"Btw tumben Lo gak bareng Kevin? Lagi berantem?"tanya Rafi penasaran.

"Kayaknya Kevin gak masuk deh, biasanya dia selalu jemput gue,tapi tadi dia enggak jemput gue."ucap Rieta.

"Gak mungkin Kevin gak masuk. Sekarang kan kelas Kevin ulangan fisika. tadi gue juga liat Kevin di koridor kelasnya"

Rieta menghentikan langkahnya. Pikirannya mulai menduga-duga. Kenapa Kevin tidak menjemputnya? Apa ia melakukan kesalahan pada Kevin?

"Hei! Lo kenapa?" Rafi melambaikan tangannya di depan wajah Rieta.

Rieta masih diam.

"Rie! Hei! Rieta!"panggil Rafi.

"Eh-apa?"tanya Rieta seperti orang linglung.

"Lo kenapa? Kok bengong?"

"Enggak apa-apa. Buruan kasih tau apa hukuman buat gue?"

"Lo bersihin aja perpus "kata Rafi.

Rieta langsung berlalu pergi. Rafi masih memperhatikan Rieta sampai badan gadis itu hilang masuk kedalam perpus.

*

Saat bel istirahat baru saja berdentang, Rieta memaksa Sagita untuk menemaninya ke kelas Kevin. Ia harus menanyakan alasan kenapa Kevin tidak menjemputnya.

"pelanan dikit jalannya, Rie." Dengus Sagita dengan langkah terseok-seok.

"Diem aja deh."Rieta makin mempercepat langkahnya. Sagita hanya bisa pasrah.

"Vin!"panggil Rieta.

Kevin, Aldo, dan Angga yang sedang membereskan buku menoleh. Kevin menatap Rieta datar.

"Lo kenapa sih? Tadi gue nungguin Lo jemput gue, udah setengah jam lebih tapi malah gak datang. Gue khawatir banget, gue kira Lo sakit" cerocos Rieta.

"Gue punya kewajiban buat antar-jemput Lo?" Tanya Kevin dingin dan ketus.

Rieta menatap Kevin terkejut, ia tidak menyangka Kevin bisa sedingin itu.

"Lo sehat, Vin?" Sagita tak kalah terkejut.

"Bukan gitu, Vin. Biasanya kan Lo selalu jemput gue-"

"Jadi gue harus terus jemput Lo meskipun gue lagi males?" Kevin menatap Rieta tajam.

"Vin-"Rieta menunduk takut. Air matanya sudah hampir jatuh tapi ia tahan.

"Gue bukan supir Lo." Tegas Kevin. Kemudian mengacuhkan Rieta dan pergi keluar kelas.

"Lo jangan terlalu ketergantungan sama Kevin" Bisik Aldo ketika melewati Rieta.

"Aku duluan ya, beb"kata Angga pada Sagita.

"Lo enggak apa-apa?"tanya Sagita hati-hati.

Rieta menggeleng. Jelas saja ia berbohong, ia sedang tidak baik-baik saja.

"Gue lagi pengen sendiri, Git. Lo duluan aja ke kantin"

Rieta dengan gontai pergi dari kelas Kevin. Gadis itu memilih pergi ke taman belakang.

Air mata Rieta jatuh kala ia mendudukkan dirinya di bawah pohon. Hatinya sakit sekali mendapat perlakuan dingin dari Kevin. Ia tidak tahan lagi, isakan pelan keluar dari bibirnya.

"Hiks. Kenapa Lo berubah?" Gumam Rieta lirik.

"Kenapa?"Rieta memukul dadanya. Berharap dapat menghilangkan sesak di hatinya.

"Hiks!"

"Gue salah apa?" Rieta semakin terisak.

"Nangis aja. Kalau Lo butuh sandaran pundak gue kosong kok"

Rieta menoleh kesamping. Ia mendapati Rafi sedang tersenyum hangat.

"Gue pengen sendiri. Lo pergi sana!"usir Rieta dengan suara serak.

Bukannya pergi, Rafi malah merangkul lembut bahu Rieta, membawa kepala gadis itu untuk bersandar dipundaknya.

"Kenapa sih gue enggak pernah bahagia? Kenapa satu persatu orang yang berharga buat pergi, menjauh?" Lirih Rieta.

"Mungkin aja Allah sedang ngasih Lo ujian. Biar Lo lebih kuat, lebih tegar. Ya, menurut gue jangan gampang nyerah deh. Masih banyak hal lain yang bisa bikin Lo bahagia kok" Kata Rafi.

"Gue enggak ada salah sama Kevin. Lo liat sendiri kan malam itu gue sama Kevin baik-baik aja"

"Mungkin Kevin lagi ada masalah"ujar Rafi sedikit ragu.

"Biasanya kalau dia ada masalah pasti cerita sama gue"

"Palingan dia lagi pms. Besok pasti baik lagi sama Lo" kata Rafi setengah bercanda.

"Mana ada cowok pms" Dengus Rieta.

"Nah gitu dong. Jangan nangis lagi"

"Emang kenapa kalau gue nangis?"

"Lo tambah jelek."

"Sialan, Lo." Rieta menarik rambut Rafi, kesal dengan cowok itu.

Mereka kemudian saling bercanda dan tertawa.

                                ***

LDRWhere stories live. Discover now