⚠️ PERINGATAN! JANGAN DITIRU
Sebelum baca, follow dulu ya! 💥
📌 Konten mengandung:
Kekerasan fisik dan verbal
Perkataan kasar
Bullying & ujaran kebencian
⚠️ Tidak dianjurkan untuk pembaca di bawah umur atau yang sedang sensitif. Harap bijak saat membaca.
° ° °
"Apa bahagia memang sesulit itu untuk kugapai? Apa aku tak pantas memilikinya? Lalu, untuk apa aku ada… jika dunia tak pernah berpihak padaku?"
Sella Blariza Algara
° ° °
Seorang gadis berjalan pelan di tengah semilir angin sore. Rambutnya diikat sederhana, hoodie abu-abu membungkus tubuhnya yang ramping, dipadukan dengan celana training yang membuatnya terlihat santai tapi tetap manis. Poni tipisnya ikut tersapu angin, melambai lembut di wajah yang menyimpan banyak cerita.
Langkahnya terhenti saat ia tiba di taman kota yang tenang. Udara sore ini terasa sejuk, dedaunan berguguran perlahan dari rantingnya, berputar di udara sebelum menyentuh tanah. Taman itu tak terlalu ramai, hanya beberapa orang yang lalu-lalang, cukup sepi untuk membuatnya merasa sendiri, tapi tidak terlalu sunyi untuk membuatnya takut.
Matanya menyapu taman, mencari bangku kosong. Tak lama, ia menemukannya di bawah pohon besar. Ia melangkah ke sana dan duduk, menghela napas panjang.
Matanya kemudian menangkap pemandangan yang tak biasa, dua bocah laki-laki kembar, diperkirakan berusia sekitar tiga hingga empat tahun. Satu digendong oleh seorang pria yang mungkin ayahnya, dan satu lagi duduk di pangkuan wanita yang tampaknya ibunya.
Sella tertegun. Sejenak ia hanya menatap mereka dari kejauhan.
Sama persis, batinnya.
Pemandangan itu membawanya pada kenangan masa kecil. Ia dan Della pernah seperti itu. Della yang digendong oleh Papa, dirinya duduk manja di pangkuan Mama. Mereka pernah ke taman bersama, tertawa, bermain, dan bahagia.
Sella menunduk. Ia sadar, kebahagiaan itu telah lama hilang. Masa kecil yang penuh kasih kini telah tergantikan oleh hari-hari penuh tekanan, luka, dan kesepian.
Sejak lima tahun lalu, sejak ia mulai menginjak masa remaja, semuanya berubah. Dimas—Papanya, mulai menuntut lebih. Tak ada lagi peluk hangat, hanya tumpukan buku, jadwal olimpiade, dan ekspektasi tinggi yang tak pernah usai. Bahkan saat usianya baru menginjak 15 tahun, ia sudah dikirim ikut olimpiade matematika ke luar negeri karena Dimas yang memaksanya.
Sella mendesah pelan. Ia datang ke taman ini untuk menenangkan pikirannya, tapi justru kenangan pahit kembali mengalir deras.
Dua jam telah berlalu. Matahari mulai turun ke ufuk barat. Cahaya jingga mewarnai langit, dan taman mulai sepi. Sella masih duduk di bangku yang sama. Hanya dia seorang kini.
Jam di tangannya menunjukkan pukul lima sore. Ia pun bangkit perlahan. Langkahnya pelan keluar dari taman, mencoba menyingkirkan perasaan yang masih berserakan di hatinya.
YOU ARE READING
I'M TIRED [ON GOING]
General Fiction⚠️ PERINGATAN! JANGAN DITIRU Sebelum baca, follow dulu ya! 💥 📌 Konten mengandung: Kekerasan fisik dan verbal Perkataan kasar Bullying & ujaran kebencian ⚠️ Tidak dianjurkan untuk pembaca di bawah umur atau yang sedang sensitif. Harap bijak saat me...
![I'M TIRED [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/306277059-64-k811338.jpg)