The Vibes Chapter 15 : Being With You (Part 2)

Start from the beginning
                                        

.

.

.

.

Pukul 2 siang cuaca mulai bersahabat. Insting Mew tepat. Bahwa pada waktu itu, langit tertutup awan kumulus tebal. Menjadikan terik matahari yang tadinya panas menjadi tidak begitu terasa. Rasanya menjadi hangat...

Mew menyewa mobil Jeep milik resort. Ia dan Gulf berpakaian cukup rapi dengan kacamata hitam yang masih setia bertengger di mata mereka. Tak lupa, keduanya mengenakan masker untuk menjaga untuk berjaga-jaga. Begitu semua telah dirasa siap, mobil Jeep itu mulai meluncur pergi dari belakang resort.

Atap mobil Jeep itu terbuka. Sengaja Mew buka, agar angin segar bisa masuk ke dalam mobil. Kanan dan kiri mereka penuh dengan pemandangan yang menakjubkan. Di sebelah kiri terdapat hamparan tebing dengan laut sebagai backgroundnya. Sedangkan di sebelah kanan ada pemandangan hijau dari pepohonan hutan. Ya, kali ini Mew mengajak Gulf ke suatu tempat dengan perpaduan tempat yang mereka sukai, gunung dan pantai.

Gulf melongok dari luar jendela yang terbuka. Tangannya ia ayunkan dengan bebas. Sepanjang jalan, hanya ada mobil mereka disana. Ia hirup dalam dalam udara segar yang masuk ke dalam hidung. Perasaan damai yang tak terkira merasuk ke dalam hati. Mew hanya bisa tersenyum lembut melihat tingkah polah kekasihnya itu. Pria itu kemudian kembali fokus menyetir kedepan.

Mobil melaju cukup cepat dikarenakan jalan yang lenggang. Hingga tak sampai setengah jam, itu telah sampai di sebuah kuil.

Masih di dalam mobil, Mew melepaskan kaca mata hitam serta masker yang dikenakannya. Ia melihat bagian depan dari kuil itu. Kuil itu nampaklah kuil tua, tapi dari pelataran kayunya, jelas itu sangat terawat. Dari kejauhan bau wangi semerbak persembahan dapat tercium. Hal itu menciptakan sebuah perasaan lain di dalam hatinya. Para biksu dengan pakaian orange berjalan dengan pelan di sisi kiri kuil. Mereka berbaris satu persatu memasuki pintu kuil, sepertinya baru kembali dari meditasi mereka di gunung.

"Phi Mew,.." Gulf menepuk pelan bahu Mew. Pemuda itu juga telah melepas kacamata dan masker miliknya. Ia menyadarkan pria itu dari lamunan sesaatnnya.

"Uh,.ah.. Chai.."

"Ayo turun?"

"Ah iya,. Iya.."

Dua orang itu turun dari mobil Jeep yang mereka tumpangi sebelumnya. Dua pasang kaki melangkah hingga ke  pintu gerbang kuil. Mew melihat ke arah kiri, ke arah Gulf yang juga sama-sama menatap dirinya. Tangan besar itu kemudian menggandeng sang pemuda manis, menuntunnya untuk masuk bersama-sama ke halaman kuil.

Di depan pelataran kuil sudah ada biksu tua yang tersenyum hangat menyambut mereka. Dengan baik hati biksu tua itu membimbing Mew dan Gulf untuk berdoa dan melakukan ritual yang harusnya mereka lakukan sebagai bagian dari merit. Ritual berjalan dengan lancar serta khidmat, hingga pada akhirnya mereka sampai pada bagian berdoa pada sang Buddha.

Mew mengulum senyumnya. Matanya menatap lembut patung Budhha  yang ada di depannya. Perasaannya... Benar-benar damai,. Rasanya begitu menggembirakan bisa merit bersama dengan orang tercinta. Persis ketika pertama kali mereka merit untuk pertama kalinya. Itu membuncah di dalam dada. Kilas balik ingatan pada masa itu berputar di kepalanya,. Merit pertama, merit kedua,. Serta merit-merit lainnya yang jarang diketahui oleh publik,  bahwa ia sering melakukannya bersama dengan Gulf. Dan tentu saja, yang pertama selalu menempati posisi tersendiri di dalam hati.

Mew teringat bahwa dulu sebelum ia bisa membawa Gulf untuk merit bersama, ia pernah menulis nama mereka berdua di sebuah lonceng suci di sebuah kuil. Tentu saja dengan doa-doa yang baik. Siapa sangka kini ia dan Gulf bisa bersama-sama. Dirinya rasa, itu berkat kekuatan doa saat di kuil itu, kemudian diperkuat dengan merit mereka berdua lainnya.

The VibesWhere stories live. Discover now