Advocata-03

17.3K 1.4K 260
                                    

Janu Maheswari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Janu Maheswari. Sosok pria keras yang menjabat sebagai orang tua Zale. Bukan hanya berwatak keras, sifat menuntut dan suka memaksa juga melekat kuat dalam pribadi seorang Janu.

Mari berkenalan. Zale adalah anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya perempuan, bernama Keisya Ayuna Zale. Mungkin saat mendengar nama itu orang-orang akan mengira jika keduanya adalah saudara kembar, tapi salah, mereka hanyalah sepasang kakak beradik dengan nama yang dibuat mirip oleh sang mama, Arinta Yuna Maheswari.

Keisya duduk dibangku kelas 10 SMA, sedangkan Zale sendiri berada pada kelas 12 SMA. Jika mengira keduanya berada dalam satu sekolah yang sama maka tidak, Zale tidak menginginkan berada satu sekolah bersama Keisya. Menurutnya itu akan merepotkan.

Keisya yang pintar dan berprestasi berbanding terbalik dengan Zale yang begitu pas-pas an dalam bidang akademik. Kelemahannya dalam berfikir sering kali di banding-bandingkan dengan Keisya oleh Janu yang notabennya adalah papanya sendiri.

Dari sifat kerasnya contohnya adalah sekarang, pria 46 tahun itu murka karena Zale yang pulang larut ditambah bersama laki-laki. Dari dahulu Janu memang selalu melarang Zale berdekatan dengan seorang pria tapi diam-diam Zale pun melanggarnya.

"Kamu itu mau jadi apa, Zale? Sudah berapa kali papa bilang jangan pernah pulang malam! Apa kamu nggak paham sama omongan papa?!"

Dengkusan lirih Zale keluarkan sebagai respon dia menyahut, "Kalo Zale dijemput Zale juga nggak bakal pulang malem," katanya dengan nada ketus. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu duduk pada single sofa, tangannya bersidekap dada dan memangku satu kaki.

"Nggak usah banyak alasan! Dari dulu kamu memang tidak berubah! Kamu kira papa nggak tahu tentang kamu yang bolos jam pembelajaran dan keluar sekolah sebelum waktu pulang. Maksudnya apa?! Kamu main-main sama sekolah kamu?!-"

"Coba, kamu lihat adik kamu. Keisya---" bla bla bla. Zale bosan mendengarnya. Setiap permasalahan apapun pasti akan berujung dengan dirinya yang dibandingkan oleh adiknya sendiri.

Zale tidak marah atau pun membenci Keisya, karena itu memang sebuah kebenaran. Tapi ia hanya malas saja mendengar perkataan Janu yang selalu sama, sama dan sama disetiap minggunya.

"Pa? Bisa nggak sih nggak usah bawa-bawa Keisya? Kalo mau marahin zale ya udah marahin aja. Nggak usah banding-bandingin. Zale nggak suka! Orang kan otaknya beda-beda," kesal Zale menatap Janu yang duduk di sofa seberang. Menjawab setiap perkataan Janu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bukan karena Zale durhaka melawan orang tua tapi jika tidak seperti ini papanya itu akan semakin menjadi saja ceramahnya.

"Papa nggak peduli kamu suka atau nggak. Yang papa mau, coba kamu tiru adik kamu itu. Sekolah bukan main-main zale! Kamu kira papa biayain kamu sekolah nggak pake uang?--"

"--lihat keisya. Dari dulu sampai sekarang sekolah selalu dapat beasiswa karena pintar. Kamu ini--"

"Udah lah ya. Kalo papa cuman permasalahin tentang biaya, ya udah nggak usah biayain zale. Biar zale nggak udah sekolah sekalian, biar papa nggak ngerasa terbebani nanggung sekolah zale."

AdvocataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang