Laki-laki yang Kucintai Sepenuh Hati Menikah

9 1 0
                                    

Laki-laki yang kucintai sepenuh hati menikah dengan orang lain.

Aku mencintai laki-laki yang sama sekian tahun, hampir separuh dari usia yang aku punya.

Sekian tahun, aku menyimpan perasaan itu dalam hati. Berbicara seperlunya, bersikap sewajarnya. Hingga, barangkali, meski serapat apapun menyimpan bunga, akan tetap tercium juga harumnya.

Aku mencintainya diam-diam. Dalam diam, ia tahu aku mencintainya.

Aku mencintai laki-laki yang sama bertahun-tahun, hingga aku lupa apa ada hari di mana aku tidak memikirkannya?

Bagaimana kabarnya? Apa yang ia lakukan? Dengan siapa ia bersama? Apa ia juga punya perasaan yang sama denganku?

Setelah lulus sekolah, ia merantau, aku pun sama--melanjutkan pendidikan. Di kota yang berbeda, di jarak yang amat jauh dan aku bahkan tidak meminta nomor ponselnya.

Kupikir, buat apa? Perasaanku hanya akan semakin dalam. Ingatan-ingatanku tentangnya akan semakin kuat.

Namun, saat kupikir sudah hampir lupa, ia tiba-tiba menelpon. Ia datang kembali dalam hidupku saat kupikir sebaiknya aku melupakannya, saat kupikir aku tidak punya kesempatan sama sekali.

Kabarnya datang dan pergi. Sekejap ia menghilang, sekejap ia muncul. Lagi-lagi, mempermainkan perasaanku yang menunggu tak sabaran.

Setelah sekian tahun berlalu, kupikir perasaanku tersampaikan kepadanya. Melalui percakapan-percakapan yang intim meski pada jarak yang tak mudah dilipat.

Aku menikmati hari-hari yang berlalu dengan perasaan yang amat bahagia, karena kupikir tinggal satu langkah sampai aku bisa menggenggam tangannya.

Kupikir begitu, kupikir demikian. Kenyataannya, aku seperti berlari dan berpacu dengan waktu yang lebih cepat dari kedipan mata.

Tahu-tahu waktu berlalu, tahu-tahu jaraknya menjadi teramat jauh dari hadapanku. Aku berlari, sekuat tenaga, tapi yang kudapat hanya lelah. Ia tidak sekalipun menoleh, ia tidak lagi bertanya apa aku baik-baik saja?

Ia pergi. Tanpa sekalipun mengucap selamat tinggal. Tanpa sekalipun menguatkan hatiku agar baik-baik saja setelah ia pergi.

Hari-hari yang kulalui kemudian berubah hampa, aku tidak lagi menemukan alasan-alasan yang menguatkan aku untuk hidup.

Impian-impian yang dirancang, perasaanku yang kutumpuk untuknya setiap hari yang seperti gelas kaca. Hancur seketika.

Aku siapa? Aku harus bagaimana?

Aku ingin berteriak sekuat tenaga, tapi tak bisa. Aku ingin menangis pilu, tapi airmataku tak jatuh setetes pun.

Dalamku hancur setiap hari tanpa kusadari.

#Nurrahmah_Safa
Bima, 17 April 2022

CATATAN PATAH HATI (On Going)Where stories live. Discover now