"Jadi pas putus kayak ketemu jawabannya. Oh, mungkin memang bukan dia orangnya. Gitu sih," lanjutnya dengan senyum kecut.

Seno ikut tersenyum kecut tapi mengerti. Ia memelankan suaranya, berbicara dengan hati-hati, "Kamu putus bukan karena aku ngomong itu kan?"

Wendi mendadak mencibir, "Lho? Pede banget?"

Seno tertawa, "Yah, kirain gitu kan. Kamu kepikiran aku ..., terus gitu deh,"

"Semesta tuh nggak muter di sekitar kamu doang ya, Senopati." ucap Wendi dengan mantap mengejek pria di depannya itu. Seno tertawa lagi sambil kedua tangannya terangkat seakan menahan segala ejekan Wendi barusan.

"Iya deh maaf maaf. Tapi beneran aku sempet kepikiran. Pokoknya jangan pikirin aku dan confess-ku dulu ya! Pokoknya sekarang think about yourself first, okay? Aku nggak mau bikin kita jadi ngerasa aneh,"

"Sebenernya yang aneh dan kepedean kan kamu, Seno. Emang aku mau fokus buat diriku sendiri dulu kok! Lihat aja nanti rambutku warna-warni kayak Paddle Pop!"

"Apaan tuh rambut kayak Paddle Pop? Model baru ya Wen? Mama mau dong?" tiba-tiba Mamanya Seno sudah hadir di tengah mereka sambil menenteng beberapa belanjaan. Wendi hanya tertawa sementara Seno mengelak.

"Jangan Ma. Model rambutnya aneh,"

"Seno mah memang pelit. Bilang aja nggak mau biayain Mama ke Salon," ujar wanita itu sambil beralih ke Wendi sekarang, "Gimana sayang? Lancar sama Seno? Jadi gimana kapan kita booking gedungnya?"

Mata keduanya membulat sambil kompak mengelak, "Ma ih! Gedung naon coba (Gedung apa coba)?" elak Seno sambil menatap Wendi salah tingkah. Wendi sendiri hanya tertawa.

"Gimana ya Ma? Seno dulu nolak cinta aku sih. Wendi jadi mikir-mikir sekarang."

Mamanya Seno kini beralih ke arah lelaki itu, tangannya menyentil pelan dahi anaknya sendiri, "Emang nggak bener Seno mah! Bikin era wae (bikin malu aja)!  Ya udah Wendi sama temennya Seno aja tuh, si Chandra! Udah kasep, bageur, PNS pula (Sudah cakep, baik, PNS juga). Terjamin hidup kamu Wen!"

"Eits! Langkahi dulu Seno!" sahut Seno dengan cepat, "Lagian anak Mama siapa sih? Malah bagus-bagusin anak orang,"

Wendi hanya menggeleng-geleng melihat Ibu dan Anak di depannya itu bertengkar dengan lucu. Sambil tersenyum ia memberikan gestur seakan amat sangat setuju dengan wanita yang kini duduk disampingnya itu, "Iya boleh juga Ma. Nanti aku mepet ke Chandra deh ya?"

Bibir Seno mendadak mengerucut, lalu matanya beralih ke belanjaan Mamanya sekarang, "Udah? Puas? Nggak sekalian ini seisi Mall dibeli?"

"Kalau bisa mah Mama beli dah tuh yang jaga. Bageur nggak kayak anak Mama," sahut wanita itu setelah akhirnya meneguk air mineral yang baru saja datang, "Apa aja yang Mama tanya tuh dilayanin. Seneng deh Mama,"

"Ya wajar atuh Ma, kan Mama pelanggan, bakal bawa keuntungan buat dia. Itu mah bukan baik emang dia niat ngerayu Mama biar beli," ujar Seno mendadak senewen, "Ya udah yuk ah pulang! Lama-lama Seno kesel,"

"Enak aja! Ini Wendi gimana? Dianter pulang atuh!" sahut wanita itu lagi, "Wendi, nginep di rumah Mama aja yuk?"

Seno menyikut lengan Mamanya perlahan, "Jangan Ma, susah nolaknya nanti dia,"

Wendi hanya tertawa kecil, "Bener Ma, susah nih nolaknya. Tapi aku harus nolak karena kapan lagi kan aku nginep di hotel gratis?"

Wanita itu hanya manyun sambil akhirnya mengangguk perlahan, "Ya udah tapi kita anter ya?"

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ