Diskusi

578 191 12
                                    

Niat Kaka yang hanya ingin mengantar Dias dan berbasa - basi sejenak dengan om Lanang, akhirnya kebablasan. Itu gara - gara Dias minta pendapat pada sahabat rasa kerabat pak Diat mengenai konsep pernikahan.

"Tante Lia dulu konsep pernikahan pertamanya 'modern wedding'. Tapi, ketika persiapan sudah 95%, Tante membatalkan pernikahan. Ujung - ujungnya, Tante malah menikah di musholla rumah sakit." Dahlia tertawa saat mengenang masa - masa patah hatinya. Namun seiring berjalannya waktu, pengalaman diselingkuhi kekasih justru menjadi cerita lucu. Dahlia tidak menyangka penghianatan calon suaminya justru membuatnya berjodoh dengan pria yang posternya tertempel dengan manis di balik pintu lemari pakaiannya.

"Lho kok malah menikah di musholla rumah sakit, Tan?" Kaka merasa penasaran. Masa Om Ersa yang tajir melintir tidak mau menikahi istrinya secara mewah. Apa kata netijen saat mengetahui idola mereka menikah dalam suasana yang sangat sederhana?

Dahlia memeluk lengan suamianya dan bersandar dengan manja. "Karena Om Ersa dulu berstatus sebagai suami pengganti," giliran Ersa yang menjawab.

"Kok bisa?" tanya Kaka dan Dias nyaris serempak.

"Sebenarnya Tante tidak ingin bercerita. Pamali untuk kalian yang akan menikah. Intinya Tante tidak berjodoh dengan mantan kekasihnya Tante, tapi malah berjodoh dengan gitaris idolanya Tante." Dahlia menatap wajah suaminya dengan penuh cinta.

"Oh, ya ada tambahan. Beberapa bulan kemudian Om mengadakan resepsi mewah dengan konsep adat Jawa Basahan di sebuah gedung dengan mengundang ribuan tamu. Tapi waktu itu Tante sama sekali tidak ikut sibuk karena Tante sudah hamil si kembar. Semua diurus sendiri oleh Om Ersa," Dahlia memuji suaminya.

Kemudian giliran Arum yang bercerita. Sama seperti Dahlia, Arum juga hanya mempersiapkan acara untuk ijab qobul di rumahnya. Itupun tidak banyak, karena sudah dikerjakan para tetangga yang siap direpotkan. Ada untungnya juga Arum memenangkan taruhan yang dilakukan oleh ibu - ibu kompleks waktu itu. Untuk pesta resepsi yang tidak kalah mewahnya dengan yang diselenggarakan Ersa, Arum juga terima beres. Ia hanya tinggal memilih gaun yang akan dikenakan saat acara resepsi. Mereka sengaja memilih konsep 'internasional wedding'. Untuk semua kerepotan tersebut, mereka menggunakan jasa WO yang seluruh biayanya ditanggung dan dilunasi oleh suaminya.

*******

Pagi - pagi sekali Kaka sudah bertandang ke rumah orangtuanya. Riana menyambut Kaka dengan riang. "Kamu sudah sarapan, Kak?"

"Belum, Bun," jawab Kaka dengan lesu. Hampir semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan konsep acaranya bersama Dias.

Riana dengan senang hati segera menyiapkan sarapan plus bekal untuk Kaka.

"Bun, aku bingung."

"Kamu bingung kenapa? Uang untuk mengadakan resepsinya nggak cukup?"

"Bukan? Tapi mengenai konsep pernikahan impiannya Dias."

"Memangnya kamu sudah bahas belum, Dias ingin acara yang seperti apa? Soalnya Bunda melihat Dias juga bingung dengan foto - foto yang Bunda tunjukkan kemarin."

"Kalau seperti acaranya Danika kemarin, kira - kira anggarannya habis berapa, Bun?"

Riana pun membeberkan semua. Untunglah ia memiliki besan yang merupakan sahabat sendiri, jadi semua biaya pesta ditanggung oleh kedua belah pihak dengan adil. Kebetulan besannya juga hendak melebarkan bisnisnya yaitu membuka jasa rias pengantin. Jadi seluruh pakaian yang dibuat pada saat acara tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk disewakan.

"Kalau begitu untuk pakaian pengantin dan para pengiringnya, mending menyewa ke tante Windy saja, ya?"

*******

Seharian ini Dias menunggu Tita. Ia sudah siap untuk meledek sahabatnya tersebut. Informasi dari tante Dahlia sungguh membuat Dias merasa geli. Bayangkan? Tita marah hanya karena tante Dahlia ingin dikenalkan dengan pacar Tita.

Sebegitu sensinya Tita yang biasanya cuek saat diledek jomlo oleh Kaka, hingga kedatangan om Lanang dan tante Arum sama sekali tidak Tita sambut. Sedangkan om Lanang dan tante Arum tidak mungkin menunggu Tita karena sudah harus kembali ke Jakarta dengan penerbangan siang ini.

Meskipun sudah ditunggu hingga jam kerja berakhir, Tita tak juga muncul di kantor. Ponsel Tita pun tidak menunjukkan sedang aktif.

"Ta, kamu sebenarnya kenapa, sih?"

Kekhawatiran Dias sedikit teralihkan ketika Kaka menelpon dan memberi tahu jika ia sudah menjemput.

Hari ini Kaka dan Dias bertemu dalam suasana hati yang sedang kacau. "Kita nggak usah mampir - mampir ya, Beb!" pinta Kaka yang di angguki oleh Dias.

Sepanjang jalan, Dias hampir tidak mengajak Kaka berbicara. Kaka yang merasa penasaran akhirnya bertanya. "Kamu kenapa lagi, Beb?"

"Enggak ada, Hon. Malah sepertinya kamu tuh yang sedang ada masalah."

"Kelihatan, ya?" tanya Kaka. Padahal ia sudah berusaha bersikap sok cool saat menjemput Dias tadi.

"Iya, biasanya kamu kan sibuk membujuk aku untuk makan malam dulu. Eh sekarang langsung mengajak pulang."

"Aku ingin segera pulang untuk merancang konsep pernikahan kita, Beb. Ya supaya aku tidak kalah hebat dari om Ersa dan om Lanang."

"Mengapa kamu harus serepot itu? Bahkan papaku sendiri saja belum pernah mengadakan acara pernikahan."

"Ya kan ini berbeda, Beb. Aku ingin membahagiakan kamu?"

"Bagaimana kamu bisa membahagiakan aku kalau kamu sendiri tidak menanyakan pendapatku? Apa kamu yakin aku akan menyukai apa yang kamu pilihkan untukku?"

Untuk pertama kalinya dalam sejarah masa pacaran, Dias memprotes kekasihnya. Kaka jadi merasa semakin galau.

"Aku menghargai usahamu, Hon. Tapi kita kan nantinya akan hidup bersama. Artinya segala sesuatu harus diputuskan secara bersama - sama demi keutuhan keluarga kita. Kalau dari awal aku nggak diikut sertakan gini, ya aku merasa tidak dianggap sama sekali, dong?"

"Oke...oke. Sekarang tolong beritahu aku. Dari semua foto yang ditunjukkan Bunda kemarin lusa, kamu lebih suka yang mana?" tanya Kaka dengan sedikit memaksa.

"Harus dari foto yang ditunjukkan oleh Bunda, ya? Kalau aku tidak suka semuanya?" pancing Dias.

"Ya itu... Kita bisa mencari jasa WO yang lain."

"Kita berhenti dulu di taman!" perintah Dias. Kaka pun menurutinya.

Setelah menghentikan mobilnya, Dias mengambil sebuah kertas HVS yang terlipat dengan rapi dari dalam tasnya dan mengulurkannya ke arah Kaka. Meskipun merasa heran, Kaka menerima dan segera membuka lipatan kertas tesebut kemudian membacanya.

Dahi Kaka mengkerut saat melihat tulisan Dias. Ada banyak daftar yang ditulis disana, namun semuanya sudah di coret dan hanya tinggal menyisakan beberapa list saja.

"Ini maksudnya apa, Beb?

"Oh itu maksudnya aku nggak mau pernikahan kita diselenggarakan secara mewah."

"Tapi, Beb," Kaka hendak mengajukan protes, namun Dias lebih dulu menempelkan jari telunjuk di bibir Kaka.

"Jangan protes! Pokoknya aku hanya ingin pesta yang sederhana saja. Kalau kamu ingin tahu alasannya, Karena dirumahku nggak ada mama yang bisa membantuku mempersiapkan acara pernikahan."

Kaka mengembuskan napas lega. Dirinya memang tidak salah memilih Dias sebagai calon istri.

Tbc

Senin, 7 Maret 2022

Seleksi Jadi MenantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang