Arka menyeret bangku, mendudukinya. Di tangannya ada sebuah plashdisck. Ia menempelkan plashdisck itu ke laptopnya. Tangannya mengutak-atik laptop.

Beberapa detik setelahnya, mulutnya menganga setelah melihat adegan di layar laptop. Hatinya mencelos. Satu nama tiba-tiba terlintas di dalam otaknya.

"Anak itu," lirih Arka. Perasaannya jadi tak karuan setelah melihat adegan itu. Adegan rekaman CCTV di rumah Dika.

Buru-buru, Arka mencabut plashdisck itu. Menaruhnya asal. Ia buru-buru keluar. Melangkah dengan langkah tergesa menuju satu ruangan.

Cklek!

Arka membuka salah satu ruangan di dekat tangga. Kamar Aksa. Kamar itu, terlihat kosong. Kemana anak itu? Entah dorongan dari mana, Arka mengecek satu persatu ruangan yang berada di lantai bawah.

Nihil, Aksa tidak kelihatan. Kemana anak itu? Pikir Arka. Mata Arka tertuju pada satu ruangan di pojok sana. Ia menghampirinya dengan langkah pelan.

Cklek!

Pintu itu terbuka dan betapa terkejutnya Arka saat melihat seseorang tengah tergeletak dengan mata terpejam.

Arka segera mendekat, ia membalikan tubuh itu. Aksa. Arka semakin di buat terkejut saat ia melihat wajah pucat Aksa dengan bibir yang sedikit membiru. Tapi bukan itu fokusnya. Fokusnya kali ini adalah---

---cairan pekat berbau amis yang mengalir dari lubang telinga Aksa. Hati Arka mencelos. Entah kenapa hatinya terasa sakit sekali setelah melihat keadaan Aksa?

'ayah, apa yang ayah lakukan?'  

*******

Tak tahu apa yang merasuki Dika hingga lelaki itu mengendarai mobil seperti orang kesetanan. Wajahnya memerah, urat-urat lehernya begitu terlihat. Tangannya mengepal stir mobil dengan kuat.

Brak!

Entah apa yang terjadi, Dika hilang kendali. Mobilnya menabrak pohon. Beruntungnya ia tidak kenapa-kenapa.

Dika meringis pelan saat kepalanya tak sengaja terhantuk dengan stir mobil. Dika terdiam, memijit pelipisnya pelan. Tapi, tiba-tiba wajah kesakitan Aksa muncul di hadapan mukanya.

Ada apa?

Kenapa wajah anak itu tiba-tiba saja muncul?

Dika jadi tidak fokus. Kejadian tadi terulang kembali di dalam otaknya. Berputar seperti sebuah kaset. Kepala itu, kepala Aksa. Dika membenturkannya begitu keras.

Wajah Aksa semakin terbayang. Wajah itu terlihat begitu kesakitan satu detik kemudian  berubah menjadi ceria. Di detik selanjutnya, wajah Aksa kembali murung, matanya berkaca-kaca.

'ayah jahat, Aksa tidak suka ayah. Aksa tidak mau dengan Ayah.'

"Ahh," Dika tidak sadar, di luar sana banyak sekali orang-orang yang tengah mengetuk kaca mobilnya.

'Aksa tidak suka ayah,'

Entahlah, Dika sedang berhalusinasi atau tidak. Tapi yang jelas, suara itu begitu jelas. Dengan tangan yang sedikit bergetar, Dika membuka pintu mobil. Dan berhasil, sekarang Dika sudah berada di luar.

"Pak? Bapak tidak apa-apa?" Dika menggeleng pelan, ia sempat linglung. Saat suara Aksa kembali terdengar. Padahal Aksa tidak ada disini. Ada apa dengan dirinya? Pikir Dika.

HELP [Tamat]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora