S E L E S A I
Aaron tidak suka berinteraksi, dia lebih suka mengamati. Renata tidak pandai menyapa, dia lupa bagaimana caranya berteman setelah terluka.
Mereka tidak cocok bersama karena kesamaan, oranglain bisa bersatu karena mereka melengkapi perb...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Selamat membaca!
Part ini dipersembahkan untuk tim Azka-Renata. ..........
"Aaron kenapa?!"
Seorang wanita paruh baya dengan kemeja biru muda baru saja masuk itu segera disuguhkan dengan pemandangan yang sangat mengkhawatirkan baginya.
Di lantai putih yang dingin itu, sosok lelaki yang tak kalah dingin kini sedang merangkul seorang gadis dalam pelukannya. Aaron menatap seseorang yang baru saja masuk itu, ia menggeleng untuk memastikan mereka baik-baik saja.
Wanita itu buru-buru menghampiri mereka, "Kalian kenapa? Ini siapa? Renata?!" Tanyanya runtut.
Renata mendongak, gadis itu sedikit menjauh dari Aaron hingga mata sembabnya terlihat sangat jelas.
"Tante.. maaf." Ucapnya lalu menjauh dan berniat bangkit dari sana.
Wanita paruh baya itu menggeleng dan menahan bahu Renata, "Kalian kenapa? Tante hanya khawatir."
"Ma, ceritanya panjang."
Aaron menyahut dengan nada pelan, lelaki itu ikut bangkit dan meraih selang infusnya yang sudah terlepas. Melihat itu, Mamanya dan Renata segera membantu lelaki itu untuk kembali ke brankarnya.
Wanita paruh baya itu menatap keduanya, "Kalian kenapa?"
"Ada masalah?" Tanyanya lagi.
Tidak ada jawaban, Renata hanya menunduk lemah disamping wanita itu. Sedangkan Aaron juga hanya terus menghela nafasnya dari arah brankar.
"Kalian kenapa? Kenapa diam? Lagi berantem?"
"Ma." Aaron membuka suara, "Bisa suruh Azka atau Pandu antar Renata pulang dulu nggak? Mereka masih disini kan?"
Wanita itu menghela nafas, ia menatap penampilan Renata yang sudah acak-acakan dengan mata sembab.
"Renata dengan siapa dirumah?" Tanyanya.
Gadis itu mendongak, "Ada asisten rumah tang–"
"Pulang kerumah orang tua kamu." Potong wanita itu dengan nada tegas.
Renata menoleh ke arah lelaki yang bersandar pada sandaran tempat tidur itu. Ia mengangkat alisnya yang dibalas gelengan oleh Aaron.
"Tante.." Renata menghela nafas, "Tau dari mana kalau saya nggak tinggal sama orang tua saya?"
"Kamu cukup dekat dengan Aaron." Ia tersenyum tipis, "Jadi tante juga harus tau orang seperti apa kamu."
"Jadi.." Wanita itu menghela nafasnya.
Renata terdiam, menunggu kelanjutan ucapan orang disebelahnya itu. Gadis itu menunduk dan tersenyum miris, apa pandangan mama Aaron juga akan sama seperti orang lain? Seperti papa lelaki itu, atau mungkin seperti orang tua Laskar? Atau tidak usah jauh-jauh seperti pandangan papanya.