Confiture de Fraises Fait Maison Pour Vous

Zacznij od początku
                                    

"Dari mana kamu?" tanya Regi.

"Dari boulangerie," jawab Gael singkat. "Kamu butuh baguette kan?"

"Kamu kok tahu?"

Gaël mendelik dan memamerkan pesan yang muncul di layar ponsel. "Kamu tadi bilang."

Regi tersipu. Dia teringat selama di metro tanpa sadar berkirim pesan dengan Gaël kalau dia ngidam croissant dan baguette. Dia minta disisakan kalau malam dia datang ke boulangerie.

"Ini buat aku?" tanya Regi senang. Kantong itu terasa hangat. Tentu semua roti di dalamnya baru beberapa menit keluar dari oven.

"Bayar ya," jawab Gaël dengan suara tengil. "Ongkos kirim gratis."

Regi tergelak.

"Aku bayar. Baguette dan tiga croissant," ucap Regi sembari mengecek isi kantong. "Eh, ini selai stroberi. Harganya berapa?" tanya Regi mengeluarkan sebuah botol selai ukuran kecil.

"Compliment. Aku mau mencoba jual selai."

"Tu m'as utilisé un cobaye humain (Oh kamu bikin aku jadi jadi kelinci percobaan)?"

"Benar. Kamu cocok jadi cobaye (marmut). La petite cobaye (marmut kecil)," seloroh Gaël.

Regi melotot. Dia tidak sepenuhnya kesal. Sebaliknya, dia senang mendapat hadiah kecil itu. Gaël begitu manis tetapi suka menutupinya dengan gaya tengil.

Regi mengeluarkan lembar Euro untuk membayar. Gaël menerimanya. Tangan mereka tanpa sadar bersentuhan. Ada desiran hangat yang sontak muncul. Regi membiarkan Gaël menarik halus tangannya dalam genggaman. Pria itu segera melepaskan dalam beberapa detik. Regi luput melihat ada sedikit kegugupan di wajah Gaël.

"Mau masuk? Aku enggak bisa ngabisin ini sendirian." Tanpa sadar mulut Regi mengucapkan kalimat itu.

Regi sungguh merasa kangen. Ada desakan kuat yang muncul ketika melihat sosok Gaël. Dia tidak rela kalau pertemuan singkat ini berakhir terlalu cepat.

Gaël terlihat sedikit kaget tetapi kepalanya mengangguk pelan.

Ketika di lift mereka berdiri sangat dekat. Ujung tangan Gaël terasa sangat dekat dengan tangannya. Regi ingin mengaitkan jemari pada jemari Gaël tetapi ada keraguan. Lift sedikit berguncang ketika pintunya terbuka. Tubuh mereka tanpa sengaja bertabrakan dan, begitu saja jemari mereka terkait hanya beberapa detik.

Reig mencuri lirikan ke arah Gaël. Rautnya sangat tenang macam jari mereka tidak terkait. Regi sibuk menahan debaran jantung saat berjalan sepanjang lorong.  Ketika harus membuka pintu kamar, terpaksa tangan mereka terlepas. Ada sedikit rasa menyesal. Regi menangkap kerlipan hangat dari mata Gaël saat dia mempersilakan pria itu masuk.

"Kamu mau ganti baju dulu?" tanya Gaël sudah masuk kamar.

"Enggak usah. Nanti aja. Aku pengin makan dulu," ucap Regi.

"Sebaiknya dimakan sekarang. Masih hangat dan lebih enak," cetus Gaël.

Serta merta Gaël duduk di tempat tidur dengan santai. Regi sibuk menjerang kopi dan memotong-motong baguette. Biasanya dia menikmati baguette dengan butter tetapi sekarang dia ingin mencoba selai stroberi buatan Gaël.

Regi memutar-mutar tutup selai tetapi tidak juga terbuka.

"Susah bukanya," ucap Regi.


Gaël mengambil botol stroberi dan hanya dengan satu putaran tutupnya terbuka.

"Aku enggak ngerti kenapa botol selai selalu susah dibuka. Kayak enggak boleh dimakan," omel Regi.

"Biar kedap udara dan steril. Kamu mau selainya berjamur," seloroh Gaël.

Love Rendezvous in Paris (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz