34 ◕ Him (🇮🇩 Vers)

Start from the beginning
                                        

“YOONA NOONA! TIDAK PERLU MINTA MAAF! DIA YANG SALAH BUKAN HUNNIE!!”

Sekali lagi maid mereka menunduk. Ia menggandeng tangan Jongin lalu berbalik pergi. Sehun masih terdengar marah-marah mengatai lelaki yang membuatnya kehilangan Chanyeol yang tampak di depan matanya.

“Untuk ukuran anak lima tahun, dia sangat cerdas”

Jisoo menoleh menatap Seungho lalu tersenyum tipis. “Ya. Mungkin mamanya yang mengajarkannya” ucap Jisoo lalu ia dan Seungho memasuki mobil.

“Dia putranya Kris Wu kan?”

“Ya. Sehun Wu”

“Lalu apa yang akan kau lakukan pada mereka?”

“Kita awasi dulu. Baru setelah itu ambil tindakkan. Lebih baik Joohyuk tidak mendengar ini.”

“Baik”




















.
















 
“KAU BILANG KAU BISA MENCINTAIKU!! TAPI KAU MENINGGALKANKU!”

Chanyeol terjengit mendengar suara Joohyuk membentaknya begitu mereka sampai di rumah mereka. Ia menatap Joohyuk yang tampak sangat marah, sementara Chanyeol tidak mengerti apa yang membuatnya marah.

“KAU MENINGGALKANKU!!”

“Aku hanya membeli ice cream!”

“KAU SEHARUSNYA BILANG PADAKU—

“YOU WERE SLEEPING!!!”

Chanyeol membalas bentakkan itu. Joohyuk menatap Chanyeol tak percaya. Nafas Chanyeol tampak memburu.

“Jika kau terus seperti ini, jujur kau membuatku sakit!”

“Seperti apa?! SEPERTI BUKAN DIRIKU?! KAU MAU BILANG KAU TIDAK MENGENALKU-

PLAK!!
  

 
 
Chanyeol menatap tangannya ketika ia baru saja menampar pipi Joohyuk dengan tamparan keras hingga suaminya itu menatapnya tak percaya.

“Kau dan aku. Kita sama-sama sedang kesal. Jadi aku akan bicara denganmu nanti”

Joohyuk menatap Chanyeol dengan tatapan yang masih tidak percaya. Sementara Chanyeol berbalik memasuki kamarnya dan menguncinya.

Ia mengunci jendela dan menarik gordyennya tertutup. Lalu ia duduk diatas ranjang. Kakinya tertekuk.

“Hyung!!!”
 
 
 
TOK TOK TOK!!
 
 
 
“Buka pintunya—

“NO! Kau sedang marah. Kau tenangkan dirimu dulu!!”

“Kita harus bicara—

“Nanti. Ketika amarahmu sudah reda”

“Chanyeol Hyung!! Sebenarnya kau ini kenapa hah?!!”
 
 
BRAK!!
 
 
“BUKA!!”
 
 
Chanyeol menutupi kedua telinganya. Ia menunduk dan terus menggumamkan kata “Tidak. Berhenti. Tidak. Berhenti.” Dengan gumaman berulang.

  
“Baby”

  
  
   
  
Chanyeol menengadah. Matanya bergerak terkejut. Wajah yang tak dapat dikenalinya itu kembali muncul. Ia menggeleng.

“No, Chanyeol. Berhenti memikirkannya”

 
 
“It’s okay”
 
  
 
Chanyeol menatap pemuda itu yang tersenyum kearahnya. Ia mengerutkan alisnya. “Apa? Apa maksudmu?” tanyanya dengan suara pelan.

 
“Don’t cry”

 
 
Chanyeol menatapnya. Lalu memejamkan matanya. Perlahan ia jatuh berbaring diatas tempat tidur empuknya.

Ia merasakan usapan pada kepalanya. Tersenyum, ia jatuh terlelap kembali dengan mimpi yang membingungkan namun tampak indah karrna pria itu berada disana.


  
  
  

Chanyeol menatap pemuda itu yang terus tersenyum disisinya. Keduanya kini berada di tepi sungai Han. Tangan Chanyeol memegang gelas bubble ice.

“Kau terlihat bahagia”

Pemuda itu menatapnya. Ia tertawa kecil setelah mata mereka bertemu selama beberapa detik. “Kau, lucu”

“Huh?”

“Apa kau sadar kalau kau terkadang galak? Kau baru saja memarahi suami yang lebih muda dua tahun darimu”

Chanyeol menatap pemuda itu. Apa ini? Mimpi yang dapat dikarangnya? Apa dia sedang mengalami Lucid Dream?

“Ya, Chanyeol-ah. Ini hanya imajinasimu. Aku berada disini karna kau mengimajinasikan aku berada di dekatmu”

Chanyeol mengerjap. Matanya menatap tangannya. Gelas ice bubblenya menhilang. Ia kembali menatap pemuda disisinya.

“Wow. Apa itu sangat ketara?”

“Apa yang sangat ketara? Kau mencintaiku?”

“Bukankah itu gila?”

“Kau hanya bermain dengan pikiranmu sendiri. Tidak masalah. Kurasa setiap orang suka mengkhayalkan dunia yang berbeda dalam pikiran mereka”

“Yang ku lakukan salah”

“Dalam perspektif siapa? Nam Joohyuk? Tentu salah. Tapi dari sisimu? Aku tidak tahu”

Chanyeol menghela nafas. Ia bersandar pada sandaran bangku taman, namun seketika terkejut ketika kini bangku keras itu berganti dengan sebuah sofa berwarna maroon yang sangat empuk.

Ia menatap pemuda itu. “Apa ini adalah tempat kita?” tanyanya dan pemuda itu hanya tersenyum tanpa menjawab.

Chanyeol menatapnya, berulang kali. Sampai kemudian ia menatap pintu kamar yang familiar. Ia mengangguk mengerti. Rumah ini pasti ada dibalik ingatannya yang masih terkubur.

“Sunbae”

“Ya?”

“Tidak bisakah kau beritahu namamu?”

Dia terdiam cukup lama kemudian menggeleng. “Bukan begitu cara kerjanya. Kau harus mencoba mengingatku dengan usahamu sendiri.”

“Kau jahat”

Chanyeol bersandar pada bahu tegap itu. Lelaki disisinya menggenggam tangan Chanyeol dan mengusap punggung tangannya.

“Kau tidak pernah sendirian. Aku selalu berada disisimu”

Chanyeol memejamkan matanya. Menikmati usapan pada punggung tangannya.

“Jangan takut, Chanyeol. Karna aku selalu ada disini bersamamu”

Chanyeol tersenyum tipis. Seakan kegundahan dalam hatinya terangkat dengan kalimat yang terdengar ajaib itu.

Tubuh Chanyeol diangkat dalam gendongan bridal. Lelaki itu membawa Chanyeol memasuki kamar yang Chanyeol kenali sebagai kamarnya di rumah itu. Ia membaringkan Chanyeol diatas ranjang dan menarik selimut hingga lehernya.

“Aku akan mengikis jarak antara kita, aku akan menemukanmu. Jadi terus pikirkan aku”

Chanyeol membuka kelopak matanya dengan berat. Menatap wajah yang berada dihadapannya kini mendekat dan mengecup ujung hidung bangirnya.

“Pastikan hanya aku yang berada dalam khayalanmu, dengan begitu aku akan bersemayam dalam setiap mimpi-mimpimu.”

Pemuda itu mengecup kening Chanyeol. Lalu mata tajamnya menatap mata Chanyeol dengan lekat. Ibu jari tangan kirinya mengusap alis Chanyeol dengan lembut.

“Aku mencintaimu” ucap Chanyeol dengan suara parau. Ia menangkap tangan kiri pemuda yang sedang merapihkan anak rambutnya kebelakang telinganya. Ia menggenggam tangan pemuda itu. Mengecupnya.

“Temukan aku dengan cepat”

Pemuda itu tertawa kecil. Ia mengikis jarak wajahnya dengan wajah Chanyeol. Ia mengecup pipi chubby Chanyeol dan keningnya bergantian.

“Tunggu sebentar lagi.”

Krisyeol; The Immutable TruthWhere stories live. Discover now