Copyright © 2022
***
Oleh: Hamidah
Asal Kampus: Universitas Negeri Jakarta
***
Langit redup merayapi tubuh jalanan
Rinai gerimis melumuri pepohonan
Hawa kepahitan dan keresahan
Berkecamuk dalam selaksa pikiran
Asmaraloka keluarga yang diberikan
Dengan sejuta kian harapan
Tentang mimpi dan sebuah keberhasilan
Membuat kalbu terdayuh khawatir akan masa depan
Di tengah napas yang terengah-engah
Seakan ingin mengakhiri langkah
Tiada lagi tawa yang terkakah-kakah
Hanya lelah dan tiada gairah
Gemintang yang tak lagi terang
Bisikan otak yang belungsang
Rasanya aku ingin sekali mengerang
Supaya mereka tahu; jiwa dan ragaku sedang perang
Hatiku dipenuhi rasa pilu
Berdiam diri di ruang sendu
Air mata membasahi jalan-jalan nadiku
Merasa diri seakan tak mampu
Ya, itu dulu!
Kini diriku telah bangkit!
Meredam segala rasa sakit
Belajar dari masa-masa pahit
Tetap hidup meski rasanya sulit
Wahai jiwa yang mudah rapuh!
Meski terkadang terasa jenuh
Tetaplah berusaha dengan sungguh-sungguh
Untuk mencapai apa yang ditempuh
Yakinlah wahai kalbu!
Jangan terlalu menggebu-gebu
Asal selesai satu per satu
Tidaklah asyik selalu merasa sendu
Jika lelah berilah sedikit jeda
Tidak baik dewana pada dunia
Karena dunia sifatnya fana
Maka janganlah sampai terlena
Setiap anca kehidupan
Ada Tuhan yang Maha Rahman
Biarkan yang kelam itu padam
Dengan berdoa dan salat malam
Tetap berjuang menggapai cita-cita
Dengan segenap usaha dan doa
Bagiku itu sudah lebih luar biasa
Karena Tuhan tidak pernah menutup mata
Tak akan kubiarkan ilusi menenggelamkan diri
Kini kucoba membuka mata hati
Bagaimana bisa menjalani hidup jika tak sayangi diri sendiri?
Kumulai menyayangi dan mengoreksi diri ini
Wahai diri!
Kamu begitu berarti
Melangkahlah terus tanpa henti
Untuk menggapai semua mimpi-mimpi
Di sela-sela aku berjuang
Menulis puisi seakan menambah rasa tenang
Tak kubiarkan air mata kembali berlinang
Biarkan sunyi, sendu kian usang
Walau langit tetap mendung
Mentari enggan untuk bersinar
Luka terus merundung
Cita-citaku harus tetap dikejar
Seraya angin yang bertiup perlahan melaju
Menyejukkan dan merasakan geloraku yang baru
Rinai gerimis memang sedikit mengganggu
Tapi bersyukur adalah kunci hidupku
Wahai jiwa yang mendekap dalam raga
Hadapilah mereka!
Buktikan bahwa dirimu bisa
Jangan lagi berputus asa
Jalani hidup lebih terarah
Meski suasana hati tak selalu cerah
Kepada kaki yang tak kenal lelah
Jangan pernah menyerah dalam melangkah
Setiap insan memiliki potensi yang berbeda
Karena kita diciptakan berbeda
Dengan perbedaan warnailah dunia
Maka jangan pernah berputus asa
Diri, kutanamkan padamu jati-jati
Tetaplah menjadi diri sendiri
Ukir senyuman keluarga dengan prestasi
Untuk kehidupan yang lebih berarti
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Hati untuk Diri Sendiri: Antologi Puisi dan Cerita Pendek
RandomMajalah Sunday Present: Dari Hati untuk Diri Sendiri: Antologi Puisi dan Cerita Pendek Sebuah antologi puisi dan cerpen sebagai bentuk ungkapan cinta pada diri sendiri. Karya dari peserta kontes puisi dan cerita pendek Majalah Sunday 2022
