[L] 18. Holding Hands

Start from the beginning
                                    

"Ya kayak seorang ibu ke temen anaknya pada umumnya."

"Mommy-nya kayak suka gitu gak ke Bunga?"

"Ya suka lah, masa benci?"

Bahkan gadis itu sudah mengenal mommy-nya.

"Lina, gimana kalau kita beli Pop Ice dulu biar gak pusing?" usul Wildan yang kemudian kuiyakan.

Setelah membeli Pop Ice, kami melanjutkan topik pembicaraan sebelumnya.

"Tapi Bunga emang lebih deket sama Jeje sih ketimbang sama aku. Kalau pelajarannya lagi santai juga dia ngajak ngobrolnya Jeje, bukan aku. Bunga kan juga jago bahasa Inggris Lin sama kayak Jeje. Mereka kadang kalau ngobrol full english."

"Full english?!"

Wildan mengangguk.

Detik berikutnya aku tertunduk frustasi. Bahkan kemarin aku tidak mengerti apa yang Jeje bicarakan saat menggunakan bahasa Inggris, tapi bisa-bisanya mereka berdua bicara dengan full english?!

Selama ini aku hanya mengutamakan Matematika dan terlalu menyepelekan pelajaran bahasa Inggris. Andai waktu SD aku mengiyakan tawaran Ayah untuk dimasukkan ke tempat les bahasa Inggris. Pasti sekarang bahasa Inggrisku sudah lancar. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah aku tidak akan terlihat bodoh di depan Jeje.

"Berarti Bunga sama aku 1-0 Wil." ujarku dengan nada lesu sambil menggesek-gesekkan sepatuku ke konblok.

Wildan menempelkan telapak tangannya ke bahuku. "Lin, kamu jangan minder! Sekarang gini. Aku sama Yogi badannya lebih berotot siapa? Lebih tinggi siapa? Lebih macho siapa? Motornya lebih keren siapa? Yogi kan? Tapi kenapa Fania sukanya sama aku? Bukan sama Yogi? Berarti gak ngaruh kan siapa yang badannya lebih berotot, lebih tinggi, lebih macho, dan motornya lebih keren? Kalau orang itu emang sukanya sama kamu, dia gak akan peduli sama orang lain yang lebih daripada kamu."

Wildan benar.

"Tapi kalau Jeje emang sukanya bukan sama aku? Tapi sama Bunga?"

"Jangan pesimis. Kamu kan gak tahu perasaan Jeje yang sebenernya gimana?"

"Kalau ternyata hatinya Jeje bukan buat aku, tapi buat Bunga, gimana dong Wil? Aku gak bisaaa."

Aku takut Jejeku seperti Jejenya Kak Gita, yang ternyata hatinya untuk orang lain.

"Lin, kalau kamu PDKT, kamu harus siap dengan segala kemungkinan. Bahkan kemungkinan terburuk sekalipun. Salah satunya kalau ternyata gebetan kamu suka orang lain. Dan kalau amit-amit itu terjadi, kamu harus ikhlas dan move on. Contohnya, dengan cara jadian sama Yogi."

"Yogi lagi."

"Kan CONTOH Lin. Intinya, kamu harus tetap maju tapi tetap siap dengan kemungkinan terburuk." Wildan menggoyangkan gelas Pop Ice-nya dan menimbulkan suara gesekan es batu di dalamnya. "Ngomong-ngomong, Yogi udah jadi nembak kamu?"

"Jangan tanya itu terus."

*****

Hari Kamis tiba-tiba ada pengumuman jika Jumat ada senam pagi bersama sebelum jam pelajaran dimulai, kami harus datang jam 6.00 AM menggunakan baju olahraga. Siswa yang baju olahraganya sudah terlanjur dicuci diperbolehkan memakai kaos longgar dan celana training.

Kami dikumpulkan di lapangan yang berada di tengah sekolah dan berbaris sesuai dengan kelas masing-masing. Urutannya yaitu: Siswa 7A-Siswi 7A-Siswa 7B-Siswi 7B............Siswa 8A-Siswi 8A-Siswa 8B-Siswi-8B..........

Otomatis barisan sebelah kiriku adalah anak laki-laki 8B!

Tadinya anak 8B yang berdiri tepat di sebelah kiriku adalah siswa berkumis yang aku lupa siapa nama aslinya. Kemudian karena aku masih menjadi bahan ceng-cengan anak 8B, Jeje ditarik oleh temannya yang bertubuh gempal untuk pindah di sebelahku persis.

8th Grade [END]Where stories live. Discover now