44 ◕ Choices (🇲🇨 Vers)

En başından başla
                                        

Luna memeluk Kris saat ia mendengar suara nafas Kris memberat dan suaranya semakin terdengar parau dan kacau. Ia memeluk Kris dengan erat. Tangannya mengusap kepala belakang Kris dengan lembut dan penuh kasih sayang.

“Aku sangat mencintai Chanyeol, Luna. Aku sangat mencintainya. Dan jika seseorang menanyakanku alasannya, aku tidak punya. Aku sama sekali tidak memiliki alasan mengapa aku mencintainya segini dalamnya. Semuanya terjadi begitu saja. Seluruh hati dan pengharapanku, aku memberikan semua padanya saat itu. Setiap detiknya aku selalu mengulang frasa, waktu akan menyembuhkan semua luka. Namun nyatanya tidak. Waktu tidak membuat luka sembuh, waktu hanya akan membuatku terbiasa dengan rasa sakitnya. Namun beberapa bulan terakhir ini, rasa sakitnya begitu dalam hingga aku berharap untuk mati agar tidak merasakan sakitnya. Aku selalu berpikir, bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri, bisakah aku dan dirinya memulai semuanya kembali? Bisakah aku dengannya menjadi dua orang asing yang saling memperkenalkan diri kembali? Kemudian aku mencintainya lebih dulu, mendekatinya terus dan pada sampai dimana titik saat aku menyatakan cintaku padanya, akankah ada kesempatan bagiku untuk mengulang kembali semuanya? Bisakah aku mendapatkan satu kesempatan lagi? Aku benar-benar merasa bodoh. Seharusnya aku tidak pergi sore itu. Seharusnya aku tidak meninggikan egoku. Seharusnya aku lebih bersabar disisinya dan mengerti dirinya. Seharusnya disaat aku tahu ia selalu berada dibelakangnku, aku menariknya kedepan agar berjalan disisiku atau seharusnya aku berhenti dan menunggunya sejajar denganku. Karna sekarang, demi Tuhan aku merasa aku bertanggung jawab atas rasa sakit yang ku alami, kebahagiaan ilusi yang Joohyuk rasakan, juga ikatan yang membelenggu Chanyeol. Kami bertiga terluka, karna diriku”

Luna menangis mendengarnya. Ia menyandarkan dagunya pada kepala Kris. Mengusapi punggungnya. Sementara kini Kris mengepalkan tangannya dan menahan nafasnya.

Luna belum mampu menjawab seluruh cerita Kris, seluruh curahan hatinya. Luna tidak tahu bahwa Kris terluka sedalam ini. Luna tidak tahu berapa banyak pikiran yang Kris pikirkan hingga merusaknya separah ini.

“Apa yang harus aku lakukan, Luna?”

Luna menangkup wajah Kris. Ia menatap iris mata kecoklatannya. Kris menatapnya. Wajah sedih Luna. Ia tertawa kecil, suara tawa yang terdengar terluka. Luna menjatuhkan kembali air matanya, ikut merasa sakit yang Kris rasakan.

“Kenapa kau menangis untukku? Aku bahkan tidak dapat membalas perasaanmu—

“Hiks, ku bilang—hiks, perasaanku padamu dan rasa sakitku itu urusanku—hiks, kau bodoh!!”

Kris mengusap air mata Luna dengan ibu jarinya. “Aku tidak hanya melukai Joohyuk dan Chanyeol. Aku melukaimu juga” Kris memaksakan sebuah senyuman, “Salahku”

Luna menggelengkan kepalanya. Ia menarik kursi untuk duduk dipinggir ranjang Kris. Ia menggenggam kedua tangan Kris dengan erat.

“Segala sesuatu yang kau lakukan didasarkan pada pilihanmu yang kau buat. Bukan orang tua, bukan tentang hubungan masa lalu, bukan tentang pekerjaan, pertengkaran atau apapun itu. Semua terjadi karna kau yang memilihnya”

Kris menatap Luna lalu menggeleng, “Aku tidak punya pilihan—

“Kris Wu, semua orang punya pilihan. Pilihan adalah alat paling kuat yang kita miliki. Semua hal yang terjadi pada hidup kita bermuara dari sebuah pilihan yang kita putuskan. Pilihan itu tidak pernah terbatas. Pilihan yang kita putuskan kadang menutup satu masalah namun membuka masalah lain, itulah konsekuensi pada setiap putusan. Namun seperti yang ku bilang, Pilihan adalah alat yang paling kuat yang dimiliki oleh setiap orang,”

Luna mencengkram tangan Kris yang digenggamnya dengan cengkraman kuat. “Kau bisa mengubah arah hidupmu dengan pilihan sederhana. Semuanya ada ditanganmu, kau yang memiliki kendali”

Kris kembali menyanggah ucapan Luna. “Itu tidak semudah yang kau katakan. Pikirmu aku dapat dengan mudah memutuskan sesuatu disaat aku dihadapkan dengan pilihan yang melibatkan perasaan dan hidup orang lain?”

“Kris Wu...”

Luna benar-benar kehabisan kata-kata. Bagaimana bisa Kris berpikiran se-pesimis ini. Ia memijat pelipisnya.

“Kau menikahiku. Karna ayahmu memaksamu kan?”

“Ya”

“Kau punya pilihan untuk menolaknya, namun kau menerimanya karna kau kehilangan Chanyeol dan kau kira kau bisa memulai chapter menjadi mayat hidup tanpa dirinya kan?”

“…”

“Kau benar. Membuat putusan atas pilihan yang melibatkan perasaan dan hidup orang lain itu memang sulit. Tapi orang itu juga punya pilihan sendiri. Dia punya perasaan sendiri. Itu urusannya. Bukan urusanmu. Jika kau sudah memutuskan sesuatu maka lakukan yang terbaik atas putusanmu itu.”

“…”

“Kau memutuskan untuk menikahiku tanpa mencintaiku. Aku juga memiliki pilihan saat itu. Memutuskan hubungan kerja, membatalkan pernikahan, atau menerima pernikahan yang akhirnya akan menyakitiku. Kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan pernikahan kita meskipun pada akhirnya aku disakiti oleh perasaanku sendiri.”

“…”

Luna memberikan satu senyuman tulus pada Kris. Ia berdiri karna jam ditangannya berbunyi. Ia harus kembali ke kantor.

Ia menyatukan keningnya dengan kening Kris. Jantungnya bergemuruh. Ia begitu mencintai Kris. Ia bisa saja memaksa dan mengikat Kris bersamanya, namun ia tidak memilih pilihan itu.

“Aku selalu berharap kau bahagia, atas setiap keputusan yang kau buat. Karna, seberapa banyakpun uang yang kau punya, kau tidak akan bisa memutar waktu, Kris Wu… jangan menunda dan berakhir menyesal nantinya”

Luna mengecup pipi Kris lalu berlalu pergi setelah menepuk bahu Kris. Kris menatap wanita itu lalu tersenyum kecil.

“Kau teman yang baik, terima kasih…”

Luna tertawa kecil. Ia membuka pintu ruangan Kris dan menemukan Tao dan Sehun berdiri tepat di depan pintu. Kris menatap keduanya. Senyumannya merekah. Tangannya merentang, dan Sehun kecil kembali menangis.
 
  

Ia turun dari gendongan Tao dan berlari memeluk Kris. “Papa… papa baik-baik saja bukan?” tanyanya sesaat ia memeluk leher sang ayah dengan tangan pendeknya.

“Hunnie”

Sehun menoleh menatap mamanya yang tersenyum. Menghampiri Sehun dan memberikan sebuah cincin yang begitu Kris kenali.

“Kembalikan pada Chanyeol jika kau bertemu dengannya nanti”

“Ini milik Chanyeol?”

“Entahlah, tapi seorang pecundang membuangnya, ku rasa ini akan berguna nanti”

Sehun menatap cincin itu. Kris bergerak menngambilnya namun kalah cepat dengan tangan Sehun yang kini bersembunyi dibalik tubuhnya.

“Tidak akan ku berikan pada Papa! Wlek!”

Sehun langsung berlari menghampiri Tao dan mengulurkan cincin itu pada Tao.

“Paman Tao, Hunnie percayakan senjata andalan ini ditangan paman Tao. Jangan sampai kehilangannya atau nanti paman Tao akan Hunnie pecat”

“Hei! Dia bekerja untuk Papa!”

“Aku kan penerus papa. Jadi paman Tao juga bekerja untuk Hunnie!”

“Aku yang menggajinya!”

“Paman Tao, hunnie naikkan gaji paman Tao 3 kali lipat. Tapi bayarnya nanti, saat Hunnie sudah jadi CEO”

Sehun tersenyum penuh. Tao turut tersenyum. Ia mengambil cincin itu dan memasukkannya ke dalam saku jasnya.

“Tao”

“Ya, Ge?”

“Pesan penerbangan ke Seoul—

“Kau harus istirah—

“Sekarang, Tao”

Sehun melompat-lompat ditempatnya. Lalu tangannya terjulur keatas. “Hoorraaayy!!!” pekiknya senang.

Krisyeol; The Immutable TruthHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin