12. Berbalik

421 81 18
                                    

Voment ya^^

Sudah beberapa kali pertemuan di kelas Byantara ini Janetha menjadi agak berbeda dari sebelumnya. Tidak ada ketengilan yang terlalu wanita itu tunjukan, sekedar menggoda hiperbola, atau berceletuk random yang membuat Byantara tak sampai pikir.

Tepat seperti ucapannya pada Jarel kapan lalu. Janetha memang memiliki kecenderungan yang sama dengannya dulu. Tidak suka diberi atensi timbal balik. Merasa tidak pantas dan menarik diri seolah mereka yang mendekat akan memberinya beban berupa ekspetasi yang takut tidak bisa dia penuhi.

Byantara tidak menyangka dia akan menjadi seperduli ini pada wanita yang dulu membuatnya risih bukan main. Setiap kali Janetha berani sok akrab di depan banyak orang, Byantara merasa agak panik karena baginya itu membuatnya tidak nyaman. Sayangnya, diwaktu bersamaan, dia tidak bisa menyuarakan ketidaknyamanan itu dengan sebuah teguran alih-alih malah diam dan membuat Janetha jadi semakin terus menggodanya ketika melihat gelagat sukarnya.

Dia pikir karena Janetha memang tetangganya, seseorang yang dia kenal, sehingga membuat sisi lainnya memberi dispensasi. Ternyata Byantara saat tanpa sadar merasa tidak senang mengetahui bahwa Janetha begitu bukan hanya dengannya dan perlakuan wanita itu dilakukan atas sebuah hal yang seolah mengorek luka masa lalunya, membuatnya punya perasaan lain yang mengganggunya meski terus disangkalnya dengan paksa.

Janetha punya perisai kuat yang tidak bisa ditembus siapapun. Wanita itu terlihat terbuka disatu waktu, tapi juga mengunci sisi itu dengan cepat saat seseorang berniat untuk mendekat.

"Baiklah, kalau sudah tidak ada yang ditanyakan, kita akhiri kelas siang ini." Byantara menoleh ke arah kelompok yang baru saja presentasi dan masih berdiri di depan, di antaranya ada Janetha yang memilih berdiri di paling pojok dekat Ghina, "Revisi makalahnya saya tunggu sampai Jum'at, kalau gak ketemu saya, bisa ditaruh di meja atau chat dulu ketuanya biar saya dapet konfirmasi."

"Siap, Pak." Kata Wafda di koori oleh Sabit, Ghina dan Janetha.

"Selamat siang." Akhir Byantara sembari menenteng buku materi dan absensinya menuju pintu.

Saat berpapasan dengan Janetha, dia sengaja menatapi wanita itu yang anehnya terlihat salah tingkah dan memalingkan wajah. Sejujurnya, Byantara terganggu dengan sikap Janetha belakangan ini. Tapi dia memilih diam dan berlalu tanpa menegur sapa. Baginya, mungkin itu pilihan Janetha dan karena dia pernah merasakan serupa, dia tidak merasa berhak memaksa sekeras apapun dia ingin  berada di samping wanita itu.

Setelah tidak ada jadwal mengajar apapun, Byantara berniat ke kafe sebentar sebelum pulang ke apartemen. Tapi sosok ketiga teman Janetha yang terlihat di pendopo jurusan mengalihkan atensinya dari ponselnya yang dipenuhi notifikasi ruang obrolan dosen.

Tidak ada Janetha disana.

"Mau pulang, Pak?"

Byantara mengangguk pada Sabit, "Bukannya masih ada kelas?"

"Bu Nurma gak dateng, Pak. Diganti tugas resume." Jawab Ghea nampak masam.

"Tumben cuma bertiga?" Tanya Byantara ambigu.

Wafda melihat Ghina dan Sabit bergantian sebelum kembali menatap Byantara.

"J pulang, Pak. Ngejar setoran." Jawab Wafda terkikik.

Byantara tanpa sadar menunjukan gestur penasarannya dengan kentara hingga Ghina menyenggol lengan Sabit untuk menserver pemikirannya yang diterima pria jangkung itu dengan cepat.

"Oh, Janetha kerja?"

"Iso dibilang kerja tah?" Tanya Wafda pada Sabit, "Dia nulis, Pak. NovelisㅡCiaa, novelis. Tapi emang, J udah punya novel sendiri. Di toko buku ada. Jadi dia sekarang dikejar deadline buat naskah baru."

Cover - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang