[17] pagi yang mengejutkan

Începe de la început
                                    

"Mas Dud keluar buruan!" Teriak Amara lagi membuat Arkan buru-buru keluar dari kamar Amara menuju kamarnya.

"Amara malu-maluin jadi orang lo, mana didepan suami lagi. Harus ditaruh kemana wajah gue nanti dimeja makan"

•••••

Dimeja makan suasana begitu canggung yang terjadi antara Amara dan Arkan. Amara yang sedari tadi menunduk tak berani menatap Arkan, sedangkan Arkan juga mengalihkan pandangannya agar tak menatap Amara. Beda halnya dengan Anta yang terlihat bingung dengan tingkah orang dewasa didepan dan di sampingnya.

"Papa kenapa sih? Diam-diam-an dari tadi, nggak biasanya loh kayak begitu" Kata Anta yang sudah tak tahan lagi dengan keadaan hening dimeja makan. Biasanya setiap pagi pasti ada saja yang di oceh oleh ibu sambung nya itu.

Arkan menggeleng "papa nggak kenapa-napa kok. Oh ya, Anta mau makan apa biar papa ambilin"

"Anta itu aja deh pa" Tunjuk Anta pada piring yang berisi bihun lalu beralih pada telur dadar, orek tempe. Karena menu pagi ini adalah nasi kuning buatan Nana.

"Biar aku aja Mas Dud" Amara mengambil alih untuk memasukkan lauk pauk ke dalam piring milik Anta.

"Makan yang banyak Anta, biar cepat sehat terus bisa sekolah lagi" Ucap Amara karena setelah Anta pulang dari rumah sakit masih diliburkan sekolah sampai keadaan benar-benar membaik.

"Hmm" Amara tersenyum karena Anta sudah mau merespon ucapannya walau dengah deheman saja. Itu sudah lebih dari cukup bagus Amara.

"Anta nanti akan saya bawa kerumah mama, dan nanti saya akan kembali menjemputnya saat saya pulang dari kantor" Ucap Arkan disela-sela makannya.

Amara mendongak menatap Arkan ada sedikit rasa kecewa muncul dalam hatinya "Mas Dud masih nggak percaya sama aku? Aku bisa kok jaga Anta dirumah dan aku janji nggak akan bikin Anta sakit atau terluka lagi. Janji deh" Ungkap Amara sampai mengangkat jari kelingking miliknya kearah Arkan.

Arkan menghela nafasnya pelan. Bukan dirinya tak mempercayai Amara tapi masalahnya ini atas dasar permintaan mamanya sendiri yang tengah kangen pada cucunya. Membuatnya harus membawa Anta kesana dan juga disana pasti akan senang karena memang dikomplek perumahan mamanya banyak sekali anak yang seumuran dengan Anta.

"Bukan, saya per--"

"Nggak papa kok," Potong Amara cepat.

Lagi-lagi Arkan hanya dapat menghela nafasnya. Kenapa perempuan didepannya ini langsung memotong ucapannya tanpa mau mendengar kelanjutannya "bukan saya tak percaya pada kamu, tapi ini atas permintaan mama saya, yang katanya tengah kangen pada cucunya" Jelas Arkan menjawab semua tanya hati Amara.

"Ohh, maaf kalau begitu. Aku jadi salah paham sama Mas Dud. Bahkan aku tadi sampai mikir kalau Mas Dud emang nggak akan pernah bisa percaya sama aku" Kata Amara sedikit bersalah.

"Jangan berpikir begitu. Mulai sekarang lakukan apa yang ingin kamu lakukan dirumah ini dan tanyakan apapun yang kamu nggak tau, bisa sama Nana atau saya"

Suasana hati Amara berubah membaik ditambah senyuman yang terbit di bibirnya saat mendengar ucapan Arkan "beneran?" Tanya Amara yang masih tak percaya.

"Iya" Arkan menganggukkan kepalanya.

"Makasih udah beri aku kesempatan buat belajar" Ucap Amara tulus.

•••••

Ponsel yang tergeletak diatas meja membuat fokus seorang gadis yang tengah mengeluarkan kuenya dalam oven teralihkan kesana. Buru-buru dia menyelesaikan tugasnya lalu dengan cepat mengangkat panggilan itu.

"Halo bunda" Ucap Amara memulai obrolan dengan sang bunda yang tiba-tiba menghubunginya.

"Kamu bisa pulang nggak? Ada yang mau bunda omongin sama kamu. Tapi kalau nggak bisa juga nggak papa, besok juga boleh"

"Bisa bunda, sekarang Amara berangkat. Tapi mau nyelesaiin kerjaan Amara dulu yang lagi bikin kue. Sekalian Amara bawain buat bunda"

"Anak bunda udah pintar, bisa bikin kue sendiri. Iya nanti bunda bakalan rasa apa enak kue buatan anak bunda"

"Pastinya enak dong bun, buatan Amara gitu loh"

"Yaudah, nanti hati-hati kesini. Kalau bisa suruh antar sama supir aja"

"Iya bunda, tenang aja. Aman pokoknya"

"Kalau begitu bunda tutup dulu"

Sambungan telefon terputus membuat Amara kembali melanjutkan kegiatannya. Tak lupa untuk membawa untuk bundanya sedikit dan sisanya akan suruh makan Arkan dan Anta karena yang dia tahu dari Nana kalau Anta itu suka nyemil didalam kamarnya.

Kini Amara sudah berada diatas motornya untuk menuju rumah bunda yang bisa dibilang jauh tapi dia memaksa untuk menggunakan motor dari pada diantar oleh pak Ansar. Sebelumnya dia sudah meminta izin pada Arkan untuk kerumah bunda dan Arkan mengizinkannya.

Setelah menempuh perjalanan yang tak sampai setengah jam akhirnya Amara sampai didepan rumah bundanya dan langsung disambut oleh sang bunda yang tengah duduk diluar sambil meminum teh.

"Bunda!" Amara menghampiri Geladi sambil berlari ditangannya menenteng sebuah paper bag yang berisi kue yang tadi dia buat.

"Amara! Bunda kangen banget sama kamu sayang" Geladis langsung memeluk putrinya dengan erat sangking rindunya.

"Amara juga kangen sama bunda" Geladis melepaskan pelukannya dan langsung menyuruh Amara untuk masuk kedalam rumah.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Geladis saat keduanya sampai dimeja makan.

"Sebenarnya udah sih bunda, tapi kalau makanannya bunda yang masak aku mau lagi deh," Cengir Amara membuat Geladis langsung mengambil piring lalu memasukkan nasi kedalamnya.

"Nih kamu ambil aja apapun yang kamu mau" Ucap Geladis seraya menyerahkan piring yang berisi  nasi.

Selesai makan keduanya kini tengah berkumpul diruang keluarga.

"Ada yang mau bunda omongin?"

Geladis menatap putrinya "jadi gini, bunda punya satu cafe yang nggak terlalu jauh dari komplek perumahan kamu. Nah niatan bunda, mau bunda kasih cafe itu buat kamu kelola."

"Siapa tahu kamu bosan dirumah bisa ke cafe buat ngelihat keadaannya dan kalau kamu mau, kamu bisa langsung ambil" Lanjut Geladis.

Amara menggaruk tengkuknya "gimana ya bunda, sebenarnya Amara mau. Apalagi kalau Anta lagi kesekolah, Amara suka bosan dirumah. Tapi bunda tenang aja, nanti Amara minta izin dulu sama Mas Arkan."

"Kalau Mas Arkan setuju Amara bisa ngambil alih ngurusin cafe milik bunda. Tapi kalau Mas Arkan nggak ngizinin ya bunda tau sendiri"

Geladis paham "iya bunda paham, kamu minta persetujuan dari suami kamu dulu baru nanti kamu ngomong lagi sama bunda"

"Iya bunda"

•••••

Halo semua👋

Balik lagi sama kisah Amara dan Arkan. Buat kalian yang udah baca jangan lupa vote dan juga komen.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya

SPAM NEXT DISINI👉

Istri Mas Duda  [End]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum