BAB WAKTU KEDELAPAN

Start from the beginning
                                    

Lalu lintas cukup macet karena akhir pekan, banyak orang menuju luar kota untuk berlibur ke pegunungan.

Taruna mengambil tas yang berisi baju bajunya dari mobil. Ia memutuskan untuk menginap dirumah ini.

Ia tau adik adiknya pasti berada dirumah mama. Ia masih ingin sendiri. Ia belum siap menghadapi mereka.

Sikap tertutup yang dia berikan sejak wasiat dibacakan, membuat keluarganya juga membiarkan Taruna.

Mungkin itu jugalah yang membuat mereka semakin jauh. Hubungan mereka menjadi sangat canggung.

Ketika ia selesai mandi, ia melihat dimeja makan tersedia beberapa menu. Meskipun ia tidak merasa lapar, ia paksakan diri untuk makan. Ia tau ia harus menjaga dirinya agar tetap sehat, ada banyak hal yang akan dia hadapi. Ia tak mau menjadi sakit. Ia juga harus berpikir jernih.

Taruna menikmati makan malam dalam diam, ia tak mencoba berpikiran apa pun.

Semalam ia sama sekali tidak bisa tidur. Kini ia merasa tenaganya terkuras habis.

Tak lama ia memutuskan untuk membaringkan diri. Ia lelah secara mental dan fisik.

Ia membaringkan dirinya dikamar tidur tamu.

Samar Taruna menghidu aroma lembut dari pengharum ruangan.

Lima suka mengoleksi wangi wangian. Dulu Lima lah yang sering membuat rumah terasa lebih menenangkan. Ia bisa memilih wangi yang sesuai untuk setiap ruangan.

Ditatapnya langit-langit kamar yang berwarna putih. Sementara Dibiarkannya tubuhnya berbaring mengistirahatkan lelahnya.

Ia mai memejamkan mata. Meresapi setiap hal yang ditangkap panca inderanya.

Bayangan Lima yang ia sayangi sebagai adik, Taruna biarkan menjajah pikirannya, membiarkan kenangan indah menguasai dirinya.

Kali ini ia ingin mengenang Lima, mengijinkan hatinya untuk berduka bagi wanita itu.

"Lima......"
Satu tetes air mata lolos dari ujung matanya, diikuti yang kedua dan seterusnya. Ia biarkan dirinya berduka untuk Lima.




********







"TIDAK!"

Suaranya lantang ketika wasiat itu dibacakan.

Semua yang hadir terkejut, bukan hanya karena suara Taruna yang terlalu keras, tapi juga karena isi dari wasiat itu.

"INI TIDAK.MUNGKIN!!" Jeritnya lagi.

"Om Krisna, katakan ini hanya omong kosong belaka!!" Amarah dari Taruna rak bisa ia tahan.

Pria yang dipanggil Om Krisna itu menatap Taruna dengan tenang.

"Ini wasiat Papamu Ru, bukan omong kosong" Ia mengerti mengapa Taruna meradang.

Tapi wasiat yang ia bacakan adalah benar benar keinginan Heru Hardiatmaja Kliennya yang juga adalah sahabatnya. Ia hanya pengacara yang ditunjuk untuk mengatur semuanya secara hukum.

"Tapi mengapa aku harus menikahi Lima? demi Tuhan dia adikku..."

Taruna Frustasi, bagaimana mungkin papanya menginginkan ia menikah dengan Lima?.

Meskipun Papa atau bahkan jika mama juga tiada ia tidak mungkin membiarkan Lima sendiri, ia akan tetap bertanggung jawab sampai Lima bisa mandiri.

Bahkan sampai kapan pun Lima akan tetap menjadi adiknya.

Tapi mengapa harus menikahinya jika hanya karena alasan agar Lima ada yang menjaga?.

"Itu permintaan papa, sayang...." Bujuk Mama sambil mengusap usap punggung Taruna yang terlihat kecewa dengan pembacaan surat wasiat papanya.

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now