31. Changed

8 7 6
                                    

Note: Dilarang keras plagiat. hargai setiap karya orang lain.


********

Aku sudah berdamai dengan kenyataan.  Tapi,  sepertinya semesta sedang mempermainkan hatiku -Alisia Demora Benetta-Xie

********

Setelah pertemuan keluarga,  Sea meminta Adit untuk mengantarkannya kerumah Hedrik.

Setiap sore ia selalu mengunjungi Ibunya, namun ini hari terakhir Sea melihat Valen di Indonesia.

Hedrik berencana membawa Valen ke psikolog terkenal di Singapura. Sea,  Agha dan Albertina juga menyetujuinya.

"Akhirnya, datang juga." ucap Hedrik menyambut kedatangannya.

Sea tersenyum,  lalu memeluk Hedrik. "Jam terbangnya? " tanyanya singkat.

"Satu jam lagi, " jawab Hedrik.

Lagi-lagi ia tersenyum, "Kakek tahu,  jangan sedih. Ini demi kesehatan mental, Ibumu. " ujarnya.

Sea mengangguk, "Aku ingin menemuinya. "

"Baiklah."

Sea menaiki satu persatu anak tangga, air matanya selalu ingin jatuh ketika melihat Valen.

"Ma, " panggilnya.

Valen menoleh,  "Kamu lagi, " ucapnya.

"Apa kamu sudah menemukan anakku? " tanya Valen antusias.

Ia mengangguk,  sambil menahan air matanya. "Dimana dia? " tanya Valen.

"Katanya, Mama Valen harus sembuh dulu. " ujar Sea

"Benarkah, lalu aku harus minum semua obat itu? " tunjuknya.

"Iya,  tetapi anda juga harus mematuhi perintah Dokter. "

"Tapi,  dia memaafkan ku kan? " tanyanya lagi.

"Iya,  dia sudah memaafkan anda. "

Valen tersenyum bahagia. Gadis itu juga tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

Tidak akan aku biarkan orang-orang yang sudah membuatmu seperti ini hidup bahagia, batinnya.

🌼

Kini,  semuanya sudah berada di bandara. Agha dan Albertina juga ikut mengantar Valen dan Hedrik.

Saatnya giliran pesawat mereka,  Sea menatap kepergian Valen dengan sedih.

Namun,  wanita itu berbalik. Membuat gadis itu segera menyeka air matanya.

"Anda mau kemana? " tanya Sea berteriak.

Valen berlari kearahnya,  lalu memeluknya. "Janji, setelah aku sembuh. Bawa anakku kehadapanku?! " ucapnya melepaskan pelukannya.

Sea memangguk,  "Ini pelukan sebagai ucapa terima kasihku. Tolong awasi anakku,  selama aku berobat. Bilangin,  jangan nakal. " pesannya.

"Baik,  pergilah.  Pesawat anda akan segera terbang. "

Valen tersenyum, Hedrik yang melihat adegan tersebut meneteskan airmatanya.

"Sampai jumpa! "

Setelah kepergian Valen,  tangis Sea pecah di pelukan Albertina. "Ibumu akan segera mengingatmu. " Ujar Agha.

Sangcheo [On Going]Where stories live. Discover now