Imagination

27 4 1
                                    


[15+ because it contains violence and gory stuffs please read with caution]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[15+ because it contains violence and gory stuffs please read with caution]

Ficlet. Mystery.

.

.

.

.

.

.

Aku selalu merasa Ayahku sudah gila.


Sejak dipecat tanpa sebab meski sudah setia mengabdi selama belasan tahun, ia jadi sering melakukan kekerasan fisik pada kami sebagai pelampiasan amarahnya.

Pada akhirnya Ibu dan Daniel—Kakakku, sepakat untuk membawa Ayah ke Rumah Sakit Jiwa hari ini. Namun, dia membangkang. Meninju Daniel ketika ia berusaha membawa Ayah ke mobil, dan menjambak Ibuku sampai ia terjengkang ke belakang. Dia mengamuk.

Gila!

Aku hanya bisa meringkuk ketakutan, menyaksikan kejadian itu dari kejauhan. Bersembunyi dibalik kursi besar di ruang tamu. Berharap tidak ikut terkena imbas dari amukannya yang sudah seperti binatang buas yang kelaparan.

Mungkin ini adalah dosa kami karena membiarkan Ayah berlarut-larut dalam kegilaannya. Kami membiarkan ia menanggung depresinya seorang diri ketika ia dipecat.


"Daniel, cepat selamatkan Rara!"

Aku tersadar dari lamunan, kemudian memutuskan untuk mengintip. Jantungku mencelos ketika melihat Ibu sudah terkapar di lantai dengan garpu yang menancap di mata kirinya. Tak jauh dari situ, Daniel pun terkulai dengan darah bersimbah di kepalanya. Matanya terbelalak lebar, seolah menahan nyeri.

Apa yang terjadi selama aku melamun? Rasanya baru beberapa menit yang lalu ketika Ayah mengamuk tidak mau dibawa ke Rumah Sakit Jiwa.

Raungan kemarahan yang kudengar di dapur, membuatku merinding. Kematian tiba-tiba terlintas dalam benakku setelah sadar hanya aku yang tersisa. Melihat ia yang memorak poranda rumah membuatku ketakutan setengah mati.

Dia mencariku.

Selanjutnya adalah aku.

Tidak mau dibunuh, aku pun lari dan meminta tolong tetanggaku, Mbak Erna. Setelah mendengar cerita tadi, ia menatapku simpatik.



"Rara, kamu menghayal lagi, ya? Ayahmu kan sudah di penjara enam tahun yang lalu. Ngomong-ngomong, jangan lari-lari di koridor Rumah Sakit, ya. Ayo, kuantar ke ruanganmu."


Mendengar itu, aku semakin ketakutan.

Apa yang terjadi padaku enam tahun yang lalu?


Di Balik Lemari [Kumpulan OneShots dan Drabbles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang