3

163 23 0
                                    

"Dia siapa, Sunghoon?"

"Kak, kenalkan dia temanku, namanya Kak Jay."

"Kenapa dia ada di rumah kita?"

Sunghoon menjelaskan semuanya pada Sang Kakak, Minho menyimak dengan baik.

"Kamu percaya sama dia?" ucapnya sambil menunjuk Jay.

"Aku percaya," jawabnya.

"Baiklah," terdengar helaan nafas panjang dari Minho.

"Jadi, kakak percaya sama Kak Jay?"

"Iya, tapi Hoon, Kakak gak bisa nanggung biaya hidup orang lagi. Kakak cuma bisa ngebiayain hidup kita berdua saja."

"Aku bakalan cari kerja," Jay yang sedari tadi menyimak pun membuka suara.

"Mau kerja apa kamu?"

"Apa aja yang aku bisa, selama itu halal akan aku lakukan."

"Ya sudah, tapi kamu cuma boleh kerja dari pagi sampai sore. Jam enam kamu harus sudah ada di rumah menemani Sunghoon, jagain dia."

"Siap!"

"Kakak mau mandi dulu, soal tempat tidur kamu tidur bareng Sunghoon. Dia gak bakal bisa tidur kalau sendirian."

Jay mengangguk.

"Kak Jay aku mau ke kamar, mau belajar."

"Hoon, em-anu. Aku ikut belajar boleh?"

Sunghoon menatap mata Jay lalu mengembangkan senyumannya.

"Tentu saja boleh!"

Sunghoon memegang pergelangan tangan Jay membawanya ke dalam kamar.

"Jujur buku kamu banyak banget Hoon, hobinya baca apa gimana?"

"Aku emang suka koleksi buku, aku beli pakai uang jajan yang Kak Minho kasih ke aku. Soal hobi, sebenarnya hobiku menyanyi."

"Serius?"

"Iya, cuman gak aku kembangin. Ga terlalu penting buatku."

"Aku jadi penasaran, ingin mendengarmu bernyanyi."

"Lain kali saja, aku tidak percaya diri."

"Aku tidak akan memaksa."

Jay meraih satu buku yang membuatnya tertarik, sedangkan Sunghoon mengambil buku mata pelajaran yang akan ia pelajari.

Cukup hening karena mereka sibuk dengan kegiatannya sendiri. Jay membaca bukunya dengan baik, hanya saja ada banyak kosakata yang belum ia dengar. Ingin bertanya pada Sunghoon, namun ia takut akan mengganggunya. Jadi, Jay menaruh bukunya ke tempat semula, setelah itu ia memerhatikan Sunghoon yang sedang belajar.

Sunghoon yang sadar sedang diperhatikan menoleh pada Jay.

"Kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa memperhatikanku?"

"Aku hanya ingin melihatmu belajar, apakah itu mengganggumu? Jika iya aku akan-

"Tidak, Kakak boleh melihatku semau Kakak."

Sunghoon kembali fokus dengan buku-bukunya. Sampai satu jam terlewati, Sunghoon menutup buku-bukunya lalu menaruhnya di tempat semula.

Pandangan Sunghoon kembali ke Jay yang sedang menatapnya.

"Ada apa?"

"Hoon, kamu mau temenin aku nyari kerja nggak? Aku gak bisa sendirian ..."

"Kapan?"

"Sekarang juga boleh."

"Ayo, aku mau ambil jaket dulu."

Jay mengangguk. Setelah mengambil jaket, Sunghoon meminta izin pada kakaknya untuk pergi bersama Jay.

"Jam makan siang pulang!"

"Siap, Kak!"

Sunghoon dan Jay pun pergi dengan berjalan kaki.

"Kak Jay mau kerja apa?"

"Yang gampang aja, Hoon. Misalnya bersih-bersih atau penjaga toko?"

"Oh ya, aku baru ingat, di dekat sekolahku ada yang berjualan mie ayam bakso. Tempatnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, yang aku tahu pemiliknya kewalahan saat banyak pembeli. Anaknya tidak bisa membantu karena harus masuk sekolah."

"Bagaimana dengan istrinya?"

"Aku tidak pernah mendengar kabarnya, Kakak mau pergi kesana?"

"Mau."

Mereka berjalan ke tempat yang mereka tuju. Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Sunghoon, jadi mereka tidak perlu menaiki kendaraan.

Sampai di tempat yang dituju, mereka melihat Sang pemilik sedang menyiapkan dagangannya.

"Permisi, Pak Tono."

"Eh, iya dek, ada apa?"

"Ini Pak, ada yang mau melamar kerja, namanya Jay. Saya sering melihat Bapak kewalahan saat bekerja, mungkin bapak butuh satu pegawai."

"Terima kasih sudah memperhatikan, dek. Untuk Jay, Bapak ingin melihat kinerja kamu, bisakah kamu mencatat pesanan? Bapak tidak ada waktu untuk mencatat pesanan mereka."

"Bisa banget, Pak. Apakah saya mendapatkan pekerjaannya?"

"Kamu mendapatkannya, bekerja hari ini juga. Karena hari ini hari libur, pegawai pabrik yang sedang berlibur ramai yang datang kemari."

"Terima kasih, Pak. Oh iya, Pak. Maaf sebelumnya kalau saya boleh tahu pulangnya jam berapa, ya? Soalnya saya dizininnya sampai waktu Maghrib. "

"Jam lima sudah beres-beres kok, dek."

Jay mengangguk senang.

"Kalau begitu aku pulang ya, Kak. Kakak gak lupa jalan pulang kan?"

"Enggak, dong. Aku kan sering lewat sini. Makasih ya, Hoon."

"Iya sama-sama, Kak. Aku pulang."

























to be continue

Phobia [jayhoon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang