Advocata-02

20.3K 1.6K 281
                                    

Kelopak mata Zale terpejam dengan kepala asyik bersandar dipunggung tegap milik Leander yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelopak mata Zale terpejam dengan kepala asyik bersandar dipunggung tegap milik Leander yang sedang mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Gadis berambut sepinggang itu merasa ini adalah posisi ternyaman kedua setelah kasur empuk miliknya dirumah karena selain nyender ternyata Zale bisa menikmati aroma woody musk yang menguar dari luar jaket yang Leander pakai.

Terhitung sudah 15 menit lamanya Zale berada pada posisi itu, melilitkan kedua tangan dari pinggang sampai perut Leander yang ternyata super duper keras.

Kok tau sih? Barusan Zale nggak sengaja ngelus.

Meluk Leander bukan modus, tapi Zale merasa tubuhnya semakin dingin karena angin malam yang berhembus seperti berebut untuk menusuki kulit mulusnya sekarang. Dari pada masuk angin lebih baik Zale cari kehangatan, kan?

"Rumah lo di mana?!" akhirnya yang ditunggu buka suara. Leander barusan membuka kaca helm-nya, menoleh sekilas ke samping sebagai maksud bertanya kepada Zale. Tetapi, beberapa detik Zale tidak kunjung menjawab membuat Leander menatap kaca spion dan melihat bahwa manusia di boncengannya malah memejamkan matakarena Zale yang tak kunjung menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Dari kaca spion bisa Lean lihat, bahwa gadis yang tengah memboncengnya itu kini menyandarkan kepala dengan mata terpejam.

Leander yakin Zale tidak tidur ketara dari tangannya yang tidak berhenti mengusap perut miliknya tanpa permisi. Yang lebih menjengkelkan adalah gadis itu tidak menjawabnya padahal mendengar seruannya tadi.

"Zale," panggil Leander lagi seraya menepuk pelan tangan Zale yang bergerak di depan perutnya. Beberapa detik selanjutnya masih tidak ada sautan Leandermenatap jalanan sepi di depannya sekalian memelankan laju motor yang ia kendarai.

Kuda besi hitam itu berhenti. Zale membuka matanya dan menatap sekelilingnya bingung dengan kepala terangkat, tidak lama ia meletakkan dagunya pada bahu Leander dan membuka suara menanyakan kenapa lelaki itu berhenti di pinggiran jalan.

"Gue tanya kenapa nggak lo jawab? Rumah lo mana?" Tanya Leander lagi kali ini suaranya pelan, wajahnya dia tolehkan ke samping kiri agar Zale dapat mendengar perkataannya lebih jelas.

"Nggak dibawa lah," jawab Zale disusul tawa kecil. Dagunya istirahat di pundak Leander, matanya menatap wajah bagian sanping lelaki yang jaraknya mungkin sekitar 3 senti darinya itu.

Dari posisinya sekarang, kalau boleh Zale mau cium rahang Leander sih kalau boleh. Astaga..

Leander menaruh pelindung kepala miliknya di atas tangki motor, memutar kunci untuk mematikan mesin motornya yang masih menyala.

"Lo mau gue bunuh?" tawarnya dengan mengedarkan pandang ke sekeliling jalanan. Sedangkan Zale yang mendengar itu langsung tertawa mencubit perut Lean gemas tanpa sadar.

"Gue nggak mau pulang masa?" Zale berkata pelan. Ia menjauhkan tubuhnya dari Leander memberikan sedikit celah karena posisi duduknya yang kini menjadi tegak.

AdvocataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang