Setiap orang tercipta berpasang-pasangan, tidak ada yang bisa menebak takdir yang telah dirancang sedemikian sempurna.
Benang merah yang melingkar dijari kelingking mengikatmu pada pasangan hidupmu, tiada yang tau seperti apa pasanganmu kelak.
Apa...
"Aku lupa ia sudah di tahap setinggi itu" ucap Johnny dan ia kembali terdiam
"Sungguh aku binggung bagaimana melamarnya dengan cara yang unik, hal-hal umum sudah terlalu sering kami lakukan bersama"
"Bagaimana dengan orangtuannya?"
"Saat pertemuan dengan keluarganya aku sudah membicarakan hal ini dengan Tuan Huang dan mereka setuju"
"Kau menikah dengan Renjun bukan dengan keluarganya, memangnya Renjun pasti menerimamu?" Ucap Johnny tertawa, aku tau itu candaan tapi hal itu seakan menjadi jarum yang menohok jantungku
Aku sendiri tak bisa menjamin apakah hubungan kami bisa selangkah lebih maju
"Maaf.... Maaf... Aku hnaya bercanda"
"Aku tau, kau tak bermaksud seperti itu" ucapku tersenyum kecil
"Jae... Ten saat itu bilang ia tak mempermasalahkan bagaimana aku melamarnya, karena poin utamanya adalah kami menikah"
"Apa aku perlu bertanya pada Ten juga?"
"Bukan hal buruk, kapan kau ada waktu?"
"Sekarang?"
"Kau yakin tidak ada rapat?"
"Aku hubungi sekretarisku dulu"
[Batalkan semua acaraku hari ini]
Aku langsung mematikan ponsel tanpa mendengar jawaban dari sekretarisku, aku benar-benar segila itu
"Kau benar-benar gila kawan"
"Prioritasku saat ini Renjun"
"Kita pergi sekarang?" Tanya Johnny
"Aku mengikutimu"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kediaman Johnny dan Ten
"Aku pulang" ucap Johnny menggema ketika kami masuk kedalam rumah
"Tumben sekali hyung pulang awal?" Ten langsung mencium singkat Johnny, aku yakin ia tak sadar keberadaanku yang berada di belakang Johnny
"Jaehyun!!!! Maaf aku tak sadar!!" Ucap Ten terpekik saat ia menyadari keberadaanku
"Lama tak bertemu Ten"
"Bagaimana kabarmu dan Renjun?"
"Baik... Sangat baik"
"Coffee or Tea? Aku membuat beberapa cemilan juga" ucap Ten sembari berjalan ke dapur
"Dia mencarimu Ten " ucap Johnny, mendengar hal itu Ten meletakkan tekonya dan kembali menghampiri kami
"Untuk...?" Wajah binggung Ten terlihat jelas olehku
"Biar aku yang membuat kopi untuk kita, kau duduklah" ucap Johnny mengusap kepala Ten pelan dan berjalan ke dapur
"Jadiii.... Apa yang bisa aku bantu, ini asti berkaitan dengan Renjun" ucapnya sembari melipat dada