[Teaser] Morning Kiss

39.8K 1.5K 28
                                    

H A R A

Bukankah semalam aku tertidur di sofa ruang tengah? Bagaimana bisa aku terbangun di kamar? Mungkinkah Akira yang memindahkanku?

Cepat-cepat kugelengkan kepalaku mengusir pemikiran bodoh yang masuk kepalaku dengan beraninya itu. Aku meringis. Mana mungkin.

"Pria muka tembok itu mana mungkin melakukannya," ujarku pada bayangan di cermin rias depanku. Aaaarghh! Aku sudah gila karena menerima pernikahan konyol ini.

Tidak. Sebenarnya aku tidak menerima begitu saja. Itu pemaksaan dan pengancaman. Bukan dari Akira, tapi orang itu!

***

Aku menarik selimutku hampir mencapai kepalaku.

"Selamat pagi, Tuan Muda. Maaf mengganggu waktu bersenang-senang Anda," ujar sosok itu dengan riang dan membungkuk hormat, yang kuyakin ditujukan untuk pria tampan yang berkacak pinggang itu. Kepalaku menyembul dan mengamati pria yang dipanggil Tuan Muda itu dengan tubuh seksinya-ugh, Hara, fokus!

"Apa yang kaulakukan di sini, Sebastien?" Suara berat seksi yang pertama kali kudengar itu membuatku menelan ludah. Ugh, Hara, hentikan fantasimu tentang pria-pria seksi yang kaukoleksi di majalah Internasional! Yang di depanku ini lebih nyata.

"Tuan Besar ingin Anda pulang dan mengenalkan calon istri Anda sekarang," ujar pria paruh baya bertuksedo yang sekarang ku tahu bernama Sebastien.

Apa? Calon istri? Mataku langsung beralih pada pria yang masih mengenakan handuk tadi dengan tatapan bertanya. Perasaan marah entah kenapa muncul saat tahu kalau pria ini bahkan sudah memiliki calon istri dan pastinya akan menikah. Tapi justru menghabiskan malamnya denganku.

Pria itu tampak kesal dan matanya beralih menatapku yang kubalas melotot. Dia menarik napas berganti ekspresi tenang bahkan cenderung dingin. Matanya menatap Sebastien tajam.

"Apa yang sedang kaumainkan, Sebastien?" Sebastien tersenyum mendengar pertanyaan langsung dari Tuan Muda-nya itu. "Apa lagi yang si tua itu rencanakan?" tanyanya lagi.

"Satu jam lagi para pelayan akan masuk lalu mempersiapkan Anda dan Nona Muda untuk pertemuan dengan keluarga besar. Tuan Besar belum mengetahui kejadian ini, tapi saya khawatir bukti ini akan sampai kepada beliau dan akan menimbulkan masalah besar pada Tuan, bila tidak bersedia bekerja sama."

Pria itu terlihat menahan amarahnya saat melihat isi amplop yang disodorkan Sebastien. Rahang pria itu mengeras menatap Sebatien yang tak terpengaruh lalu menoleh menatapku.

"Anda tak perlu khawatir Nona Muda, Tuan Muda akan bertanggung jawab dan menikahi Anda," katanya tenang membuatku menganga.

"Aku?" tanyaku menunjuk diriku sendiri. "Tidak-Tidak. Anda salah. Bukankah tadi Anda bilang dia sudah punya calon istri?" protesku menunjuknya. Sebastien menelengkan kepala dengan sebelah alis terangkat.

"Ya, tentu saja itu Anda, Nona Muda," jawabnya tenang.

"Eeehh???" seruku kaget. Dehaman rendah menginterupsi kebingunganku.

"Sebastien, tinggalkan kami sebentar," perintah pria dingin itu. "Aku tak akan kabur," lanjutnya meyakinkan Sebastien.

Ditinggalkan berdua di kamar ini membuatku canggung. Pria itu belum mulai bicara dan masih berdiri di tempatnya.

Pandanganku mulai risih. Apa harus ku mulai? Apa yang akan kukatakan? Mulai dari mana? Aku sudah mengatakannya, 'kan, kalau dia tidak harus bertanggung jawab tadi. Kami hanya one night stand. Lalu menikah? Aku belum memikirkannya. Ugh ... begitu saja!

Beyond His Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang