[ Part 37 ] Malam Tragis

Start from the beginning
                                    

"Mau diminum sekarang atau nanti pas sampe di tempat tujuan?"

"Emangnya kita mau ke mana?" tanya Nara seraya mengambil alih satu kelapa dari tangan Deynal.

"Ke tempat favorit lo."

Nara mengerjapkan matanya pelan, "pantai?"

Deynal mengangguk dengan senyum tipis. Mengusak pelan puncuk kepala Nara lalu bersiap menaiki motor lagi.

Nara mengangguk senang. Sejak dulu dia memang suka pantai, apalagi saat sore hari, semburat kemerahan akan menghiasi langit dan tampak indah jika dilihat sembari menikmati embusan angin pantai.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Mengenai pantai, Nara mendadak teringat dengan Genan yang saat itu rela menuruti ngidamnya di tengah malam. Menggelengkan kepalanya pelan, Nara berusaha melupakan sosok Genan dari pikirannya. Sedari tadi selalu sosok itu yang Nara pikirkan.

Sesampainya di pantai, mereka langsung mencari tempat duduk untuk menikmati senja sembari minum kelapa muda.

Nara berdiri menghadap laut, sepasang netranya terlihat berbinar menatap pada langit jingga yang begitu indah. Perempuan itu merentangkan tangannya sembari menikmati embusan angin laut yang menyejukkan.

Tak berselang lama, dia justru mencebik sebal. Kenapa di saat ia ingin menikmati waktu bersama sang kakak, justru Genan yang terus berada di pikirannya.

"Kok gue mikirin Genan terus, sih!" gumamnya pelan, lalu menunduk pada perutnya. "Adek kangen sama Ayah?" tanyanya pada sang anak.

Ada perasaan aneh saat Nara mengucapkan kalimat terakhir itu.

Nara sendiri yakin, sejak kemarin ia selalu memikirkan Genan mungkin juga karena sang anak.

"Ra, kenapa?" Nara tersentak saat Deynal menepuk bahunya.

"Ish, ngagetin!"

Deynal tertawa lalu mengajak Nara duduk. Mereka pun kembali menikmati waktu sore ini. Di bawah senja sore yang menyorot begitu indah, Nara mengeluarkan segala keluh kesahnya pada sang kakak. Bercerita mengenai banyak hal yang membuat hari-harinya terasa berat dan semua hal yang ia lalui selama ini.

Meski Nara sudah mempunyai Mauren sebagai teman berkeluh kesah, tapi baginya Deynal adalah tempat berkeluh kesah terbaik. Tempatnya menumpahkan segala hal yang ingin ia ceritakan. Laki-laki itu akan mendengarnya dengan baik, memberi sedikit nasihat dan menyemangatinya.

•••

Malam ini saudara kembar itu memutuskan untuk bertemu guna membicarakan suatu hal. Saat ini Kevan dan Genan sedang berada di club.

Mereka memilih duduk di sofa pojok dengan minuman alkohol sudah tersedia di meja. Bukan Kevan yang memesannya, melainkan Genan. Setelah Kevan pikir, kesehatannya semakin menurun, dia tak mau semakin membuatnya tersiksa dengan minum minuman beralkohol yang bisa berpengaruh untuk kesehatannya.

Malam ini Kevan yang mengajak bertemu, lebih tepatnya memaksa. Karena Genan cukup sulit untuk dibujuk.

Kevan berniat ingin memperbaiki hubungan persaudaraannya dengan Genan karena mengingat pesan terakhir sang Mamah sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Sebuah pesan yang berisi bahwa mereka sebagai saudara kembar harus saling menjaga dan menyayangi setelah kepergian sang mamah.

Setelah Kevan merenungi lebih dalam, hubungan keduanya semakin merenggang semenjak tuduhan mengenai hamilnya Nara yang ia tujukan pada Genan.

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now