"I love u, Ca. But, I can't have u," final Asa yang kemudian meraih kepala Asa. Mengecup sekilas kening gadis itu.

"I hope, u hate me from now on," tambahnya yang kemudian berdiri. "Jangan buat aku nanti semakin jatuh dengan sikapmu hari ini."

"Jika boleh, aku ingin jadikan kamu sebagai tokoh utama di universe lain. Cuma kita. Mau?"

Asa benar-benar dibuat bingung dengan sikap laki-laki tersebut yang terlihat begitu aneh. Dengan tujuan datang mencari Tio hanya sekadar ingin bercerita bagaimana kemarin ia merasa habis. Tapi kenapa, ketika Asa ingin bercerita ia harus menerima keadaan yang belum ia siap terima.

"Lo mau pergi?" Asa spontan berkata seperti itu dan beranjak sigap untuk berdiri.

"Im here. Aku enggak kemana-mana, Aca," balas sosok laki-laki-Tio Mahardika-meraih dan menepuk lembut kedua pundak Asa.

Sekarang, tangan yang semula berada dipundak sang gadis-beralih untuk mengisi jemari-jemari lembut Asa. Dan kemudian ia tersenyum hangat. Menatap hangat bola mata Asa.

"Semoga, kita bertemu lagi di semesta selanjutnya. Sebagai dua orang yang saling membahagiakan tanpa terhalang bertepuknya perasaan dan takutnya kehilangan."

"Aca ... dengerin aku ya, jangan marah. Aku tau kamu gaada perasaan sama aku dan anggap aku cuma sahabat kamu. Tapi kamu harus tau."

"Aku udah milik orang lain," lirih Tio Mahardika tanpa penuh dosa.

"Lo bisa enggak, enggak usah nambah beban hati gue. Tujuan gue dateng mau cerita dan canda tawa sama lo."

"Mau ketemu lo, cerita banyak hal. Tapi sikap lo kemarin yang seakan treat a queen gue, kenapa langsung dijatuhin buat bikin gue enggak percaya buat lo. Gue enggak pernah masalahin lo punya cewe dan di sisi lain lo pernah bilang cinta sama gue. Gue enggak pernah mempersalahin."

"Yang gue persalahin di sini. Lo tanpa dosa seakan suruh gue pergi."

"Maafin aku, Ca. Aku sadar soal kemarin adalah kesalahan belaka yang aku buat."

"Seharusnya aku enggak buat kamu senyaman itu hanya ingin lihat kamu senyum."

Asa menunduk-terkekeh remeh. "LAWAK LO! GAADA BEDANYA LO SAMA BRIAN!"

Tio tersenyum tipis. "I'm sorry."

''UNTUK SELURUH SISWA SISWI KELAS 11 IPA MAUPUN IPS SILAKAN BERKUMPUL PADA LAPANGAN DAN NAMA-NAMA YANG SAYA SEBUT SEGERA KERUANG KEPALA SEKOLAH.''

Suara pengumuman itu menjadi keheningan di antara Asavella dan Tio Mahardika. Tio meraih tangan Asavella dengan lembut.

"Ayo pergi."

Asa kehilangan pikiran bagaimana sikap Tio benar-benar mengajak berada puncak yang ia sendiri tidak bisa mendeskripsikan. Mereka menuruni anakan tangga dan berjalan bersebelahan. Bahkan telinga mereka masih mendengar bagaimana suara dari speaker pengumuman menyebut nama-nama siswa siswi SMA MERPATI SILA LIMA.

Langkah kaki Asavella berhenti. Membuat Tio tertarik kebelakang dan ikut menghentikan langkah yang ia rajut.

"SEKALI LAGI. UNTUK YANG SEBUT RANDY NARENDRA IPS 2, NANARAI FELYCYA MIPA 8 DAN TIO MAHARDIKA IPA EFEKTIF 1 - A. TOLONG SEGERA MENUJU KERUANG KEPALA SEKOLAH SEKARANG."

Tio meneguk saliva begitu kasar. Membalik tubuh penuh ketakutan. Ia memejamkan matanya ketika membalik tubuh sebab ia tak berani menatap gadis yang mungkin akan bertanya banyak hal.

Ia pun menghela napas berat melalui mulut. Meraih masker hitam Asavella. Ia pun berusaha netral sembari memakaikan masker pada Asavella. "Duluan ya, gapapa kan?"

ASAVELLA [TERBIT] ✓Where stories live. Discover now