"Akan kupikirkan cara memperbaikinya! Kamu lebih baik pergi! Kamu hanya menggangu konsentrasiku saja!"

Tashigi hanya menghela nafas berat. Entah mengapa dia selalu kesal jika Zoro menganggapnya sebagai pengganggu. Nyatanya dia selalu ingin membantu. Namun Zoro yang tidak pernah mau menerim bantuannya. Tanpa banyak kata, gadis berkacamata itu pergi dengan wajah kesal. Sedang Zoro mengerutkan dahinya sambil memperhatikan pintu rusak dihadapannya.

Waktu terus berjalan, namun Zoro masih duduk tidak bergeser. Bahkan dia tidak menyadari jika sang guru telah duduk disampinya.

"Jangan dilihat saja! Segera perbaiki!" seru Fujitora, renyah yang ditanggapi oleh rasa terkejut oleh Zoro.

"Ah, sensei!"

Zoro lalu bangkit dengan wajah terkejut. Apalagi gurunya datang tanpa dia sadari. Padahal biasanya dia lebih waspada. Apa pikirannya yang mulai bercabang mulai menurunkan tingkat kewaspadaannya? Sungguh dia menjadi frustasi karena hal tersebut.

"Duduklah kembali! Tidak perlu setegang itu."

Zoro kembali duduk, "pintunya--"

"Tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Kamu sendiri bagaimana?"

Zoro terkejut, dia kemudian bingung dengan pertanyaan yang diajukan Fujitora. Dia tidak tahu pertanyaan itu mengarah kemana.

"Jika tidak ingin berbagi tidak masalah. Ceritakan saja jika kamu siap." ucap Fujitora dengan senyum kecil membuat Zoro sedikit takjub karena sang guru seakan dapat membaca apa yang dia pikirkan.

"Yang penting jangan sampai tujuan utamamu terganggu dengan perasaan yang sedang membuatmu tidak fokus sekarang."

Zoro mengangguk mantap, benar kata sang guru. Dia harus bisa menguasai diri. Perasaannya kini harus bisa dikendalikan jika dia ingin terus mewujudkan impiannya.

"Baiklah, aku pergi dulu. Pintu itu tidak perlu diperbaiki. Nanti aku akan memanggil tukang untuk membuatkan yang baru."

Fujitora bangkit lalu berpamitan kepada Zoro yang masih tenggelam dalam pikirannya. Zoro kemudian membungkuk--memberi penghormatan hingga Fujitora hilang dari jarak pandangnya. Setelah itu Zoro kembali duduk lalu menghela nafas panjang.

"Luffy, sungguh kamu sudah mengacaukan pikiranku." monolognya sambil tersenyum miring.

♕ Catch Me If You Wanna ♕

Katakanlah Katuri terlalu berlebihan, namun perasaan yang dimilikinya kini telah membuat ketenangan dalam dirinya mulai retak. Bahkan dia terlihat sering berguman sendiri sambil memukuli kepalanya seakan sedang berdebat dengan dirinya sendiri.

Perubahan sikapnya sempat membuat Ulti dan Drake khawatir. Mereka berdua menyangka jika Katakuri tengah memiliki masalah dengan keluarganya yang berada di
Whole Cake Island. Bahkan demi memastikannya, mereka sempat menghubungi Brulee dan bertanya namun adik dari Katakuri itu mengatakan jika keluarga mereka baik-baik saja.

Namun ternyata berita dari Ulti dan Drake membuat Brulee menjadi panik dan langsung menghubungi sang kakak.

Katakuri yang tengah berbaring setelah latihan basket yang melelahkan cukup terkejut ketika mengetahui sang adik menghubunginya. Biasanya mereka hanya bertukar pesan. Namun kali ini sang adik langsung menelponnya.

"Hey, Brulee! Ada apa?"

"Nii-chan! Apa kamu baik-baik saja? Apa ada hal yang sedang menganggu kamu sekarang? --"

Catch Me If You WannaWhere stories live. Discover now