazine Korea" bacaku dalam hati saat aku tiba di depan kantor yang tinggi tersebut.
Akupun masuk dan menanyakan ruangan CEO kepada seorang security. Setelah mendapat jawaban, akupun bergegas masuk lift. Aku tersenyum merasakan degup jantungku yang terlalu kencang jika hanya untuk bertemu kawan lama.
Tiba-tiba seorang berlari kearah lift.
"Hei, tunggu!" Teriaknya.
Entah mengala aku reflek memencet tombol agar pintu lift tertutup. Sesaat sebelum pintu tertutup, pria itu berhasil masuk dalam keadaan berlari hingga menabrak tubuhku, kami berdua terjatuh tepat saat pintu lift tertutup.
Permen yang ada disaku ku seketika berhamburan karenanya.
"Ehh maaf" ucapnya panik.
Aku memandangnya kesal sambil mencoba memunguti permenku yang jatuh. Seakan merasa bersalah, dia bantu memunguti permenku di sisi lain.
"Ini" ucapnya sambil memberikan beberapa permen yang dia pungut.
"Ambil aja buat kamu" ucapku sambil memasukan permen yang kupungut kedalam saku.
"Aku punya banyak ko" balasku lagi.
Pria itu hanya menatapku heran lalu tersenyum simpul.
"Terima kasih" ucapnya.
"Aku Hanbin" tambahnya ramah.
"Jisoo" jawabku datar. Kami berjabat tangan sebentar.
"Anda ingin bertemu siapa?"
"Eehhmm.. bertemu CEO sini"
"Ruanganya di lantai 8,setelah keluar lift belok ke.."
"Aku udah tau" potongku datar.
Pria itu mengangguk pelan. Kemudian pintu lift terbuka di lantai 6.
Aku bergerak keluar lift, namun belum sempat aku keluar, pria tadi menghetikanku.
"Hey, ruangannya di lantai 8" ucapnya mencoba mengingatkan.
Aku menoleh sebentar padanya.
"Aku akan ke cafetaria dulu" ucapku pelan kemudian bergegas pergi menuju cafetaria di sebrang lift.
"Hey, terima kasih udah menungguku tadi!" Teriaknya.
Aku hanya terus berjalan sambil mengagkat tangan kananku.
Di cafetaria, aku membeli minuman dan beberapa cemilan untuk teman ngobrol kami nanti.
Setelah itu aku kembali menuju lift, dan naik menuju lantai 8 tujuanku.
"Permisi.." ucapku sambil mendekati meja seorang wanita yang duduk di meja dekat sebuah pintu yang bertuliskan CEO
"Ada yang bisa saya bantu pak?" Sedetik dua detik wanita itu tersadar.
"Astaga maaf.. maaf saya kira tadi laki-laki" ucap wanita itu merasa bersalah.
Akupun tersenyum kaku.
"Emang kadang sering di sangka laki-laki sih kalau pake topi, apalagi ditambah pake masker. Yang kedenger cuma suara husky aku aja" batinku.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu nona?" Tanya wanita itu lagi.
"Pak Kai ada?"
"Sudah buat janji?"
"Bilang aja kalau Jisoo ingin menemuinya"
Setelah beberapa saat di dalam, dia menyuruhku masuk. Baru saja kubuka pintu, seseorang memeluku erat.
"Hey bodoh!!!" Teriaknya.
"Kkaaaaiiiii" balasku tak kalah keras.
Kami berpelukan lama dengan bergerak ke kiri dan ke kanan seperti berdansa.
"Udah berapa puluh ribu tahun kita engga ketemu?!" Candanya sambil memeluk pundakku dan mengarahkannya ke sofa di sebelah meja kerjanya.
"Kayanya hari ini tepat perayaan 200 tahun kita enggak ketemu" balasku yang di iringi gelak tawanya.
"Ko bisa kamu kesini?" Tanyanya penasaran.
"Aku punya firasat yang baik" ucapku percaya diri. Kai membuka topiku dan mengacak-acak rambutku kasar karena gemas.
***TBC***
YOU ARE READING
♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •
FanfictionJisoo adalah seorang Dokter Gigi dan Jennie adalah seorang Editor di kantor majalah Korea mereka adalah dua orang yang bahagia dengan kehidupannya masing-masing ternyata memiliki takdir yang tak terduga. Bagaimana cara takdir merubah kehidupan merek...
Jisoo Ke Kantor Nylon
Start from the beginning
![♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •](https://img.wattpad.com/cover/316906520-64-k264388.jpg)