Makhluk Besi

63.3K 1.4K 90
                                    

Mencoba untuk membuat one shot. Berharap kalian juga suka. Tentang perbedaan umur adalah pilihanku. Mengapa? Entahlah... Yang pasti aku addicted banget.

Selamat membaca, maaf jika menemukan typo yang bertebaran di mana-mana. Jari tanganku kepleset. (^_-)

Dan satu lagi, alur di one short ini sedikit cepat.

♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧♧ Makhluk Besi ......................................................................................................

"De, malam ini ikut aku yuk?" tanya Dina sahabat Dea dari semenjak SMP. Dan ternyata orang tua mereka adalah sahabat karib semenjak SMP. Orang tua Dina memutuskan untuk menikah di usia muda. Sedang orang tua Dea menikah di usia tiga puluh tahunan. Mereka berdua saat ini sedang berada di kantin kampus untuk makan siang.

"Ke mana?" tanya Dea sambil menyeruput es jeruknya.

"Ada acara pembukaan cafe baru milik kakakku, kamu datang sama aku ya De."

Dea menusuk salah satu bakso lalu memasukkannya ke dalam mulut. Mengunyahnya dengan pelan sebelum menelan ke tenggorokan, "Boleh, lagian aku butuh teman kencan baru."

Dina tersenyum, "Ya, kita berdua butuh teman kencan baru. Kamu tahu nggak De, si Romi itu sangat payah. Badannya memang kekar sayang sungguh sayang, servisnya sangat parah. Gila saja, aku belum juga nyampe, dia sudah keluar duluan." Iya, Dina memang penggila seks. Tapi dia tahu bagaimana menjaga diri. "No condom, no seks." itulah kata-kata yang selalu di ucapkan untuk setiap cowok yang menjadi pasangannya jika mereka akan melakukan hal itu.

"Hahaha..." Dea tertawa kencang, membuat anak-anak yang ada di kantin menatap ke arah mereka berdua.

"Sialan kamu De, nggak usah kenceng-kenceng juga kali ketawamu. Lihat tuh! Semua anak jadi melihat ke arah kita dengan tatapsn penuh penasaran."

"Lagian, udah aku kasih tahu sedari awal kamunya yang nggak percaya. Jadi resikomu." kembali Dea menusuk bakso dan memasukkan ke dalam mulutnya. Sebenarnya kelakuan Dea juga hampir 11-12 dengan Dina. Hanya saja, jika Dina sudah positif melakukan seks, sedang Dea hanya sebatas make out saja. Itu pun bisa di hitung.

"Iya-iya aku tahu. Dia juga sudah aku putusin. Semoga saja nanti malam aku dapat gebetan yang lebih ok dan kece. Salah satu temannya kak Daffa mungkin!" Dina mempunyai seorang kakak yang usianya terpaut cukup jauh, 15 tahun.

"Sekarang kamu mau berpindah haluan? Dari yang mulanya gebetan cowok-cowok muda dan kece, sekarang mau yang bertipe om-om?"

"Yah, itukan cuma kemungkinan juga kali De. Ntar malah kamu yang dapat om-om!"

"Idih ogah."

"Kenapa memangnya? Nggak ada yang salah juga dengan yang namanya om-om. Buktinya Kak Daffa. Banyak banget cewek yang naksir dan ngebayangin dia jadi pasagannya. Secara Kak Daffa udah mapan bila di lihat dari berbagai macam segi."

"Iya dari segi miring!"

"De, aku heran deh sama kamu. Memangnya kenapa sih kamu nggak suka sama Kak Daffa? Kamu kayanya benci banget sama Kak Daffa."

"Siapa yang bilang? Biasa saja kok!"

"Yaelah, aku yang bilang tadi. Kak Daffa-kan orangnya baik." Dea mendengus, "Ganteng," Dea kembali mendengus, "Mapan dan dia selalu nuruti keinginanku."

"Baik, apanya yang baik. Yang ada dia selalu jahat sama aku. Kamu nggak tahu saja Din. Ganteng? Ganteng di lihat dari menara kembar WTC kali. Mapan? Kalau yang ini memang harus ku akui dia sudah sangat mapan. Hanya tinggal mengenalkan calon istri ke om dan tante. Tapi sampai sekarang nggak ada satu cewekpun yang dia kenalin ke mereka. Tapi jika dia mengenalkan calon istrinya ke Om dan Tante, aku tidak rela." ucap Dea dalam hati, "Yaelah ini anak gadis, di kasih tahu malah melamun." ucap Dina.

About Love and AgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang