Ada banyak tanya yang bergentayangan di kepala Rajares, mengenai keberadaan Kanaya, dan dari banyaknya tempat yang ada, rooftop jadi jawaban atas tanya di kepala.
Rajares lupa, bahwa Kanaya suka tempat terbuka. Dimana, udara dengan senang hati menerpa. Dimana, Kanaya bisa urai lukanya yang ternganga.
"Gue cari kemana-mana, ternyata bener lo disini."
Kanaya tidak perlu berbalik badan, untuk tahu siapa yang datang. Kanaya jelas khatam, dengan siapa yang selalu datang dan mengganggunya.
"Harusnya, lo gak perlu cari gue kemana-mana. Kalau lo butuh gue, gue bakal langsung ada."
Rajares tidak membalas ucapan gadis itu, ia lebih memilih mendudukkan bokongnya di samping Kanaya, dan membiarkan topik tadi mengudara.
"Udah makan?" tanya Rajares, dengan tangan yang terangkat, menyentuh pucuk rambut Kanaya.
"Gue gak punya selera makan hari ini." Kanaya dengan cepat menyingkirkan tangan Rajares.
"Kenapa sih, gak mau gue pegang palanya? Gue puk puk sini, biar kayak orang-orang pacaran."
"Gue males pacaran sama lo."
"Gue juga males," balas Rajares. "Kan cuma ngikut orang-orang doang."
"Ngapain sih Res, lo selalu gangguin gue pas lagi sendiri?" Kanaya menatap Rajares jengah.
Rajares menopang dagunya, dan balas menatap Kanaya. "Dan kenapa sih, Nay? Lo suka banget sendirian?"
Kanaya terdiam. Pertanyaan Rajares, seperti jebakan.
"Nay, kalau lo terus sendirian, lo gak akan bisa nyicip kebahagiaan di dunia Nay. Lo gak bisa terus-terusan jadi manusia individual, yang selalu sendiri, yang gak mau berbaur sama orang di sekolah, yang apa-apa serba sendiri."
Rajares menggeser duduknya semakin mendekat, lalu merangkul Kanaya kuat-kuat. Takut, gadis itu akan berontak.
"Kita ini makhluk hidup sosial, yang gak bisa hidup sendiri, Nay. Coba deh sekali-kali, kasih reward ke diri lo. Bikin diri lo bahagia, dengan cara berbaur sama orang-orang di sekolah. Itu pasti bakal seru. Daripada lo disini terus, di rooftop terus, ketemunya sama gentong air lagi, gentong air lagi."
Mata Kanaya urung berkedip, ia suka saat Rajares banyak bicara di depannya. Kanaya suka setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki di sampingnya.
"Dunia itu jahat, Nay. Dan lo, harus berlaku baik sama diri lo sendiri. Dunia, gak akan baik cuma karena lo doang. Paham?"
"Lo banyak bacot, Res," ucap Kanaya menahan tawa.
"Ketawa aja kali, gak usah di tahan, jelek muka lo kalau lagi nahan ketawa," balas Rajares sambil menjawil hidung Kanaya.
"Sakit, bangsat!"
"Ya maaf, bangsat!" Setelahnya Rajares tertawa, melihat hidung Kanaya yang memerah. "Jadi kek badut," ledeknya.
"Gue, kan, emang badut."
"Kok?" Alis Rajares terangkat, bingung.
"Nggak." Kanaya buru-buru mengalihkan pandangannya ke depan.
"Oh iya, hari ini kenapa lo pake cardigan, hm?"
"Emangnya kenapa sih, kalau gue pake cardigan?"
"Ya aneh aja gitu, Nay. Gue takut lo kenapa-kenapa."
"Memangnya, kalau gue kenapa-kenapa, lo bakal peduli?"
"Ya jelas, gue bakal peduli lah sama lo, Nay."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJARES | BAD HUSBAND
Teen Fiction"Dicari, suami dan ayah pengganti untuk Kanaya Tabitha dan calon anaknya."
