- prolog.

410 43 5
                                        

"Jauh di dalam sana, rasanya begitu sakit dan sesak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jauh di dalam sana, rasanya begitu sakit dan sesak. Tapi aku tak tahu cara mengutarakannya seperti apa."
— Saddam Rafli 🪷

.



Bandung, 2013

Helaan nafas mulai terdengar, bertepatan dengan bulir-bulir bening yang turun menghantam kota Bandung kala itu. Huh! Hari ini terasa berat baginya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah saja. Saddam lelah bergelut dengan tumpukan-tumpukan kertas tes Matematika. Dalam benaknya saat ini, hanya pulang. Saddam tak ingin terus berdiam diri di ruangan bersama tumpukan kertas-kertas ini.

Namun bagaimana ia bisa pulang? Diluar sana sedang hujan. Saddam tak bisa pulang. Bandung tengah diguyur hujan. Sejenak Saddam berpikir, sebenarnya ia bisa saja pulang menerobos hujan, tapi bagaimana nanti di rumah? Saddam harus menjawab apa pada sang ayah, ayahnya pasti akan marah jika Saddam pulang dari tempat les lebih awal.

Ayah adalah seseorang yang perfeksionis, semua harus sempurna di mata Ayah. Bahkan soal nilai sekalipun, pernah di hari itu ketika Saddam mendapat nilai tujuh puluh lima, ayah begitu marah. Bagi ayah nilai tujuh puluh lima sangat sedikit.

"Tujuh puluh lima saddam? Kamu belajar nggak sih. Ulangan begitu saja tidak bisa." Kata ayah.

Semenjak hari itu, Saddam di tuntut untuk lebih tekun dalam hal nilai. Sampai pada suatu waktu, peristiwa yang menghilangkan akal sehat itu terjadi. Peristiwa perundungan itu terjadi! Semua ini hanya karena nilai. Karena nilai saja.

"Saddam."

Saddam tersadar dari lamunannya, kemudian menoleh ke arah sumber suara. "Iya, kenapa dilan?" Ujarnya.

"Kamu kenapa sih, ngelamun mulu dari tadi. Ada sesuatu yang menjanggal yang kamu pikirkan, ya?" Tanya dilan, pemuda asli kota Bandung yang bisa dibilang kerabat dekat Saddam Rafli.

"Ah! Engga kok, lan. Aku engga lagi mikirin apa-apa." Balas Saddam.

"Kalau begitu, mending kamu bantu aku kerjain ini deh, dam. Kamu keliatannya udah jadi, ya? Aku belum jadi nih. Engga ngerti soalnya." Ujar Dilan.

"Yaudah sini buruan, biar kita cepet pulang. Nanti pas pulang jangan lupa traktir aku di warteg pak Basuki ya, lan!" Balasnya lengkap dengan senyuman manis bak bulan sabit miliknya.

"Aman itumah. Nanti aku traktir kok dam!"

"Asikkkkkk, yasudah sini aku bantu."

Ya, setidaknya bersama Dilan semua terasa baik-baik saja. Semua rasa sakit yang mendera, tak begitu sakit rasanya. Setidaknya Saddam merasakan hangatnya rumah, meski bukan dari keluarganya. Ini sudah cukup bagi Saddam.

"Ayah, rasanya Saddam lelah. Semua harapan yang ayah beri ke Saddam, Saddam.. mampu untuk mewujudkannya?"

Tbc, terimakasih karena sudah mau membaca kisah Saddam 🫶🏻✨ enjoy guys 🫂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tbc, terimakasih karena sudah mau membaca kisah Saddam 🫶🏻✨ enjoy guys 🫂

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

- 𝗦𝗮𝗱𝗱𝗮𝗺 || 𝗳𝘁 𝗟𝗲𝗲 𝗝𝗲𝗻𝗼 [ 𝗢𝗡 𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚 ]Where stories live. Discover now