Kurasakan telapak tangan kanan Tasya menyentuh dadaku, aku menunduk dan menatap kedua mata Tasya yang berbinar, bibir Tasya tersungging tipis dan manis hingga lesung pipinya terlihat "orang kaya dan orang tampan atau cantik itu sangat banyak, tapi orang yang berahati seperti kakak itu sangat langka, perbandingannya bisa 1 : 10000"

"Aku mencintai kakak karena hati kakak dan aku sangat beruntung bisa bersama kakak, mereka yang menyia-nyiakan kakak karena kekayaan dan fisik pasti akan menyesal di suatu hari nanti"

Entah kenapa aku juga menjadi orang yang paling beruntung karena di cintai oleh perempuan setulus Tasya

Aku merasa semakin hari aku semakin menyukai Tasya, sikap dan sifat lembut nya membuatku semakin menaruh rasa padanya, selama 3 bulan ini Tasya selalu membuatku semakin jatuh hati dan jatuh cinta

Aku tersenyum manis dan mengecup bibir Tasya dengan singkat, bisa kulihat kedua mata Tasya membulat sempurna, kusentuh telapak tangannya dan kuremas pelan telapak tangannya

"Aku mencintai mu"

Kulihat bibir Tasya terbungkam rapat dan kusentuh kedua pipinya dengan lembut "aku mencintaimu Tasya"

Tasya terlihat tidak percaya dengan ucapan ku "kakak bilang apa? Kakak mencintai ku? Aku gak salah dengar kan kak? Kakak beneran mencintai ku?"

Aku mengangguk mantap "ya, aku mencintaimu, aku yakin dengan perasaan ku sekarang, aku mencintaimu Tasya"

Cup

Deg

Jantungku berdegup kencang saat bibir Tasya menyentuh permukaan bibirku, kedua mataku perlahan terpejam saat merasakan bibir Tasya mulai melumat bibir atas dan bibir bawahku secara perlahan

Bibir ini....bibir yang sudah tidak kurasakan selama 3 bulan terakhir ini karena terakhir kali kami berciuman di kamarku waktu itu, bukan kami yang berciuman tapi Tasya yang menciumku

Kusentuh rahangnya dan aku mulai membalas ciuman Tasya dengan lembut, kurasakan tubuh Tasya menegang saat lidahku menyusup kedalam bibirnya

Tinnn tinnn

Deg

Aku sontak melepaskan ciumanku dan kurasakan wajahku memanas, kulihat wajah Tasya juga memanas dan Tasya langsung menyembunyikan wajahnya didadaku

Kurasakan dadaku semakin berdebar saat Tasya memelukku dengan sangat erat

Sial....kenapa jadi canggung gini gara-gara bunyi klakson mobil yang lewat? Lagian ngapain sih mobilnya pakai klakson segala? Lama-lama aku buat rambu-rambu tidak boleh membunyikan klakson

"Apa kamu lihat David?"

"David masih tidur kak, kakak gak lihat sekarang jam berapa? Sekarang masih jam 6, David masih tidur di kamarnya"

"Jam 6? Astaga....kamu bangunin David dulu, aku mau masak sarapan pagi"

"Memangnya sekarang hari apa sih kak?"

"Senin sayang, udah...aku masuk dulu, kamu bangunin David, kamu juga sekalian siap-siap buat kerja",ucapku lalu melepaskan pelukan Tasya

Kulirik wajah Tasya yang semakin memerah dari sebelumnya dan aku tersenyum tipis kearah Tasya sebelum masuk kedalam rumah lewat pintu samping

Tuhan....semoga perasaan ku kali ini adalah perasaan yang tepat

******

"Jangan yang mahal-mahal deh, yang biasa-biasa aja ya"

Tasya tersenyum dan mencubit pipi kananku "iya....ini aku cari yang biasa-biasa aja"

Ku elus pipiku yang terasa kram saat Tasya mencubit pipiku dan kulihat Tasya sibuk memilih cincin pernikahan untuk kami

Aku meletakan dompetku di telapak tangannya "bayarnya pakai uangku, jangan pakai uangmu, okey?"

"Iya deh iya, bayarnya pakai uang kakak, kakak gak duitnya dikit jadi aku milih yang baisa aja",sahut Tasya lalu menggenggam erat dompetku

Eh anjir, kenapa kalau ngomong dia suka bener? Kan aku jadi agak gimana gitu kalau dia ngomong selalu bener

Bibirku tersenyum manis saat melihat wajah Tasya yang terlihat serius memilih cincin yang beranekaragam, ku selipkan rambut panjangnya yang hampir jatuh kedepan wajahnya ke belakang telinganya

Kulihat Tasya mengulum senyumnya dan dia masih memilih cincin sambil terus mengulum senyumnya

"Nanda"

Aku menoleh kebelakang, dan tatapanku berubah menjadi datar saat melihat kak Aera berdiri didepanku, kak Aera menatapku dengan lekat sedangkan aku berusaha tersenyum tipis untuknya

"Hey kak, apa kabar?"

Kak Aera masih bungkam dan kulihat perut kak Aera yang sedikit membuncit

Kurasakan rangkulan erat di lenganku, dan aku menoleh kearah Tasya, Tasya tersenyum manis sambil menunjukan sebuah bingkisan kearahku lalu menatap ke depan dan Tasya tersenyum kearah kak Aera "hey kak Aera, apa kabar?"

"Baik",sahut kak Aera datar

Kenapa sapaan Tasya di jawab tapi sapaanku enggak?

"Kalian ngapain di toko perhiasan?",tanya kak Aera gak

Tasya menunjukan bingkisannya pada kak Aera "Ahh ini kami lagi cari cincin nikah kak, dan sekarang udah dapet"

Dahi kak Aera mengernyit "cincin nikah? Kalian mau menikah?"

Tasya mengangguk mantap dan semakin mengeratkan rangkulannya di lenganku "iya, kami akan menikah, kakak ngapain disini? Dan sama siapa?"

"Aku kesini sendiri dan mau beli perhiasan"

"Oh okey, kalau gitu kami pulang duluan kak",pamit Tasya

Aku menoleh kearah Tasya "kok pulang? Kamu kan belum makan"

"Ah iya, gimana kakau kita makan udon?"

Aku menggeleng cepat "gak, kamu kemarin udah makan mie, sekarang kita makan nasi, makan mie terus menerus itu gak baik buat kesehatan"

"Iya deh kesayanganku, ya udah kita makan nasi",sahut Tasya

"Janji ya makan nasi, nanti kamu pesen mie lagi kayak kemarin",ujarku

Tasya menunjukan lesung pipinya yang dalam lalu memanyunkan bibirnya "iya janji"

Aku kini menatap kak Aera "kami duluan kak"

"Duluan ya kak",pamit Tasya

Kami berjalan keluar dari toko meninggalkan kak Aera yang masih terpaku di tempatnya

Kak Aera sudah bahagia sekarang, dan aku juga sudah saatnya untuk bahagia

Voted?
Komen?

Don't You Remember (Completed)Where stories live. Discover now