TGIASH || °21° AYA WITH ARKAN [2]

16.9K 1.4K 54
                                    

"cara mencintai paling indah adalah saat kita saling menyukai namun kita juga saling merasa ragu satu sama lainnya, padahal kita saling mencintai."

🌼🌼🌼🌼

Tadi, setelah makan siang selesai, mereka semua kembali ke habitat nya
(Kamar).

Begitu juga dengan Aya dan Arkan. Mereka sekarang tengah duduk dipinggir tempat tidur milik Aya dengan perasaan yang sedikit canggung.

"Kamu gak marah soal pernikahan itu?" Celetuk Arkan tanpa menoleh kearah Aya yang sedang menundukkan kepalanya.

Saat Arkan bertanya, Aya lantas mendongakkan kepalanya. "Buat apa marah? Kalo memang ini jalannya Allah, Aya pasti gak bisa nentang." Sahut Aya sambil kembali menundukkan kepalanya.

Arkan mengerutkan keningnya pelan. "Bukankah seharusnya kamu marah karena saya sudah mengambil masa mudamu dengan menikah dengan mu dan memberikan mu tanggung jawab seorang istri?" Ujar Arkan sambil menatap Aya.

"Jujur, ada luapan amarah dihati Aya. Tapi Aya harus gimana lagi? Ini semua udah jalannya. Kalo pun aya marah, semuanya bakal tetap sama kan? Terus apa gunanya?" Sahut Aya sambil menatap balik kearah Arkan.

Dapat Aya dengar suara kekehan kecil yang berasal dari bibir Arkan. "Kamu ternyata bisa berfikir dewasa ya?" Ujar Arkan pelan sambil menundukkan kepalanya menatap Aya.

Saat mereka sedang hanyut dalam pikirannya masing-masing, tiba-tiba suara adzan terdengar.

"Shalat?" Tanya Arkan tersirat ajakan didalam kata-katanya. Melihat Aya yang menganggukkan kepalanya, dia lantas bangkit.

"Saya ambil wudhu di bawah ya?" Tanya Arkan sambil menundukkan kepalanya menatap Aya yang baru saja ingin bangkit.

Aya menolehkan kepalanya menatap Arkan dan menggelengkan kepalanya. "Gak usah, Gus ambil wudhu di kamar mandi Aya aja. Nanti setelah Gus selesai Wudhu, baru Aya." Sahut Aya sambil menunjuk kearah kamar mandinya.

Arkan menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Aya, dia masuk kekamar mandi yang bernuansa abu-abu tersebut.

Tak butuh waktu lama Arkan keluar dari kamar mandi milik Aya yang sebentar lagi akan jadi miliknya juga. Dapat dia lihat sudah terlentang sajadah dan sebuah sarung di pinggir tempat tidur.

"Kamu ambil wudhu dulu." Ujar Arkan sambil menatap kearah Aya yang berdiri disebelah tempat tidur.

Dapat dilihatnya Aya menganggukkan kepalanya, dia lantas memakai sarungnya dan membiarkan Aya mengambil wudhu nya.

Kurang lebih 7 menitan Aya dikamar mandi, dia kemudian keluar dengan keadaan sudah memakai mukena yang menutupi tubuhnya.

"Ayo!"

Mereka kemudian mulai melaksanakan tugas nya sebagai seorang muslim.

"Allahuakbar."

.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah selesai shalat, mereka belum bangkit dari posisinya. Aya yang berada dibelakang Arkan masih menundukkan kepalanya.

"Aya," panggil Arkan. Suara lembut itu kemudian terdengar di telinga Aya, hal itu berhasil membuat nya mendongakkan kepalanya menatap Arkan.

Arkan tersenyum tipis melihat wajah milik Aya yang sedikit menampilkan raut canggung nya. Sejujurnya dia mengerti situasi yang hadir diantara mereka sekarang ini, hanya saja dia terlalu ragu untuk melakukan nya.

"Boleh saya menyentuh kepala kamu?" Pinta Arkan pada Aya. Aya mengerjapkan matanya pelan dan mulai menganggukkan kepalanya ragu.

Perlahan tangan Arkan hinggap dikepala Aya, membuat mata Aya terpejam.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

Suara merdu tersebut terdengar ditelinga Aya. Dapat dia rasakan, setelah Arkan membaca doa tersebut, dia mengelus pelan kepala Aya.

"Saya gak sempat baca waktu selesai akad kita, gak papa kan kalo saya baca sekarang?" Ujar Arkan sambil menatap Aya yang sudah membuka matanya.

Aya menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman yang terbit dibibirnya.

"Ana uhibbuki fillah, zaujati." Arkan mengusap pelan rahang halus milik Aya.

Aya kembali mengerjapkan matanya, dia kemudian menatap kearah mata Arkan.

"Gus memangnya udah cinta sama Aya?" Sahut Aya sambil melihat kearah bola mata Arkan. Sungguh indah ciptaan Allah!

"Saya gak tau. tapi saya yakin, in sya Allah rasa itu akan muncul perlahan." Ujar Arkan menatap Aya kembali.

Tangannya yang tadinya berada di rahang Aya naik perlahan ke kepala Aya.

"Boleh saya membukanya?" Pinta Arkan kepada Aya. Aya mendongakkan kepalanya dan menatap kearah Arkan. Perlahan anggukan dari kepala Aya muncul.

"Bismillah,"

Arkan membuka mukena yang menutupi area kepala Aya. Perlahan mukena tersebut terbuka, menampilkan rambut panjang sepundak milik Aya yang tergerai dengan rapi.

Aya memejamkan matanya saat merasa tangan Arkan perlahan mengelus rambutnya. Tangan Arkan mengelus pelan kepala Aya dengan lembut, hingga terhenti di punggung Aya.

"Rambut kamu lembut." Ujar Arkan sambil menatap kearah Aya.

Aya kembali mengerjapkan matanya pelan dan menganggukkan kepalanya. "Aya sering keramas." Sahut Aya sambil membalas tatapan Arkan.

Aya kembali memejamkan matanya saat Arkan mendekatkan wajahnya kearah kepalanya. Arkan perlahan menghirup aroma yang berasal dari kepala Aya, aroma jeruk lemon.

"Aya, boleh saya meminta hak saya?"

🌼🌼🌼🌼

GANTUNG GAK GANTUNG GAK? 🤪
😁😁

COMEBACK LAGI BARENG RARA
GIMANA?
UDAH NGE FEEL BLM?

FOLLOW AKUN TIK TOK RARA YA

ara_r02

GAK LAMA LAGI BAKAL TAMAT LOH
KALIAN TIM MANA NIH?

HAPPY END ➡️

SAD END ➡️

SEE YOU AGAIN GUYS
BYE 👋

THE GIRLS INSYAF AND SECRET HUSBAND || End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang