Ini sudah sore. Terik yang menyengat, yang sudah digantikan dengan teduh yang menghangat menegaskan itu. Langit yang terbakar oleh jingga juga sudah berwarna. Lampu-lampu indah di pinggir trotoar juga sudah mulai bertugas—menyala.
"Bekas semalam masih sakit?"
Kanaya suka sore, melebihi apapun, dan ia membenci saat ada orang yang mengganggu dirinya saat tengah menikmati sore. Terlebih, dengan pertanyaan tidak bermutu yang keluar dari mulut Rajares ini.
"Bisa gak sih, gak usah ungkit kejadian semalem?"
Rajares mengangguk samar. Membiarkan pertanyaan itu mengudara, tanpa jawaban dari mulutnya.
Kanaya kembali ke kegiatan awal, yaitu memeluk lutut, membiarkan hening memeluknya erat.
Kanaya tak mau mengingat kejadian semalam, apalagi membahasnya bersama laki-laki yang sudah mencicipi tubuhnya.
Tring! Notifikasi pesan masuk yang berasal dari ponsel Rajares, membuat suasana yang semula beku itu mencair. Kanaya dengan posesif, mengambil paksa ponsel Rajares dan mengecek pesan masuk disana.
"Nay, jangan kebiasaan dong!" Bentuk protes dari Rajares, bahkan tak membuat Kanaya mau mengembalikan ponsel tersebut pada sang pemilik.
Amanda: Res, kamu dimana? aku tadi kerumah, kamu gaada dari semalem. kamu dimana?
Kanaya berdecih, lalu tanpa ragu ia memutuskan untuk melemparkan ponsel Rajares ke dalam danau.
Kebetulan sekali, tempatnya begitu mendukung untuk membuat ponsel Rajares tercemplung.
"KANAYA!" pekik Rajares kaget.
"Nanti gue beliin lagi." Dengan santai, Kanaya mengangkat tubuhnya ringan, dan mulai berjalan.
Rajares benar-benar kesal setengah mati, rasa ingin mencekik Kanaya benar-benar membumbung tinggi.
"NAY, HP GUE!"
"Bacot, ah!"
"Kalau nyokap sama bokap gue, hubungin gue gimana? Kalau Andre ngasih kabar soal balapan gimana, Nay? Belum lagi, kalau Amanda, Putri, Talita, dan masih banyak lagi gebetan gue ngabarin, itu gimana Nay—emphh!"
"Bacot!" Kanaya memotong ocehan Rajares dengan segera, dengan jurus menyumpalnya dengan rumput yang barusan dicabutnya.
Rajares melepehkan isi mulutnya dengan segera, dan itu sukses membuat Kanaya menahan tawa.
"Makanya, jadi cowok jangan banyak omong!" omel Kanaya.
"Dan lo!" Rajares menunjuk Kanaya sengit, "jadi cewek jangan banyak tingkah! Sampai-sampai hp gue, jadi korbannya!"
"Dan lo juga!" balas Kanaya, ikut menunjuk Rajares tak kalah sengit, "jadi cowok jangan kebanyakan gebetan ceweknya!"
Rajares menarik senyum miring, lalu menyingkirkan tangan Kanaya yang menunjuk dirinya. "Lo cemburu, hm?"
Dengan enteng, Kanaya menampar pipi Rajares. "Gak usah geer!"
"Sakit, Nay! Lo mau, gue gampar juga?!" Rajares yang kesal, plus kesakitan, langsung membentak sambil mengangkat tangannya.
Kanaya langsung terdiam, ia menatap tangan Rajares yang mengudara. Bersiap menamparnya. Sepertinya. Namun, yang membuat Kanaya diam adalah, perlakuan Rajares kala tengah membentak sambil mengangkat tangannya, mirip seperti papanya.
"Lo bentak gue kaya gitu, sambil ngangkat tangan lo, bikin gue inget hari dimana papa nampar gue, Res."
Tangan Rajares yang mengudara, terjatuh, dan tersimpan di sisi tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJARES | BAD HUSBAND
Teen Fiction"Dicari, suami dan ayah pengganti untuk Kanaya Tabitha dan calon anaknya."
