Gibran melotot kaget saat Nalla mengatakan dirinya tidak waras.

"Apa Nal? Ya, tapi itu benar." Gibran tersenyum sebentar, lalu kembali dengan wajah sangarnya, "Waras atau nggak warasnya aku. Itu semua karena kamu. Lagian selama ini aku seperti ini, hidup tanpa siapapun semua ini untuk kamu Nalla Azzura, apa yang kurang sama diri aku sampai-sampai..."

"DIAM!"

Baik Gibran maupun semua orang yang menonton di lorong rumah sakit ini kini terdiam saat suara menggema milik Alan terdengar penuh amarah.

Nalla terus berusaha memeluk tubuh Alan dengan erat agar laki-laki itu tak bisa bertindak lebih.

Jika sampai Nalla melepaskan Alan, maka rumah sakit ini akan penuh dengan keributan besar.

"SEKALI LAGI, LO UCAPIN KATA SAMPAH LO ITU, GUE GAK AKAN TINGGAL DIAM!" ancam Alan dengan tatapan membunuh pada Gibran.

Gibran tersenyum hina, lalu saat ia akan mengatakan sesuatu, semua orang yang sedang menontonnya kini tampak menepikan diri karena beberapa orang terlihat akan lewat.

Wajah Gibran yang tadinya tersenyum kini berubah hambar saat beberapa polisi mendekati Alan.

"Selamat pagi Pak Alan."

"Selamat pagi, apa ada laporan terbaru?" tanya Alan sambil melirik Gibran dengan sengaja, berusaha menyindir laki-laki itu.

Gibran tampak diam, berusaha menyimak beberapa polisi itu.

"Begini, Pak. Pagi ini, seorang pria melaporkan sesuatu hal pada kami___"

"Sebentar, Pak." ucap Alan menghentikan polisi itu berbicara, "sebaiknya hal ini kita bicarakan nanti saja, setelah saya pulang. Kebetulan hari ini saya akan kembali ke rumah, dan jangan sampai orang asing tahu akan hal ini." ujar Alan yang kini melirik ke arah Gibran. Sengaja menyindir laki-laki itu.

Gibran menatap Alan dengan tatapan penuh tanya, lalu ia berdecak.

Nalla sadar dengan lirikan Gibran yang seperti itu. Dengan cepat, Nalla mendekati Gibran, lalu menatap tajam mata laki-laki itu.

"Kenapa gelisah? Kenapa takut? Semuanya akan kebongkar secara perlahan-lahan, kebenaran nggak akan pernah kalah. Kami pasti akan dapat anak kami kembali, kejahatan nggak akan bisa menang, Gibran!" ucap Nalla dengan penuh amarah.

Gibran terdiam sambil terus menatap Nalla. Seketika ia bisa melihat, Nalla benar-benar menahan tangisnya. Ia pun segera menghindari tatapan itu, mencoba berusaha untuk tak mengasihaninya. Jangan sampai ia lemah dalam masalah ini.

Jika sampai itu terjadi, maka ia akan dengan mudahnya mengatakan yang sebenarnya pada Nalla.

"Semuanya akan terbalaskan kelak. Lihat aja nanti, kalian semua yang terlibat di dalam masalah ini gak akan pernah tenang di setiap detik!" gertak lagi Nalla yang kini meneteskan air matanya.

Mendengar isakan tangis Nalla, Alan segera mendekat dan memeluknya.

"Tenang Nal, selama semuanya belum terungkap, aku akan terus nahan dia, sekali lagi dia berucap tentang pernikahan atau pun menyangkut keluarga kita, aku pastikan dia akan lebih lama lagi berada di rumah sakit ini..." ucap Alan yang masih setia memeluk Nalla dengan tatapan yang terus menatap lurus kepada Gibran.

NALLAN 2 Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon